Senin, 11 Juli 2016

EMPAT KEBENARAN MULIA / THE FOUR NOBLE TRUTHS - KEBENARAN PERTAMA DUKKHA (BAGIAN 2)




1. KEBENARAN TENTANG ADANYA PENDERITAAN / DUKKHA

Kata penderitaan yang digunakan di sini mewakili kata dukkha, walaupun tidak sepenuhnya dapat mewakili makna kata dukkha. Sebelum lebih lanjut membahas tentang penderitaan (dukkha), kita akan melihat definisi dukkhayang ada di dalam Kitab Suci Tripitaka:


“Kelahiran adalah penderitaan; menjadi tua adalah penderitaan; penyakit adalah penderitaan; kematian adalah penderitaan; kesedihan, ratap tangis, rasa sakit, kesengsaraan (ketidaksenangan) dan keputusasaan adalah penderitaan; tidak memperoleh apa yang diinginkan adalah penderitaan. Dengan kata lain, lima kelompok kehidupan (Pancakhandha) yang dipengaruhi kemelekatan adalah penderitaan (dukkha).”

Definisi dukkha (penderitaan) di dalam Kitab Tripitaka terdapat di dalam beberapa sutta. Pengulangan yang berkali-kali menunjukkan betapa pentingnya pemahaman terhadap Empat Kebenaran Mulia, salah satunya memahami bahwa hidup itu diliputi dukkha (penderitaan)

Memang jika diterjemahkan sebagai penderitaan, kata dukkha akan membuat seolah-olah bahwa agama Buddha memandang hidup adalah pesimis. Namun, dukkha bukan hanya berarti penderitaan dalam artian biasa. Penderitaan disini yang dimaksud adalah penderitaan dari ketidakpuasan seseorang terhadap suatu hal, padahal apapun pasti berubah. Dukkha bisa diartikan sebagai penderitaan karena tidak bisa menerima perubahan.
Sebelum membahas lebih jauh tentang dukkha, perlu diketahui bahwa ciri semua hal yang ada di dunia ini bersifat "selalu berubah". Ini adalah sesuatu yang pasti. Perubahan selalu terjadi, entah disadari atau tidak, diakui atau tidak. Perubahan itu kemudian lebih lanjut dijabarkan dalam kerangka Buddhisme sebagai Tilakkhana (Tiga Corak Umum). Tiga Corak Umum mempunyai arti bahwa tiga hal tersebut pasti dan selalu berlaku, yakni:

1. Ketidakkekalan (Anicca)
2. Penderitaan atau ketidakpuasan (Dukkha)
3. Tidak ada diri / sesuatu yang tetap (Anatta)

Ketiganya tak lain mewakili realitas dunia yang selalu berubah. Jadi dukkha sebenarnya adalah cara pandang manusia terhadap perubahan itu. Dukkha adalah penderitaan atau ketidakpuasan karena manusia tidak bisa hidup kekal (Anicca).
Konsep perubahan diwujudkan dari 3 sisi pandang yaitu:
1. Bagi alam atau benda mati dikatakan sebagai anicca (tidak kekal)
2. Bagi cara pandang manusia terhadap dirinya sendiri dikatakan sebagai dukkha (menderita karenamerasakan perubahan)
3. Bagi manusia atau mahkluk hidup dikatakan sebagai anatta (tidak ada diri yang tetap abadi tanpa perubahan atau roh/jiwa yang kekal tanpa perubahan)

Jadi dukkha di sini menjadi jelas jika memandangnya dari sudut manusia terhadap diri sendiri dan itu berarti dukkha lebih tepat dikatakan sebagai penderitaan karena cara pandang yang salah terhadap kenyataan. Dengan kata lain dukkha terjadi karena manusia masih bersifat subjektif dalam memandang realitas segala sesuatu, yaitu perubahan.

*Artikel Buddhist
Unknown Web Developer

Morbi aliquam fringilla nisl. Pellentesque eleifend condimentum tellus, vel vulputate tortor malesuada sit amet. Aliquam vel vestibulum metus. Aenean ut mi aucto.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar