Sabtu, 08 Oktober 2016

KISAH DAN ASAL USUL TITD KONGCO LOCIS


Nezha (Hokkien=Lô-chhia; hanzi=哪吒; pinyin=Né​zha) merupakan salah satu dewa pelindung dalam kepercayaan tradisional Tionghoa. Gelar resminya dalam Taoisme adalah "Marsekal Altar Pusat" (Hanzi=中壇元帥; pinyin=Zhōng Tán Yuán​shuài). Setelah menjadi dewa, ia diberi gelar "Putera Mahkota Bunga Teratai Ketiga" (Hanzi=蓮花三太子; pinyin=lián​huā sān tài​zǐ). Kisahnya muncul dalam dua karya sastra Dinasti Ming, yaitu Fengshen Yanyi dan Perjalanan ke Barat.[2]
Nezha seringkali ditampilkan sebagai seorang remaja. Ia sering digambarkan sedang terbang di angkasa sambil mengendarai Roda Angin Api (hanzi=風火輪; pinyin=fēnghuǒ​lún), membawa Gelang Semesta (hanzi=乾坤圈; pinyin=qián​kūn quān) di tubuhnya (terkadang di tangan kiri), Selempang Sutera Melebur Langit (hanzi=浑天绫; pinyin=húntiānlíng) di pundaknya, dan Tombak Berujung Api (hanzi=火尖槍; pinyin=huǒjiānqiāng) di tangan kanan. Terkadang ia juga ditampilkan dalam wujud tiga kepala dan enam lengan (Hanzi=三頭六臂; pinyin=sān​tóu​liù​bì; idiom=memiliki kemampuan luar biasa/ kekuatan hebat) serta dalam beberapa legenda dikisahkan dapat menyemburkan pelangi. Kisahnya dalam menaklukkan lautan adalah kisah yang paling dikenal oleh masyarakat China.
Mitologi dan literatur
Fengshen Yanyi Sunting
Fengshen Yanyi mengisahkan Nezha lahir pada masa Dinasti Shang pada sebuah benteng militer di Jalur Chentang. Ayahnya adalah komandan militer bernama Li Jing (李靖), yang selanjutnya bergelar "Raja Langit Pembawa Pagoda". Ibunya yang bernama Nyonya Yin (殷氏) melahirkan sebongkah daging setelah melalui masa kehamilan selama tiga tahun enam bulan. Li Jing berpikir bahwa istrinya melahirkan siluman sehingga menetak bola daging tersebut dengan pedangnya sehingga terbelah. Selanjutnya, Nezha melompat keluar dari belahan daging dalam wujud seorang bocah yang langsung dapat berbicara dan berjalan. Sebelum melahirkan Nezha, Nyonya Yin telah memiliki dua putra bernama Jinzha (金咤), murid Wenshu Guangfa Tianzun, dan Muzha (木咤).[2]
Pada suatu hari, penduduk Jalur Chentang memohon hujan kepada Raja Naga Laut Timur, Ao Guang, dengan mempersembahkan banyak makanan. Namun, Raja Naga tersebut menolak persembahan mereka dan meminta sepasang bocah pria dan wanita untuk dimakan. Ia mengutus Ye Sha untuk menangkap seorang bocah pria dan wanita. Saat Nezha dan dua anak yang lain bermain di laut, Ye Sha muncul dan menangkap salah satu temannya. Nezha melawan Ye Sha dan membuatnya terluka parah sehingga ia kabur dan kembali ke rajanya. Raja Naga mengutus putera ketiganya, Ao Bing, untuk melawan Nezha, tetapi ia justru terbunuh. Hal tersebut membuat Ao Guang memanggil saudara-saudaranya untuk menghadapi Nezha beserta keluarganya dengan mengancam akan membuat banjir di Jalur Chentang serta melaporkan perbuatan Nezha kepada Kaisar Giok. Demi keluarganya dan penduduk Chentang, Nezha memutuskan untuk bunuh diri dengan mengupas dagingnya dan melepaskan tulang-tulangnya untuk "dikembalikan" kepada orang tuanya sebagai pembayaran jasa karena telah melahirkannya. Para Raja Naga merayakan peristiwa tersebut secara besar-besaran.
Versi lain menyebutkan bahwa penyebab kemarahan Raja Naga Laut Timur adalah pada saat Nezha berenang di laut, gerakannya membuat aliran air laut yang kuat sehingga mengganggu istana kediaman Raja Naga. Itulah sebabnya Raja Naga mengutus putranya yang akhirnya tewas dibunuh oleh Nezha dan selanjutnya menuntut balas kepada Li Jing.[2]
Setelah kematiannya, Nezha muncul dalam mimpi ibunya dan memohon untuk membangun sebuah kuil agar jiwanya memiliki tempat untuk beristirahat. Hal ini berhubungan dengan peristiwa kelahiran Nezha karena pada malam sebelum melahirkan, Nyonya Yin bermimpi seorang Taois menaruh sesuatu di dadanya sambil berkata kepadanya untuk mengambil anak tersebut. Pada kedua kejadian tersebut, mimpi digunakan sebagai alat penyampai pesan. Nyonya Yin kemudian membangun sebuah kuil untuk Nezha secara diam-diam. Kuil tersebut menjadi maju dan terkenal karena Nezha memberikan penyembuhan penyakit dan cacat. Li Jing akhirnya mengerti mengenai kuil tersebut kemudian membakarnya karena ia masih marah kepada Nezha dan menganggapnya terlalu banyak menimbulkan masalah bagi keluarga mereka. Perbuatan Li Jing menyebabkan Nezha marah dan menginginkan kematian ayahnya.
Taiyi Zhenren kemudian mengangkat Nezha sebagai murid dan memberinya tubuh yang terbuat dari akar teratai. Ia juga memberi Nezha dua buah senjata, yaitu sepasang Roda Angin Api dan Tombak Berujung Api. Dengan kedua senjata itu, Nezha selanjutnya mengalahkan para Raja Naga.[3] Dengan tubuh baru itu pula, Nezha berkali-kali bertempur melawan ayahnya. Li Jing yang menyadari bahwa tubuh manusianya tidak dapat menghadapi Nezha akhirnya melarikan diri untuk menyelamatkan nyawanya. Saat melarikan diri, Li Jing bertemu Muzha, putra keduanya. Muzha bertempur melawan Nezha tetapi berhasil dikalahkan. Hal itu membuat Li Jing bermaksud untuk bunuh diri, tetapi berhasil dicegah oleh Wenshu Guangfa Tianzun. Pada akhirnya, Nezha dipaksa untuk tunduk kepada ayahnya oleh dewa yang lain yaitu Randeng Daoren.
Pada saat pemerintahan Dinasti Shang menjadi sangat korup, Nezha bersama ayah dan saudara-saudaranya membantu Raja Wu untuk membangun Dinasti Zhou.[2]
Perjalanan ke Barat Sunting
Dalam Perjalanan ke Barat, Nezha memiliki kedudukan sebagai jenderal dibawah ayahnya, "Raja Langit Pembawa Pagoda" Li Jing. Ia melawan Sun Go Kong saat si raja kera memberontak terhadap Kaisar Giok tetapi mengalami kegagalan.[2][4]
Asal-usul
Patung bayi Krishna yang ditampilkan saat perayaan Janmashtami.
Meir Shahar mengungkapkan teori bahwa Nezha berasal dari dua tokoh dalam Mitologi Hindu. Tokoh pertama adalah seorang yaksha dalam Ramayana yang bernama Nalakuwara, putera Raja Yaksha Kubera dan keponakan Rawana. Hubungan tersebut berasal dari variasi nama mandarinnya yang muncul dalam sutra-sutra Buddhis. Variasi mula-mula Naluojiupoluo (那羅鳩婆羅) berubah menjadi Naluojubaluo (捺羅俱跋羅), Nazhajuwaluo (那吒矩韈囉), dan akhirnya menjadi Nazha (那吒). Penambahan "radikal mulut" (口) pada aksara Na (那) mengubah nama tersebut menjadi bentuknya yang sekarang yaitu Nezha (哪吒).
Tokoh kedua adalah dewa anak Krishna. Baik Krishna dan Nezha diceritakan berhasil mengalahkan naga perkasa Kaliya dan Ao Bing. Bhagawatapurana mengisahkan Nalakuwara diselamatkan oleh bayi Krishna dari dalam penjaranya, yaitu sebuah sebuah pohon. Sebuah sutra Buddha Tantra pada abad ke-10 menyebutkan seorang dewa kanak-kanak bernama Nana (那拏) yang sepertinya merupakan amalgam antara Krishna dan Nalakuwara. Selain itu, Kubera (ayah Nalakuwara) dimasukkan ke dalam pantheon Buddhis sebagai Raja Langit Waisrawana. Shahar menyebutkan bahwa Waisrawana memiliki koneksi dengan Jenderal Li Jing dari Dinasti Tang. Hal ini menjelaskan nama dan kedudukan ayah Nezha, yaitu Raj.

Unknown Web Developer

Morbi aliquam fringilla nisl. Pellentesque eleifend condimentum tellus, vel vulputate tortor malesuada sit amet. Aliquam vel vestibulum metus. Aenean ut mi aucto.

Kamis, 06 Oktober 2016

Transformasi Sejati


Ryokan mengabdikan hidupnya untuk mempelajari Zen. Suatu hari, ia mendengar bahwa keponakannya (meskipun sudah sering ditegur oleh kerabat lainnya), menghamburkan uangnya untuk bersenang-senang. Keponakan Ryokan ini memegang peranan penting dalam mengelola keuangan dan harta keluarga. Melihat kondisi saat ini, kerabatnya mengkhawatirkan harta keluarga mereka akan habis karena kelakuan keponakan Ryokan ini. Karena itu, mereka meminta Ryokan untuk melakukan sesuatu.
Ryokan menempuh perjalanan jauh untuk mengunjungi keponakannya, yang sudah lama tidak pernah ia temui. Keponakannya tampak senang bertemu pamannya lagi dan mengundangnya untuk bermalam di rumahnya.
Sepanjang malam, Ryokan duduk bermeditasi. Keesokan pagi, saat ia berpamitan, ia berkata kepada keponakannya: "Pastilah saya sudah semakin tua... Sekarang tanganku terus gemetar. Bisakah kamu membantu mengikatkan tali sandal jerami-ku?"
Keponakannya membantu dengan senang hati.
"Terima kasih," kata Ryokan, "Cobalah kau lihat, dari hari ke hari, Manusia menjadi semakin tua dan semakin lemah... Jagalah dirimu baik-baik."
Kemudian Ryokan pun pergi tanpa menegur kebiasaan tidak baik keponakannya. Ryokan juga tidak menyampaikan keluhan dari kerabat si keponakannya itu. Namun, sejak hari itu, keponakannya tidak pernah lagi menghambur-hamburkan uang.
Unknown Web Developer

Morbi aliquam fringilla nisl. Pellentesque eleifend condimentum tellus, vel vulputate tortor malesuada sit amet. Aliquam vel vestibulum metus. Aenean ut mi aucto.

Kisah Inspirasi Ajaran Budha


 Dari kemelekatan akan timbul kekhawatiran,
dari kekhawatiran akan timbul ketakutan.
Hilangkanlah kemelekatan,
maka tiada kekhawatiran, tiada ketakutan.

Unknown Web Developer

Morbi aliquam fringilla nisl. Pellentesque eleifend condimentum tellus, vel vulputate tortor malesuada sit amet. Aliquam vel vestibulum metus. Aenean ut mi aucto.

Rabu, 05 Oktober 2016

Uraian Singkat Sigalovada Sutta


Suatu pagi, ketika sedang dalam perjalanan pindapatta dari Hutan bambu menuju ke Rajagaha, Buddha berjumpa seorang pemuda yang seluruh tubuhnya basah kuyup oleh keringat. Pemuda itu berdiri di tengah jalan dan menghormat ke arah Timur, Selatan, Barat, dan Utara, kemudian mendonggakkan kepalanya menghormat ke langit dan akhirnya berlutut menghormat ke arah bumi. Setelah itu dia menaburkan beras ke setiap arah yang disembahnya tadi.
Setelah pemuda itu selesai melakukan penghormatan yang tidak lazim itu, Buddha bertanya padanya mengapa melakukan hal tersebut. Pemuda itu mengatakan bahwa ia melaksanakan pesan terakhir dari ayahnya agar setiap pagi hari menghormat pada enam arah. Hal ini bertujuan untuk menghindarkan diri dari bencana yang datang dari enam arah.
Mendengar jawaban ini, Buddha berkata, “ Adalah hal yang sangat baik dapat melaksanakan pesan terakhir ayahmu, tetapi bukan itu maksud ayahmu yang sebenarnya.”
“Ayahmu berpesan untuk menghormat dan menaburkan beras kea rah Timur adalah supaya engkau menghormat dan merawat orang yang berjasa terhadapmu, yakni orang tuamu. Menghormat arah Selatan adalah hormat dan berlaku baik pada guru. Menghormat arah Barat adalah mencintai dan merawat anak istri. Menghormat arah Utara adalah menghormati sanak saudara dan teman.
Menghormat arah Atas adalah menghormati Pertapa, Brahmana dan para orang suci.”
“Menghormat arah Bawah adalah memperlakukan setiap orang dan semua makhluk dengan penuh welas asih, bahkan kehidupan yang paling rendah pun harus dilindungi. Demikianlah maksud ayahmu agar engkau menghormat dan terhindar dari bencana yang datang dari berbagai penjuru.”
Selain itu, Buddha juga menjelaskan pada pemuda yang bernama Sigala itu tentang hal-hal : berani bertanggung jawab serta melakukan hal yang patut dikerjakan, agar supaya setiap orang bahagia baik pada saat kini ataupun akan datang.
Buddha juga mengajarkan Lima Sila : menghindari pembunuhan, pencurian, hubungan seksual yang tidak benar, dusta dan penggunaan minuman dan obat-obatan yang memabukkan.
Selanjutnya Buddha juga menasehatinya untuk bekerja keras mencari nafkah dan menjaga hartanya dengan baik. Jangan terlalu kikir dan juga jangan terlalu berfoya-foya. Buddha mengajarkan untuk membagi harta menjadi empat bagian : satu bagian untuk kehidupan keluarga, satu bagian untuk pengembangan usaha, satu bagian untuk membantu mereka yang dalam kesulitan, dan bagian terakhir sebagai tabungan.
Sigala dengan penuh hormat mendengarkan ajaran Buddha dan pada akhirnya dia memohon untuk dapat menjadi siswa Buddha. Sepanjang hidupnya dia menghormat ke enam arah sesuai petunjuk Buddha.

Unknown Web Developer

Morbi aliquam fringilla nisl. Pellentesque eleifend condimentum tellus, vel vulputate tortor malesuada sit amet. Aliquam vel vestibulum metus. Aenean ut mi aucto.

Selasa, 04 Oktober 2016

Karma yang Harus Tetap Dibayar


Dewa yang bertanggung jawab untuk reinkarnasi berkata kepada seorang yang akan dilahirkan kembali: “Anda akan terlahir kembali sebagai babi, dan sekarang Anda memiliki keinginan apa?”
Orang yang akan dilahirkan mendengar akan reinkarnasi menjadi babi, sangat kecewa dengan cemas berkata dan memohon kepada dewa reinkarnasi: “Saya tidak ingin dilahirkan kembali sebagai babi jelek dan kotor, dapatkah Anda membiarkan saya dilahirkan kembali menjadi manusia?.”
Dewa dengan tegas berkata: “Tidak mungkin, semuanya bukan Anda dan saya yang dapat memutuskan, semuanya diatur sesuai dengan semua dosa dan karma masa lalu yang Anda lakukan dimasa lalu, saya juga tidak bisa mengubahnya.”
Orang yang akan reinkarnasi tersebut melihat semua situasi tidak mungkin berubah lagi akhirnya berkata: “Jika memang demikian, saya berharap saya dapat dilahirkan menjadi babi jantan besar yang periang yang tidak usah bekerja.”
Di sebuah desa ada perternakan babi yang besar, ada seekor babi betina sedang melahirkan sekelompok babi kecil, para anak babi ini berebutan meminum asi induknya ,diantaranya ada seekor babi jantan kecil yang kelihatannya sangat kekar, dia yang paling kuat meminum asi, sehingga dia yang tumbuh paling cepat serta kuat dan energik dibandingkan semua saudaranya.
Beberapa bulan kemudian, tubuh babi jantan kecil dua kali lebih besar dibandingkan dengan saudara-saudaranya, pemilik peternakan babi sangat senang melihat babi jantan kecilnya berkata: “Anda tumbuh dengan cepat dan kuat, benar-benar baik menjadi babi pejantan. ” Jadi tuannya ini menyiapkan kandang besar dan bersih yang terpisah untuk babi jantan kecil, dan menyediakan lebih banyak makanan untuk babi jantan kecil menikmatinya.
Babi jantan kecil mendapat perlakuan istimewa, jauh berbeda dibandingkan dengan saudara-saudaranya. Tinggal di lingkungan yang nyaman dan bersih dan mendapat pasokan makanan tak terbatas, babi jantan kecil ini sekarang tidak hanya berbadan sehat, tetapi juga kulitnya halus, menjadi pejantan tampan di antara para babi, benar-benar membuat iri para saudara-saudaranya yang tinggal di kandang sebelah yang penuh lumpur kotor kotoran dan bau.
Namun, keadaan tersebut tidak berlangsung lama, sesuai dengan pertumbuhan berat badannya juga melesat dengan cepat, babi jantan kecil sekarang secara bertahap gerakannya menjadi lamban. Setelah tumbuh menjadi 400-500 kilogram, suatu hari babi jantan ini tiba-tiba merasa kakinya yang kecil tidak dapat lagi menanggung berat badan yang besar, seluruh tubuh lemas seperti runtuhnya bangunan terjatuh di tanah. Sejak itu, babi jantan kecil tidak pernah bisa bangun lagi, jangan katakan kebebasan bergerak, makan juga harus bergantung peternak babi untuk menyuapnya makan setiap hari dan memmandikannya, pada musim panas harus di kipas dengan kipas angin listrik untuk menjaga tubuh kering supaya terhindar dari penyakit, sekarang babi jantan kecil perlahan-lahan berubah menjadi babi jantan besar yang sangat gemuk.
Hal tersebut berlangsung dua tahun lagi, semua saudara-saudara babi jantan telah dikirim ke rumah jagal, babi betina juga telah melahirkan anak-anak babi lagi. Babi jantan telah tumbuh menjadi lebih dari seribu kilogram hanya dapat tergeletak di lantai, dengan nafas terengah-engah dia mendengarkan suara riang para babi kecil, adik-adiknya yang baru di sebelah kandangnya bermain di tumpukan lumpur yang bau tetapi mereka terlihat sangat bersukacita. Suara berisik ini mengingatkan masa kecil yang bahagia ketika dia dengan saudara-saudaranya bermain bersama dengan gembira, tetapi sekarang seluruh kulit dan badannya yang berat penuh lemak membawa tekanan besar baginya.
Ketika babi jantan ini pikirannya menerawang antara masa kecil yang bahagia dan kehidupan sekarang yang menderita, peternak babi tiba-tiba dengan tersenyum berdiri di depan babi jantan, berguman mengatakan: “Beberapa hari lagi akan ada Festival musim gugur, aku akan menjamu seluruh saudara-saudara dengan babi panggang yang paling besar.” Setelah mendengarkan perkataan peternak babi, babi jantan besar menarik napas panjang seolah-olah apa yang di tunggu selama ini akan segera berakhir. Akhirnya dia menarik nafas panjang dan mengeluarkan air mata.
Menjelang ajalnya, babi jantan besar yang akan terlahir kembali dengan air mata berkata :! “Dewa, Saya tidak akan pernah mau terlahir kembali sebagai babi jantan besar, saya pikir menjadi babi jantan besar dapat hidup nyaman dan bahagia, tapi tidak disangka juga kehilangan semua kebebasan bergerak dan kehidupan menyenangkan menjadi babi. pada saat yang sama, setelah mati juga tidak ada perdamaian, di festival musim gugur, tubuh dihidangkan sebagai persembahan terhidang di meja, dan mulut juga dipaksa dibengkokkan seperti wajah tersenyum, menjadi tontonan orang yang datang dan pergi, sama sekali tidak ada sedikit martabat lagi. “
Dewa dengan serius tetapi welas asih mengatakan: “Tidak ada hal yang absolut, memperoleh keuntungan juga akan kehilangan, ini adalah hukum alam semesta , jika Anda ingin mendapatkan keabadian nyaman yang besar, maka akan harus lebih banyak berbuat amal sehingga ketika reinkarnasi kembali dapat menjadi manusia, dan berkultivasi dengan baik untuk mencapainya keabadian! “

Unknown Web Developer

Morbi aliquam fringilla nisl. Pellentesque eleifend condimentum tellus, vel vulputate tortor malesuada sit amet. Aliquam vel vestibulum metus. Aenean ut mi aucto.

Ehipassiko Way....


Jangan Anda percaya pada apapun, hanya karena Anda pernah mendengarnya.....
Silahkan simak dan share ke teman-teman Anda. Semoga semua makhluk berbahagia. Sadhu 3x.....

Unknown Web Developer

Morbi aliquam fringilla nisl. Pellentesque eleifend condimentum tellus, vel vulputate tortor malesuada sit amet. Aliquam vel vestibulum metus. Aenean ut mi aucto.

Senin, 03 Oktober 2016

Dhammapada Ayat 3


Mereka yang memendam kebencian di dalam dirinya dan berpikir : "Ia telah menyiksa diriku, ia telah memukul tubuhku, ia telah mengalahkan aku dan telah merampas barang-barangku",maka kebencian tidak akan lenyap dari batinnya.

Unknown Web Developer

Morbi aliquam fringilla nisl. Pellentesque eleifend condimentum tellus, vel vulputate tortor malesuada sit amet. Aliquam vel vestibulum metus. Aenean ut mi aucto.

Minggu, 02 Oktober 2016

Dhammapada Ayat 64


Kisah Udayi Thera

Udayi Thera sering mengunjungi, dan duduk di atas tempat duduk, di mana para thera terpelajar duduk pada waktu menyampaikan khotbah. Pada suatu kesempatan, beberapa bhikkhu tamu menyangka bahwa ia adalah seorang thera yang terpelajar, dan mereka mengajukan beberapa pertanyaan tentang lima kelompok unsur khandha.
Udayi Thera tidak dapat menjawab pertanyaan-pertanyaan tersebut, sebab beliau tidak mengerti sama sekali tentang Dhamma. Para bhikkhu tamu sangat terkejut menemukan seseorang yang tinggal dalam satu vihara dengan Sang Buddha hanya mengetahui sedikit saja tentang khandha dan ayatana (dasar indria dan obyek indria).
Kepada para bhikkhu tamu itu Sang Buddha menerangkan keadaan Udayi Thera dalam syair 64 berikut ini: Orang bodoh, walaupun selama hidupnya bergaul dengan orang bijaksana, tetap tidak akan mengerti Dhamma, bagaikan sendok yang tidak dapat merasakan rasa sayur.

Unknown Web Developer

Morbi aliquam fringilla nisl. Pellentesque eleifend condimentum tellus, vel vulputate tortor malesuada sit amet. Aliquam vel vestibulum metus. Aenean ut mi aucto.

Jumat, 30 September 2016

Sejarah Mengenai Fu De Zheng Shen / 福德正神 - Bagian 2


Dewa Fu De Zheng Shen digambarkan sebagai seorang pria tua yang tersenyum ramah, berambut serta berjanggut panjang berwana putih, dan seringkali digambarkan dalam posisi duduk. Tidak banyak klenteng yang membedakan antara Fu De Zheng Shen dengan Tu Di Gong. Jika klenteng tersebut membedakan altar untuk keduanya, altar Fu De Zheng Shen selalu berada di atas (sejajar dengan ketinggian altar-altar Dewa-Dewi yang lain), sementara altar Tu Di Gong berada di bawah (hampir sejajar dengan lantai) dan biasanya ditempatkan di bawah altar dewa yang lain. Tu Di Gong sendiri sering juga divisualisasikan (dalam bentuk patung atau lukisan) bersama dengan seorang nenek yang disebut “Tu Di Poo“.
Tu Di Gong sendiri adalah para Dewa Bumi yang menguasai tanah (area) lokal, seperti sebuah area tanah tempat suatu bangunan didirikan. Masing-masing wilayah memiliki Tu Di Gong yang berbeda. Konon Mereka adalah kelompok Dewa yang berkedudukan paling rendah dalam “Tata Birokrasi Surga” serta yang paling dekat dengan umat manusia. Karena berhubungan dengan tanah (termasuk tanah pemakaman), altar untuk Tu Di Gong selalu diletakkan sejajar dengan lantai atau tanah. Pada makam-makam Tionghoa biasanya selalu memiliki sebuah bangunan kecil di sampingnya yang digunakan untuk memuja Tu Di Gong.
Pada masa lalu, hanya para pejabat pemerintah yang diperbolehkan untuk membangun kuil pemujaan kepada tatanan para dewata. Masyarakat awam tidak diperbolehkan untuk berdoa di sana. Namun, masyarakat menemukan cara untuk bersembahyang kepada Tu Di Gong; masyarakat yang kebanyakan merupakan petani atau penggarap sawah yang miskin itu membuat papan dari tanah liat kemudian meletakkan di tanah sebagai media untuk berdoa. Inilah asal usul mengenai kenapa altar untuk Tu Di Gong diletakkan di atas tanah; sementara altar untuk Fu De Zheng Shen diletakkan di atas meja altar.

Unknown Web Developer

Morbi aliquam fringilla nisl. Pellentesque eleifend condimentum tellus, vel vulputate tortor malesuada sit amet. Aliquam vel vestibulum metus. Aenean ut mi aucto.

Mantra Ta Pei Cou Beserta Arti dan 10 Manfaat Jika Membacanya


Mantra Ta Pei Cou - Tentu sudah tidak asing buat kawan-kawan yang beragama Buddha, kita sering mendengar nya di klenteng-klenteng maupun di rumah. Nah pada kesempatan dan hari yang baik ini Buddha.id akan berbagi sedikit pengetahuan tentang Mantra Ta Pei Cou beserta artinya dan link download MP3 nya.
Buat teman-teman yang sudah tau tidak ada salah nya menyimak dan mengoreksi jika ada penulisan saya yang salah atau jika tidak keberatan bisa di share sekalian hehehe.
Na Mo Ta Pei Kwan She Yin Phu Sa ( 3 X )
Na Mo He La Ta Na To La Ye Ye
Dengan Penuh Sujud Aku Berlindung Kepada Tri Ratna
Na Mo O Li Ye Po Lu Cie Ti Suo Po La Ye ,
Dengan Penuh Sujud Aku Berlindung Kepada Yang Maha Sempurna
Phu Ti Sa To Po Ye Mo He Sa To Po Ye
Makhluk Yang Telah Mencapai Pencerahan Bodhi
Mo He Cia Lu Ni Cia Ye ,
Makhluk Agung Maha Welas Asih
Aum Sa Po La Fa Yi Su Ta Na Ta Sie
Aum Beliau Yang Mempunyai Kekuatan Kesempurnaan Dharma
Na Mo Si Ci Li To Yi Meng A Li Ye
Dengan Sepenuh Hati dan Sujud Aku Berlindung Kepadamu
Po Lu Cie Ti Se Fo La Ling To Po
Sumber Segala Kesucian
Na Mo Na La Cin Ce
Setulus Hati Aku Bersujud kepadamu
Si Li Mo He Pu Tuo Sa Mi
Cahaya Kebajikan Agung Yang Tiada Batas
Sa Pho Ah Tha Tou SU Peng Ah Se Yin
Para Buddha sayup - sayup merasakannya
Sa Po Sa To Na Mo Po Sa To
Yang Memiliki Semu Kemuliaan Kebahagiaan Kemakmuran Tak Terkalahkan
Na Mo Po Chie Mo Fa The Tou
Sumber Berkah Semua Makhluk di seluruh Penjuru Alam
Ta Che Ta Aum , Ah Po Lu Si Lu Cia Ti
Aum Beliau Yang Mendengarkan Suara Dunia Mengatasi Segala Rintangan Karma
Cia Lo Ti , Yi Si Li Mo He Phu Thi Sa To
Aku Akan menjalankan Ajaranmu Sampai Tercapainya Pencerahaan
Sa Po Sa Po Mo La Mo La
Memberi Yang Terbaik Untuk Semuanya di Dalam Berkah dan Kebijaksanaan Mu ( Mo Si Mo )
Si Li Tho Yin Chi Lu Chi Lu
Ketenangan Tidak Terhingga Laksana Dharma Melepasakan Keterbatasaan Mengembangkan Kemajuan Pribadai dan Semua Makhluk
Chien Meng, Tu Lu Tu Lu Fa Se Ye Ti
Berlatilah Atasi Kelahiran dan Kematian Raih Kemenangan Agung Gemilang
Mo He Fa Se Ye Ti To La To La Ti Li Ni
Bersatulah Tenang Jernih Tajam Berani Pancarkan Cahaya Terang Benderang
Se Fo La Ye Ce La Ce La Mo Mo Fa Mo La
Guncang Guncanglah Bebaskan Aku Dari Noda Batin
Mu Ti Li Yi Si Yi Se Na Se Na
Datang Datanglah , Dengar Dengarlah
Ah La Sen Foa La She Li
Raja Dharma Memutar Ajaran
Fa Sa Fa Sen Fo La Se Ye Hu Lu Hu Lu Mo La
Kabar Gembira Senyum Suka Cita Terimalah Dharma Menyatu Dalam Hati
Hu Lu Hu Lu Si Li Suo La suo La
Laksanakan Dharma Tanpa timbul Keraguan Teguh Tak Tergoyahkan
Si Li Si Li Su Lu Su Lu
Raih Kemenangan Tak Terkalahkan Bagaikan Embun Sejuk Yang Menyembuhkan
Pu Thi Ye Pu Thi Ye Pu Tho Ye Pu Tho Ye
Terang Teranglah Batin Sadar Sadarlah Tercerahkan
Mi Ti Li Ye Na La Cin Ce Ti Li Se Ni Na
Beliau Yang Maha Asih Yang Patut di Puja Laksana Pedang Kebenaran Yang Kuat Dan Tajam
Pho Ye Mo Na Sa Po He
Kepada Yang Sempurna Svaha
Si Tho Ye Sa Pho He
Kepada Yang Mulia Svaha
Mo Ho Si Tho Ye Sa Pho He
Kepada Yang Maha Gaib Svaha
Si To Yu Yi Se P La Ye Sa Pho Le
Beliau Yang Memiliki Gaib Sempurna Svaha
Na La Cin Ce Sa Pho He , Mo La Na La
Pelindung Yang Maha asih Svaha
Sa Pho He , Si La Sen A Mu Cu Ye Sa Pho He
Beliau Yang mampu Mengatasi Semua Kesulitan Svaha, Yang Berwajah Singa Svaha
Sa Po Mo He Ah Si Tho Ye Sa Pho He
Beliau Yang Memiliki Kegaiban Agung Svaha
Ce Ci La Ah Si To Ye Sa Pho He
Beliau Yang Memiliki Kegaiban Cakra Svaha
Pho To Mo Ci Tho Ye Sa Pho He
Yang Memegang Bungah Teratai Svaha
Na La Cin Ce Pho Cia La Ye Sa Pho He
Pelindung Yang Welas Dan Patut di Puja Svaha
Mo Po Li Sen Ci La Ye Sa Pho He
Resi Agung Yang Menjalani Hidup Suci Svaha
Na Mo He La Ta Na To La Ye Ye
Dengan Penuh Sujud Aku Berlindung Pada Tri Ratna
Na Mo Ah Li Ye Po Lu Cie Ti
Dengan Penuh Sujud Aku Berlindung
Suo Po La Ye Sa Pho He
Kepada Yang Maha Sempurna Svaha
Aum Si Thien Tu Man To La Pha To Ye
Aum Semoga Jalan Mantra Ini membuahkan Kegaiban Kesuksesan
Sa Pho He
( Svaha )
Mohon koreksinya ya sobat jika ada kesalahan tulisan dan arti. Berikut ini adalah 10 Manfaat Jika Membaca Nya :
Dapat membuat hati kita lebih damai dan pikiran lebih jernih dan terang
Dapat menghilangkan segala penyakit batin
Membuat kita lebih panjang umur
Wajah kita akan selalu memancarkan kebahagiaan, sehingga rejeki lebih lancar
Dapat mengurangi karma buruk yang kita perbuat di masa lampau
Dapat mengurangi hambatan
Dapat membuka Prajna ( kebijaksanaan) untuk lebih mengerti Dhamma
Dapat menimbulkan Bodhicitta sehingga keyakinan Kita terhadap Triratna akan menjadi lebih kokoh.
Dapat terhindar dari rasa ketakutan yang berlebihan dan terhindar dari segala bencana yang akan menimpa
Setelah meninggal dunia akan dijemput oleh Para Buddha dan Bodhisattva ke Surga (Tanah Suci)

 

Penulis: Yunarsi Qin
Unknown Web Developer

Morbi aliquam fringilla nisl. Pellentesque eleifend condimentum tellus, vel vulputate tortor malesuada sit amet. Aliquam vel vestibulum metus. Aenean ut mi aucto.

Kisah Serigala


Pada suatu malam, seorang tua dari Suku Indian Cherokee berkata kepada Cucu laki-lakinya:
“Cucuku, terdapat sebuah pertarungan antara 2 ekor Serigala di dalam diri kita semua.
Serigala yang satu adalah Kejahatan. Dia adalah kemarahan, iri-dengki, cemburu, kesedihan, penyesalan, rakus, sombong, mengasihi diri-sendiri, bersalah, dendam, bersifat rendah, kebohongan, kebanggaan semu, merasa dirinya paling unggul, dan mementingkan diri sendiri”.
“Serigala yang satunya lagi adalah Kebaikan. Dia adalah kegembiraan, damai, cinta, harapan, ketenteraman, kebaikan hati, kebajikan, bisa merasakan penderitaan orang lain, kemurahan hati, kebenaran, rasa belas kasihan, dan kepercayaan".
Sang Cucu memikirkannya beberapa saat dan kemudian bertanya: “Serigala yang mana yang menang?”
Sang Kakek menjawab: “Yang kamu beri MAKAN.”

Unknown Web Developer

Morbi aliquam fringilla nisl. Pellentesque eleifend condimentum tellus, vel vulputate tortor malesuada sit amet. Aliquam vel vestibulum metus. Aenean ut mi aucto.

Kamis, 29 September 2016

BUDDHA DAN AIR DANAU


Satu kali, Buddha sedang berjalan dari suatu kota ke kota lain dengan beberapa pengikutnya. Ketika mendekati sebuah danau, Buddha berkata kepada seorang pengikutnya: "Saya haus. Tolong ambilkan saya air dari danau itu."
Pengikutnya itu berjalan menuju danau itu. Ketika mendekat, dilihatnya beberapa orang sedang mencuci pakaian di danau itu, dan baru saja sebuah gerobak yg ditarik 2 ekor sapi melintasi pinggir danau itu. Air sekitarnya menjadi keruh dan berwarna gelap. Pengikut ini berpikir : "Mana mungkin memberi air keruh kepada Guru Buddha sbg air minum?"
Iapun kembali dan menyampaikan ke Buddha: " Airnya sedang keruh. Saya pikir belum bisa diminum."
Waktu berlalu, dan setengah jam kemudian Buddha memintanya keembali ke danau utk mengambilkan air minum untuknya. Dengan patuhnya iapun kembali ke danau. Sekarang air danau sudah menjadi bening kembali. Lumpurnya sudah mengendap dan air di atasnya sudah berubah jernih & siap diminum. Iapun mengisi potnya dengan air itu.
Ketika Buddha melihatnya, ia berkata kpd pengikutnya:
"Lihatlah, apa yg kamu lakukan utk membuat air itu jernih ?
Kamu diamkan, maka lumpurnya perlahan-lahan turun dengan sendirinya, dan kamu mendapat air yg bersih.
Begitu juga dengan pikiranmu.
Kalau sedang tidak tenang ataupun galau, diamkan saja dulu. Beri waktu sesaat, lalu pikiran keruhmu itu akan berubah dng sendirinya. Tidak usah repot utk mengendapkannya. 

                                             
                                           "Sabbe satta bhavantu sukhitatta"
                                             สัพเพ สัต ตา ภะ วัน ตุ สุขิตัต ตา
Unknown Web Developer

Morbi aliquam fringilla nisl. Pellentesque eleifend condimentum tellus, vel vulputate tortor malesuada sit amet. Aliquam vel vestibulum metus. Aenean ut mi aucto.

Dhammapada Ayat 63


Kisah Dua Orang Pencopet

Suatu ketika dua orang pencopet bersama-sama dengan sekelompok umat awam pergi ke Vihara Jetavana. Di sana Sang Buddha sedang memberikan khotbah. Satu di antara mereka mendengarkan dengan penuh perhatian dan mencapai tingkat kesucian sotapatti. Tetapi pencopet satunya lagi tidak memperhatikan khotbah yang disampaikan karena ia hanya berpikir untuk mencuri sesuatu. Ia mengatur cara untuk mengambil sejumlah uang dari salah seorang umat. Setelah khotbah berakhir mereka pulang dan memasak makan siangnya di rumah pencopet kedua, pencopet yang sudah mengatur cara untuk mengambil sejumlah uang tersebut.
Istri dari pencopet kedua mencela pencopet pertama: “Kamu sangat tidak bijaksana, mengapa kamu tidak mempunyai sesuatu untuk dimasak di rumahmu?” Mendengar pernyataan tersebut, pencopet pertama berpikir, “Orang ini sangat bodoh, dia berpikir bahwa dia menjadi sangat bijaksana”. Kemudian bersama-sama dengan keluarganya, ia menghadap Sang Buddha dan menceritakan apa yang telah terjadi pada dirinya.
Kemudian Sang Buddha membabarkan syair 63 berikut: Bila orang bodoh dapat menyadari kebodohannya, maka ia dapat dikatakan bijaksana; tetapi orang bodoh yang menganggap dirinya bijaksana, sesungguhnya dialah yang disebut orang bodoh.
Semua keluarga pencopet pertama tersebut mencapai tingkat kesucian sotapatti setelah khotbah Dhamma itu berakhir.

Unknown Web Developer

Morbi aliquam fringilla nisl. Pellentesque eleifend condimentum tellus, vel vulputate tortor malesuada sit amet. Aliquam vel vestibulum metus. Aenean ut mi aucto.

Apakah Yang Dilakukan Sang Buddha Dengan “Pose” Tangan-Nya?


Kita semua tentunya seringkali melihat rupang atau lukisan dari Sang Buddha yang dimana tangan Beliau membentuk beberapa pose yang sering disebut sebagai “Mudra”. Berikut adalah beberapa “Mudra” beserta dengan artinya dengan berbagai contoh Mudra yang diambil dari rupang - rupang Sang Buddha di Candi Borobudur.
1. MUDRA BUDDHA #1 : ABHAYA – TIADA KETAKUTAN
    Marilah kita mulai dengan salah satu bentuk Mudra yang sangat populer yang biasa disebut dengan Mudra Abhaya, yang melambangkan Tiada Ketakutan / Tidak Gentar.
Ini adalah bentuk Mudra yang sangat populer yang banyak sekali dijumpai dalam image Buddha baik itu berapa rupang, lukisan atau beberapa kerajinan tangan lainnya.
Apakah Mudra Abhaya? Abhaya jika diartikan dalam Bahasa Sansekerta berarti “Tiada Ketakutan”. Mudra Abhaya dibentuk dengan posisi tangan kira yang terbuka dan menengadah di pangkuan, sementara tangan kanan diangkat sedikit di atas lutut kanan dengan telapak yang mengahadap ke depan. Jika Anda melihat posisi Mudra Abhaya tersebut, Anda akan merasakan suatu bentuk perlindungan, kedamaian dan turut merasakan kekuatan yang luar biasa serta perasaan sangat aman. Mudra ini identik dengan Dhyani Budha Amogasidha yang berkuasa di utara.


2. MUDRA BUDDHA #2 : DHYANA – MEDITASI
Apakah Mudra Dhayana itu? Dhayana atau Mudra Samadhi adalah suatu gerakan Mudra yang memberikan energi meditasi, perenungan yang mendalam, penyatuan dengan kekuatan yang lebih besar.
Perputaran enerji ini terjadi dari bentuk segitiga yang terbentuk dari pertemuan kedua ibu jari dari kedua tangan dimana kedua tangan diletakan di pangkuan, tangan kanan berada di atas tangan , menengadah dan kedua ibu jari bertemu.
Dengan pose Mudra Dhyana ini dan mempraktekkannya, kita akan dapat merasakan kedamaian dan ketengangan ketika bermeditasi. Mudra ini identic dengan Dhyani Budha Amitabha yang menjadi penguasa daerah barat.


3. MUDRA BUDDHA #3 : BHUMISPARSA – MEMANGGIL BUMI SEBAGAI SAKSI
Mudra ini menggambarkan sikap tangan sedang menyentuh tanah. Tangan kiri terbuka dan menengadah di pangkuan, sedangkan tangan kanan menempel pada lutut kanan dengan jari-jarinya menunjuk ke bawah.
Sikap tangan ini melambangkan saat Sang Budha memanggil Bumi sebagai saksi ketika ia menangkis serangan Iblis Mara.




4. MUDRA BUDDHA #4 : WARA – KEDERMAWANAN
Mudra ini menggambarkan pemberian amal. Sepintas sikap tangan ini tampak nampak serupa dengan Bhumisparca Mudra tetapi telapak tangan yang kanan menghadap ke atas sedangkan jari-jarinya terletak di lutut kanan. Dengan mudra ini dapat dikenali Dhyani Budha Ratna Sambawa yang bertahta di selatan.


5. MUDRA BUDDHA #5 : DHARMACHAKRA - PEMUTARAN RODA DHARMA
Mudra ini melambangkan gerak memutar roda dharma. Kedua tangan diangkat sampai ke depan dada, yang kiri di bawah yang kanan. Tangan yang kiri itu menghadap ke atas, dengan jari manisnya. Sikap tangan demikian memang serupa benar dengan gerak memutar sebuah roda. Mudra ini menjadi ciri khas bagi Dhyani Budha Wairocana yang daerah kekuasaannya terletak di pusat.

Unknown Web Developer

Morbi aliquam fringilla nisl. Pellentesque eleifend condimentum tellus, vel vulputate tortor malesuada sit amet. Aliquam vel vestibulum metus. Aenean ut mi aucto.

Rabu, 28 September 2016

Delapan Cara Menjalani Hidup Menurut Buddhisme


Delapan Cara Menjalani Hidup Menurut Buddhisme:
1. Appreciate - Menghargai segala sesuatu
2. Relax - Tidak terburu buru
3. Smile - Selalu tersenyum & penuh suka cita
4. Let Go - Melepaskan, tidak terikat
5. Aware - Selalu penuh kesadaran
6. Thankful - Bersyukur atas segala sesuatu, baik / buruk
7. Forgive - Memaafkan
8. Action - Bertindak, tidak hanya berteori saja




Unknown Web Developer

Morbi aliquam fringilla nisl. Pellentesque eleifend condimentum tellus, vel vulputate tortor malesuada sit amet. Aliquam vel vestibulum metus. Aenean ut mi aucto.

Jumat, 02 September 2016

Pengabdian 10 Hari dan Pengabdian 10 Tahun




Alkisah, seorang Raja memiliki 10 anjing ganas untuk menghukum kriminal yang bersalah.

Jika Sang Raja tidak berkenan, maka orang yang bersalah akan dilempar ke kandang anjing agar dicabik oleh anjing-anjing ganas tersebut.


Suatu hari, seorang Menteri salah mengambil keputusan yang mengakibatkan Raja murka. Maka, sebagai hukuman, Sang Raja memerintahkan agar Sang Menteri dimasukkan ke kandang anjing ganas tersebut.

Menteri berkata: “Paduka, saya telah mengabdi padamu selama 10 tahun, tapi Paduka tega menghukumku begini. Atas pengabdianku selama ini, saya hanya minta agar pelaksanaan hukuman saya ditunda 10 hari”.

Sang Raja pun mengabulkannya. Sang Menteri bergegas menuju kandang anjing tersebut & meminta izin kepada penjaga untuk mengurus anjing-anjing di sana.

Ketika ditanya untuk apa, Sang Menteri hanya menjawab: “Setelah 10 hari nanti, engkau akan tahu”. Mengingat yang meminta izin adalah Menteri, maka si penjaga mengizinkannya.

Selama 10 hari itu, Sang Menteri memelihara, mendekati, memberi makan, bahkan sampai bisa memandikan anjing-anjing tersebut sehingga mereka menjadi sangat jinak pada Sang Menteri.

Ketika tiba waktu eksekusi, dengan disaksikan Raja, Sang Menteri dimasukkan ke kandang anjing. Betapa kagetnya Sang Raja ketika melihat anjing-anjing yang terkenal galak itu justru jinak pada Sang Menteri.

Maka Sang Raja bertanya, “Wahai Menteri-ku, apa yang telah kaulakukan pada anjing-anjing tersebut?”

Jawab Menteri: “Saya mengabdi pada anjing-anjing ini selama 10 hari & mereka tidak melupakan jasaku.”

Mendengar penjelasan Sang Menteri, terharulah Sang Raja. Sang Raja akhirnya memaafkan Sang Menteri ini dan membebaskannya dari hukuman.
Unknown Web Developer

Morbi aliquam fringilla nisl. Pellentesque eleifend condimentum tellus, vel vulputate tortor malesuada sit amet. Aliquam vel vestibulum metus. Aenean ut mi aucto.

Riwayat Ksitigarbha Bodhisattva / Di Zang Wang Phusa / 地藏王菩薩 - Bagian 2




Selain kisah di pada artikel sebelumnya, juga masih ada versi lain yang menceritakan tentang kelahiran Bodhisattva Ksitigarbha. Dalam salah satu sutra Buddhis yang sangat terkenak di Tiongkok, Buddha menceritakan bahwa Ksitigarbha pernah terlahir sebagai putri Brahman yang bernama gadis suci. Ketika ibunya meninggal, ia sangat sedih hati, karena pada masa hidupnya, ibu gadis suci, sering mengumpat Triratna, maka dilahirkan dialam neraka. Untuk menyelamatkan ibunya yang tersiksa dineraka, ia memberikan persembahan kepada Buddha pada masa itu. Ia berdoa dengan kesungguhan hati agar ibunya dibebaskan dari siksaan neraka, dan memohon kepada Buddha agar menolongnya.


Kisah tentang Ksitigarbha diceritakan dalam Sutra Tekad Agung Bodhisattva Ksitigarbha, salah satu sutra Buddhis aliran Mahayana yang paling terkenal. Sutra ini dikatakan telah diucapkan oleh Buddha menjelang akhir hidupnya dihadapan para makhluk di alam surga Trayastrimsa sebagai tanda syukur dan peringatan kepada ibunya yang tercinta, Māyādevī.

Ksitigarbha Biodhisattva pernah berjanji kepada Sakyamuni Buddha; “Saya akan mematuhi ajaranmu untuk melepaskan makhluk-makhluk dari penderitaan, dan membimbing mereka untuk mencapai kebebasan. Saya akan bekerja keras hingga Buddha Maitreya datang ke dunia ini”.
Buddha Sakyamuni memberikan nasihat; “Dengarkan baik-baik, jika seseorang pada waktu akan datang melihat lukisan/pratima Bodhisattva Ksitigarbha; mendengar sutra Ksitigarbha dan menghafalkannya, memberi persembahan dan menghormati Bodhisattva Ksitigarbha, mereka akan memperoleh keuntungan selama hidupnya dan kelak akhirnya akan mencapai kebuddhaan.

Bodhisattva Ksitigarbha sering dilukiskan dalam keadaan berdiri, tangannya memegang Cintamani (permata kebijaksanaan) atau Tongkat Bergemerincing, tongkat pemberi peringatan (disebut Khakkara). Wajahnya menunjukkan kebajikan. Banyak pula Bodhisattva Ksitigarbha yang dilukiskan dalam posisi duduk diatas teratai, tangannya memegang permata menyala yang dianggap berkekuatan dahsyat. Di kepalanya terdapat mahkota dengan lima lembar kelopak teratai, setiap kelopak terdapat lukisan Panca Dhayani Buddha. Dengan tongkatnya Ksitigarbha dapat membuka pintu neraka, sedangkan permata di tangannya dapat menerangi kegelapan neraka. Kadang kala kita temui Bodhisattva Ksitigarbha berdiri dan tangan kirinya memegang mangkok sedekah (patta) dan tangan kanannya membentuk mudra, sebagai tanda “Jangan takut” dan memberikan kedamaian semua makhluk.
Unknown Web Developer

Morbi aliquam fringilla nisl. Pellentesque eleifend condimentum tellus, vel vulputate tortor malesuada sit amet. Aliquam vel vestibulum metus. Aenean ut mi aucto.

Riwayat Ksitigarbha Bodhisattva / Di Zang Wang Phusa / 地藏王菩薩 - Bagian 1




Ksitigarbha Bodhisattva / Di Zang Wang Phusa / 地藏王菩薩 adalah salah satu dari 4 Bodhisattva utama dalam Buddhisme Mahayana di Asia Timur. 3 Bodhisattva lainnya adalah Samantabhadra Bodhisattva, Manjusri Bodhisattva, dan Avalokitesvara Bodhisattva.

Ksitigarbha (Sanskerta: क्षितिगर्भ Kṣitigarbha) dikenal dalam Buddhisme di Asia Timur sebagai seorang Bodhisattva Mahasattva, biasanya dimanifestasikan dalam bentuk rupa seorang Bhikkhu. Namanya dapat diartikan sebagai "Bendahara Bumi", "Simpanan Bumi", atau "Rahim Bumi".

Ksitigarbha terkenal oleh komitmen tekadnya untuk mengambil tanggung jawab atas seluruh mahluk di enam alam, pada masa antara berakhirnya Buddha Gautama (Shakyamuni) dan kebangkitan Buddha Maitreya, juga oleh komitmen tekad mulianya untuk tidak mencapai pencerahan sebelum penghuni alam neraka menjadi kosong. Oleh karena itu ia seringkali dikenal sebagai Bodhisattva yang senantiasa menolong semua jiwa manusia yang terjatuh dalam alam neraka.

Dalam wihara Mahayana biasanya ia memanifestasikan dirinya sebagai seorang bhikkhu dengan lingkaran cahaya mengelilingi kepalanya, ia membawa tongkat pembuka pintu alam neraka dan sebuah mutiara / permata pengabul permohonan untuk menerangi jalan kegelapan alam neraka.

Pada usia 99 tahun Beliau meninggal tepat pada tanggal 30 bulan 7 menurut penanggalan Imlek. Ada juga yang mengatakan bahwa pada waktu itu Di Zang telah berusia lanjut. Seorang cendikiawan kenamaan yang bernama Zhu ge Jie bersama temannya sedang bertamasya ke gunung untuk mencari udara segar. Sampai di atas, Qing Qi Yan melihat Di Zhang Wang sedang bersamadi dengan tekun, makannya hanya nasi putih yang dimasak encer diatas tungku dari tanah. Diam-diam timbul rasa hormatnya ia lalu mendirikan kuil diatas gunung Jiu Hua Shan. Sejak itu para Bhiksu dari berbagai tempat mendatangi Di Zhang Wang untuk menerima ajarannya. Jin Qiao Jue meninggal pada tahun pemerintahan Kaisar Xuan Cong dari dinasti Tang (728 M) tanggal 30 bulan 7 Imlek.

Inilah sebabnya mengapa setiap jatuh tanggal tersebut masyarakat banyak membakar hio yang disebut Di Zang Siang atau dupa Di Zang. Jenasah Jin Qiao Jue ditempatkan pada sebuah batu kecil, sampai pada suatu ketika jenasah hendak dikeluarkan, terjadi keajaiban, dimana jenasah tersebut masih dalam keadaan baik dan tidak membusuk, wajahnya hanya seperti orang tidur. Pada masa pemerintahan kaisar Xiao Cong, para penganutnya membangun sebuah pagoda di Nan-Tai (salah satu puncak di Ciu Hua Shan) dan menempatkan abunya disitu. Tatkala pagoda itu sudah selesai dibangun dan abu telah ditempatkan, ternyata pagoda itu telah mengeluarkan sinar yang gilang gemilang, sehingga mengherankan orang yang ada di situ. Tempat itu kemudian diubah namanya menjadi Shen Kuang Ling yang berarti bukit Cahaya Malaikat. Sejak itu Ciu Hua Shan menjadi salah satu gunung suci umat Buddha.
 
Unknown Web Developer

Morbi aliquam fringilla nisl. Pellentesque eleifend condimentum tellus, vel vulputate tortor malesuada sit amet. Aliquam vel vestibulum metus. Aenean ut mi aucto.

Senin, 29 Agustus 2016

Cerita benar tentang KARMA (based on true story):




Satu ketika ada 1 keluarga yang kaya raya dan suka berdana, walau hubungan mereka baik dgn org sekitar, kekayaan mereka yang berlimpah tetap menarik perhatian bagi sebagian orang yg iri hati pada kekayaan mereka.

Satu ketika kumpulan orang-orang iri hati ini berkomplot menyusun rencana merampok keluarga kaya tersebut. Mereka berhasil membujuk seorang pekerja rumah tangga untuk bersedia memberi mereka akses masuk untuk memuluskan aksi mereka merampok.

Di hari yang ditentukan, perampokanpun terjadi. Saat mereka telah mengambil semua harta benda dan barang2 berharga, mereka sepakat untuk membunuh semua anggota keluarga kaya ini, kemudian membakar rumah mereka untuk menghilangkan barang bukti. Namun terdapat 1 perampok keberatan dengan ide itu.

"Tidak perlu membunuh mereka sekeluarga, bukankah kita hanya ingin hartanya saja?" Namun karena ia sendirian, suaranya tidak di dengar. Komplotan perampok lebih setuju dengan rencana pembunuhan untuk menghilangkan barang bukti.

Pembunuhanpun terjadi, semua anggota keluarga tersebut mati tidak bersisa. Kemudian mayat mereka diguyur minyak tanah dan dibakar bersama rumah yang telah kosong dirampok. Si perampok yang keberatan membunuh, pergi dengan pembagian hasil rampokannya tanpa ikut membunuh.

Kejadian ini diketahui masyarakat sekitar sebagai musibah kebakaran saja, tidak ada bukti dan saksi yang mengarahkan ke kejadian perampokan dan pembunuhan yang sebenarnya. Dan komplotan perampok tersebut melanjutkan hidup mereka dengan menikmati hasil rampokannya. The end...

Pada kehidupan yang berbeda, ada sebuah mini bus yang mengangkut serombongan kecil turis Cina mengalami sebuah kecelakaan. Beritanya tersebar sampai ke seluruh negeri karena terdapat kejadian aneh dari kecelakaan tsb.

Mini bus tersebut menabrak sebuah becak yang mengangkut minyak tanah di area jalan perbukitan dan MELEDAK! Si penarik becak meninggal terbakar, seisi bus juga meninggal terbakar. Tapi supir busnya selamat. Supir bus tersebut mengalami luka bakar yang cukup parah, tapi ia bertahan hidup.

Orang2 bertanya2, bagaimana bisa si supir yang duduk di bagian depan yang terbakar duluan bisa bertahan hidup sementara orang2 yang ia bawa dalam bus tidak ada yang selamat dari kecelakaan tersebut? Bukankah itu keajaiban?

Kisah ini banyak diperbincangkan dan di bahas dalam artikel2 yg dimuat di koran. Ternyata si tukang becak sedang tergesa-gesa mengantarkan minyak tanah pesanan tuan tanah setempat, sementara mini bus datang dari arah berlawanan jalan menikung, sehingga tabrakanpun terjadi. Minyak tanah yang terhambur menyebabkan ledakan api berakibat kematian masal.

Tapi bagaimana bisa si supirnya selamat? Semua orang menerka-nerka dan berspekulasi, saking penasarannya seorang "Cenayang" terkenal dimintai keterangan...

Dan terungkaplah hutang piutang mereka di kehidupan lampau...

*Si tukang becak adalah pembantu rumah tangga yang memberi akses pada kawanan perampok sehingga mereka berhasil menjalankan aksinya,
*tuan tanah yang memesan minyak tanah adalah keluarga kaya korban perampokan dan pembunuhan,
*Sekelompok turis yang mati terbakar dalam mini bus adalah kawanan perampok yang membunuh dan membakar keluarga kaya, dan si supir bus yang selamat adalah perampok yang menolak melakukan pembunuhan pada keluarga kaya tersebut*.

Semua benar-benar mendapat "bagian-bagiannya masing-masing.

Tapi tahu gak sich bagian yang paling menarik dari cerita ini?

Si keluarga kaya korban perampokan TIDAK (perlu/sedang) berupaya membalas dendam pada pembunuh mereka. Di kehidupan ini mereka 'hanya' sedang memesan sejumlah besar minyak tanah untuk keperluan bisnis mereka yang sialnya menyebabkan kecelakaan yang menewaskan banyak orang.

Tapi karma pembalasannya tetap berjalan...

Jadi teman, setelah membaca kisah ini, MARI KITA MELANJUTKAN HIDUP KITA DENGAN PENUH SUKA CITA DAN HATI RIANG, tidak perlu repot membuang waktu, pikiran dan tenaga 'membalas' perlakuan buruk dari orang-orang iseng di sekitar anda. karena CEPAT/ LAMBAT mereka akan memetik hasilnya.
Unknown Web Developer

Morbi aliquam fringilla nisl. Pellentesque eleifend condimentum tellus, vel vulputate tortor malesuada sit amet. Aliquam vel vestibulum metus. Aenean ut mi aucto.

Pikiran Batu




Seorang Master Zen dari Tiongkok bernama Hogen tinggal sendirian di sebuah kuil kecil di negeri itu. Suatu hari, datanglah empat bhiksu yang mampir di daerah tersebut dalam perjalanan mereka. Para bhiksu itu bertanya apakah mereka bisa membuat api di halaman rumah Master Hogen untuk menghangatkan diri mereka.

Ketika mereka membuat api, Hogen mendengar mereka ber-argumen tentang subjektivitas dan objektivitas. Beliau menghampiri mereka dan berkata: “Di sini ada sebongkah batu besar. Menurut Anda, batu ini ada di dalam atau di luar pikiran Anda?”


Salah satu bhiksu menjawab: “Menurut Buddhisme, segala sesuatu merupakan perwujudan pikiran. Jadi, jawaban saya adalah: batu itu ada di dalam pikiran saya.”

“Jika Anda terus membawa batu dalam pikiran Anda,” Master Hogen mengamati bhiksu tersebut sejenak, “Kepala Anda pasti terasa sangat berat.”

The Stone Mind

Hogen, a Chinese Zen teacher, lived alone in a small temple in the country. One day four traveling monks appeared and asked if they might make a fire in his yard to warm themselves.

While they were building the fire, Hogen heard them arguing about subjectivity and objectivity. He joined them and said: "There is a big stone. Do you consider it to be inside or outside your mind?"

One of the monks replied: "From the Buddhist viewpoint everything is an objectification of mind, so I would say that the stone is inside my mind."

"Your head must feel very heavy," observed Hogen, "if you are carrying around a stone like that in your mind."
Unknown Web Developer

Morbi aliquam fringilla nisl. Pellentesque eleifend condimentum tellus, vel vulputate tortor malesuada sit amet. Aliquam vel vestibulum metus. Aenean ut mi aucto.

Riwayat Yang Arya Nagarjuna - Bagian 3 (Akhir)




Dalam mengajarkan Mahaprajnaparamita Sutra, ia menyadari tidak semua orang mampu menangkap makna yang sesungguhnya. Oleh karena itu ia mendirikan ajaran Jalan Tengah yang menonjolkan tentang kesunyataan (kekosongan). Ia mengarang 6 sifat kebijakan berdasarkan logika yang diambil dari sabda-sabda Hyang Buddha.

Setelah masa itu, Nagarjuna berdiam di gunung Urisa yang ada di utra. Ia ditemani oleh 1000 orang muridnya hingga beberapa orang muridnya mencapai tingkat siddhi Mahamudra. Setelah itu ia berjalan ke utara, ke Kurava. Sebelum sampai Nagarjuna tiba di kota Salamana. Dimana ia bertemu seorang anak yang bernama Jetaka. Dari garis tangannya Nagarjuna tahu suatu hari anak muda ini akan menjadi raja. Begitulah yang terjadi, setelah bertahun-tahun mengajarkan Dharma di Kurava, suatu hari anak muda yang dulu ditemuinya kini telah menjadi raja. Raja muda itu memberi banyak permata sebagai tanda penghormatan kepada Nagarjuna. Untuk membalas kebaikan raja, Nagarjuna memberinya permata paling berharga yaitu: Dharma. Nagarjuna memberikan Trisarana dan memberi beliau nama Buddhis yaitu Ratnavali.

Setelah merasa tugasnya di utara selesai, Nagarjuna berjalan ke arah sebaliknya di selatan. Di selatan inilah Nagarjuna menyelesaikan sutra Dharmadhatu Stava. Beliau juga dengan tekad yang tinggi, memutar roda Dharma di selatan. Hingga saat itu, Nagarjuna telah memiliki banyak karya Dharma yang terbagi atas 3 kategori, yaitu:
koleksi Dharma desana dan karangan seperti : Ratnavali, Surlekha, Prajna Sataka, Prajna Danda, dan Janaposana Bindu.
koleksi sutra penghormatan keagungan seperti: Dharmadhatu Stava, Lokatita Stava, Acintya Stava dan Paramatha Stava
koleksi karangan pemahaman dan pemikiran logika seperti: Mulamadhyamika Karika, dan lainnya.
Nagarjuna banyak menulis ulasan risalah tentang sutra dan mantra, menjelaskan, mendeskripsikan, membabarkan banyak ajaran Hyang Buddha, layaknya seorang Manusi Buddha turun kembali ke bumi.

Nagarjuna juga dikenal sebagai guru Dharma yang mencetuskan 3 proklamasi Dharma. Yang pertama adalah ketika beliau dengan berani menegakkan vinaya yang sebenarnya bagi para Sangha di Vihara Nalanda sekaligus meniadakan dan membetulkan aturan vinaya yang salah. Sebuah catatan menyebutkan Nagarjuna laksana Hyang Tatthagata ketika pertama kali memutar roda Dharma yang pertama kali. Kedua ketika beliau memberikan penjelasan yang terperinci mengenai konsep jalan tengah, baik secara lisan dalam pembabaran Dharmadesana, maupun dalam tulisan melalui karya-karya risalahnya. Ketiga ketika ia berada di selatan mendedikasikan diri membuat ulasan serta sutra penghormatan keagungan.

Dalam salah satu catatan biografi Tibet mengenai seorang raja bernama Gautamaputra disebutkan bahwa ketika ia telah naik tahta, ia membutuhkan seorang penasihat spiritual. Dalam kebimbangan kriteria pemilihan, entah bagaimana dikatakan bahwa ia bertemu dengan seorang yang meminta nasihat. Orang tersebut menyebutkan kriteria penasihat spiritual adalah orang selalu bertindak bijaksana serta dalam keadaan bahaya sekalipun selalu menjunjung tinggi nilai cinta kasih. Dan orang itu menyebutkan contoh seperti dirinya yang menyetujui kepalanya dipenggal dengan sabit pemotong rumput. Hal itu dikarenakan adalah buah karma masa lampaunya yang telah tanpa sengaja memotong makhluk hidup dengan sabit.

Agama Buddha Vajrayana mengakui Nagarjuna sebagai “Buddha Kedua”. Nagarjuna menyebutkan kerancuan Budhisme Selatana dan Utara yang terjadi pada waktu itu dengan pikiran, pemahaman logika, dan berdasarkan panduan sutra yang ada. Ia memberikan pemahaman melalui jalan tengah dan konsep kesunyataan dan bahwa semua adalah Dharma.

Biografi asli Nagarjuna, pertama kali diterjemahkan dalam dua versi, bahasa Mandarin dan Tibet. Di dalamnya terdapat banyak pengalaman Nagarjuna yang mengetengahkan kesaktian dan kemampuannya, yang sebagian proporsinya berbau mistik. Bagaimanapun, penggabungan catatan sejarah, cerita legenda yang beredar, penggabungan tulisan-tulisan beliau maupun sutra dan catatan lainnya, tekad beliau dalam memutar roda Dharma, tak dapat disangkal lagi, dalam kehidupannya, beliau adalah seorang Dharma Duta dan Bhiksu Buddhis yang luar biasa.

Sumber: Seberkas Sinar Dharma
Unknown Web Developer

Morbi aliquam fringilla nisl. Pellentesque eleifend condimentum tellus, vel vulputate tortor malesuada sit amet. Aliquam vel vestibulum metus. Aenean ut mi aucto.

Riwayat Yang Arya Nagarjuna - Bagian 2




Dalam rangka memperingati HUT dari Yang Arya Nagarjuna (Lunar tanggal 24 bulan 07) yang jatuh pada hari Jumat, 26 Agustus 2016, Cetya Tathagata Jakarta akan memberikan sekilas mengenai sejarah dari Nagarjuna yang akan terbagi menjadi 3 artikel.

Riwayat Yang Arya Nagarjuna - Bagian 2

Pada usia delapan tahun, ia mulai mempelajari teks-teks Budhisme dan Dharma. Suatu hari kembali dan meminta ijin pada orang tuanya untuk menjadi Sangha. Ia kemudian dikenal sebagai Bhiksu Srimanta. Bhikkhu Srimanta mendapat kesempatan menjumpai seorang guru bernama Ratna Mati, beliau adalah manifestasi dari Manjusri Bodhisattva.

Pada suatu waktu, bahaya kelaparan berkepanjangan di Magadha terjadi, mengakibatkan populasi turun drastis. Kepala vihara, Bhiksu Bhadra Rahula Sthavira menyuruh Bhiksu Srimanta untuk meminta ajaran kimia kepada seorang Brahmana. Ia memberikan dua lembar daun dari kayu cendana. Yang satu harus dipegang di tangan dan yang satu harus diletakkan di sepatu. Lalu pergilah ia menemui Brahmana yang dimaksud untuk mendapatkan “Resep Mujarab” yang dapat merubah besi menjadi emas.

Brahmana tersebut terkejut karena seseorang harus memiliki keahlian khusus baru dapat ke tempatnya. Brahmana itu mengatakan, “Pengetahuan dibalas dengan pengetahuan atau harus dibayar dengan emas”. “Baiklah”, jawab Bhiksu Srimanta, “Kita harus saling bertukar pengetahuan.” brahmana yang tertarik segera memberikan instruksi untuk kembali ke Magadha. Sesuai petunjuk Brahmana tersebut, beberapa cairan kimia dituangkan ke besi dan berubah menjadi emas.

Setelah kejadian itu, Bhiksu Srimanta yang tadinya menjadi pelayan para bhiksu menjadi pelayan ketua Vihara Nalanda. Dalam waktu singkat ia menemukan banyak anggota Sangha yang memiliki moral yang buruk. Ia mengeluarkan 8000 bhiksu dan sramanera. Pada masa itu terdapat seorang bhiksu yang bernama Samkara yang mengajarkan ajaran yang salah. Ia mengeluarkan sebuah kitab yang disebut sumber pengetahuan. Kitab tersebut berisi 12.000 ayat yang menyudutkan doktrin Mahayana. Dengan kepandaian dan logika, Bhiksu Srimanta melawan semua ayat itu. Ia juga menunjukkan kitab-kitab lain yang tidak sesuai dengan ajaran Mahayana. Srimanta juga bertemu dengan 500 mahasiswa nonbuddhis di Jatasamghata, mengadakan debat dengan mereka dan tidam mematahkan semua uraian yang salah pengertian tentang Mahayana.

Berikutnya, Bhiksu Srimanta rajin mempelajari Tripitaka ketika suatu hari datanglah dua anak muda penjelmaan dari putra naga Taksala. Kedua putra naga itu mengundang Srimanta ke istana mereka untuk mengambil kitab yang telah disimpan Hyang Buddha selama 500 tahun di dasar laut. Berisi ceramah-ceramah Hyang Buddha baik yang tersurat maupun yang tersirat, untuk manusia yang telah banyak berbuat akusala karma. “karena saya sudah disini, mohon serahkan sutra Mahaprajnaparamita Sutra yang terdiri d dari 10.000 ayat. Saya akan segera kembali ke dunia”. Kata Srimanta. Namun raja naga hanya memberikan 8000 ayat.

Setelah itu, ia menyebarkan ajaran Mahayana lebih giat lagi. Sampai suatu hari ketika ia memberikan khotbah Dharma di sebuah taman vihara dibawah pohon arjuna, enam ekor naga membentuk badan mereka menjadi sebuah payung yang melindunginya dari terik matahari. Orang-orang yang melihat mengira beliau adalah raja naga, memanggilnya “Nagarjuna”. Nagarjuna membangun banyak vihara dan sekitar 180 stupa untuk menempatkan relik Hyang Buddha di Magadha, Sravasta, Saketa, Campaka, Varanasi, Rajagraha dan Vaisali.
 
Unknown Web Developer

Morbi aliquam fringilla nisl. Pellentesque eleifend condimentum tellus, vel vulputate tortor malesuada sit amet. Aliquam vel vestibulum metus. Aenean ut mi aucto.

Riwayat Yang Arya Nagarjuna - Bagian 1




Nagarjuna merupakan seorang Brahmana yang lahir di India Selatan di kota Vidarbha (yang berarti tanah pohon palem) pada tahun 150 M, sekitar 400 tahun sesudah Hyang Buddha Mahaparinibbana.


Nagarjuna merupakan ahli sastra dan filsafat, pembabar Dharma, penulis sutra, pendiri sekte jalan tengah atau yang lebih dikenal dengan Madhyamika. Nagarjuna merupakan tokoh penting dalam perkembangan agama Buddha, setelah para murid langsung Hyang Buddha Parinibbana. Beliau membawa pengaruh besar kepada Buddhisme di China dan Jepang sehingga berkembang sangat pesat, memperkenalkan praktek Dharma dengan sederhana. Pada masa Madhyamika inilah gerakan Mahayana timbul secara nyata. Merubah tujuan dari Arahat menjadi Bodhisattva dan Samyak Sambuddha.

Brahmana tersebut sebelumnya tidak memiliki putra. Suatu hari Brahmana tersebut bermimpi bahwa ia akan memiliki putra bila ia memberi persembahan kepada 100 Brahmana lainnya. Akhirnya sepuluh bulan kemudian putranya lahir.

Seorang peramal mengatakan bahwa bayi ini hanya akan bertahan hidup selama 7 hari, kecuali bila orangtuanya mau memberi persembahan kepada 100 orang bhikkhu maka putra mereka akan hidup selama 7 tahun. Setelah anak itu berumur hampir 7 tahun, orang tuanya yang tak tega melihat kematiannya membawa dia pergi dari kota bersama beberapa pelayan. Selama perjalanannya, beliau melihat Dewa Khasarpana (manifestasi dari Arya Avalokitesvara). Sejak kecil, Nagarjuna terkenal pintar, bijaksana, dan memiliki ingatan yang tajam. Ketika beranjak dewasa, ia mempelajari filsafat, sastra dan mantra-mantra.

Dalam perjalanannya, ia sampai ke sebuah vihara bernama Nalanda. Di vihara itu ia membacakan puisi dengan indah dan terdengar oleh bhikshu Saraha. Salah satu pelayannya menceritakan riwayat hidup anak kecil yang sangat menarik hati Saraha tersebut. Saraha mengatakan bila ia berjanji untuk melepaskan kehidupan duniawi dan rajin membaca mantra, maka ia akan berumur panjang. Anak kecil itu setuju dan mulai melatih membaca mantra mandala Amitabha Buddha serta mantra Dharani. Pada ulang tahunnya yang ke tujuh, ia masih tetap hidup.
Unknown Web Developer

Morbi aliquam fringilla nisl. Pellentesque eleifend condimentum tellus, vel vulputate tortor malesuada sit amet. Aliquam vel vestibulum metus. Aenean ut mi aucto.

KEMATIAN MENURUT AGAMA BUDDHA




Agama Buddha mengajarkan bahwa kematian bukanlah akhir dari segalanya. Kematian hanyalah satu fase peralihan antara hidup yang sekarang dengan kehidupan dalam tumimbal lahir yang baru.

Menurut agama Buddha pun, hidup tidak hanya sekali. Adanya silkus lahir dan kematian, bagaikan siang dan malam. Kematian bukanlah akhir, karena seketika itu pula berlanjut pada kelahiran kembali. Melalui lahir dan kematian dari alam yang satu ke alam yang lain, ataupun kembali ke alam yang sama, para mahluk menjalani lingkaran tumimbal lahir.


Buddha mengatakan, ”Sesuai dengan karmanya mereka akan ber-tumimbal lahir dan dalam tumimbal lahirnya itu mereka akan menerima akibat dari perbuatannya sendiri. Karena itu Aku menyatakan: semua makhluk adalah ahli waris dalam perbuatannya sendiri” (A.V, 291).

A. PROSES PENGHANCURAN BADAN JASMANI DAN ROHANI

Terurainya 4 elemen besar dimulai dari unsur tanah. Unsur tanah akan turun ke unsur air, yang menyebabkan badan terasa sesak, seakan-akan menanggung beban yang sangat berat, seluruh otot terasa kaku dan kram. Pada saat ini dianjurkan agar sanak keluarga tidak menyentuh atau memijatnya, karena akan menambah penderitaan jasmaninya.

Setelah itu unsur air akan turun ke unsur api, yang menyebabkan seluruh tubuh bagaikan diselimuti oleh hawa dingin yang amat sangat, beku dan sakit bukan kepalang. Dan dilanjutkan dengan turunnya unsur api ke unsur angin yang mengakibatkan rasa sakit bertambah hebat, seluruh badan terasa panas bagaikan terbakar. Elemen terakhir yang terulang adalah unsur angin, badan rasanya seperti terselimuti oleh angin kencang, tercerai berai dan hancur lebur. Saat ini 4 elemen besar telah berpisah, badan jasmani tak dapat dipertahankan lagi. Inilah yang disebut kematian dalam ilmu kedokteran. Tetapi menurut teori Buddhis, indera ke-8 (Alajnavijnana) dari orang tersebut belum pergi, "Kana" nya belum boleh disentuh, yang meninggal masih dapat merasakan sakit, bahkan ada yang bisa mengeluarkan air mata, walaupun secara medis sudah dinyatakan meninggal.

B. 49 HARI PERJALANAN (ALAJNAVIJNANA)

Setelah seluruh 4 elemen besar terurai, maka indera ke-8 pun (Alajnavijnana) mulai meninggalkan badan jasmani, masa ini disebut masa medio (peralihan). Alajnavijnana yang sudah telepas dari badan jasmani disebut juga dengan istilah "tubuh medio".

Jangka waktu sebelum tubuh medio tumimbal-lahir ke alam yang lain adalah selama 49 hari (7 X 7 hari ). Menurut aliran Sukhavati dihitung sejak saat dia meninggal hingga hari ke 49. Sedangkan menurut aliran Tantrayana, setelah terlepas dari badan jasmani, badan medio akan pingsan dan baru sadar 3,5 – 4 hari sesudah hari kematiannya.

Sumber: Dutavira, Bhiksu, 1993. Perjalanan Kematian. Jakarta: Pustaka Mahayana
 
Unknown Web Developer

Morbi aliquam fringilla nisl. Pellentesque eleifend condimentum tellus, vel vulputate tortor malesuada sit amet. Aliquam vel vestibulum metus. Aenean ut mi aucto.