Minggu, 31 Juli 2016

KISAH 100 BUDDHA & BODHISATTVA - RATU MAYA / QUEEN MAYA




Ratu Maya dari Sakya (Māyādevī) adalah ibu kandung Pangeran Siddhartha (yang kelak menjadi Buddha Gautama). Dia adalah kakak dari Mahapajapati Gotami, wanita pertama di dunia yang ditahbiskan menjadi seorang biksuni. "Maya" berarti "Ilusi" atau "Pesona" dalam bahasa Sanskerta dan Pali. Maya juga sering disebut Mahamaya (Maya yang Agung) dan Mayadevi (Dewi Maya). Di dalam bahasa Tibet, dia juga disebut Gyutrulma. Ratu Maya lahir di Kerajan Devadaha di Nepal.

Mayadevi dan Mahāpajāpatī Gotamī adalah putri-putri Koliya dan merupakan adik perempuan dari Raja Suprabuddha.

Menurut Sutra, beberapa saat sebelum Ratu Maya melahirkan seorang anak laki-laki, terdapat 8 pertanda keberuntungan yang muncul di dalam istana Raja Suddhodana. Sekelompok burung berbondong-bondong hinggap di atap istana dan berkicau dengan riangnya bagaikan saling merespon satu sama lain. Beraneka ragam bunga mekar bersamaan walau di luar musimnya. Bunga teratai yang sangat indah dan sangat besar, sebesar roda kereta, secara tiba-tiba bermunculan dari dalam danau.

Mengamati beberapa pertanda ini, Ratu Maya masuk kembali ke dalam istana dan merenungkan dengan tenang semua fenomena yang terjadi. Pada saat itu juga, sesosok Bodhisattva bertransformasi menjadi seekor gajah putih yang mempunyai 6 gading dan kemudian masuk secara gaib ke dalam rahim nya.

Menurut adat kebiasaan masyarakat pada saat itu, Ratu Maya haruslah pulang ke rumah orang tua nya untuk proses persalinan. Ketika hari untuk kelahirannya sudah dekat, Raja Suddhodana mengutus beberapa pengawal pilihan untuk mengawal kepulangan Ratu Maya ke rumah orang tua nya. Ketika rombongan tersebut melewati Taman Lumbini yang terletak di antara Kerajaan Kapilavastu dan Kerajaan Devadaha, mereka memutuskan untuk berhenti dan beristirahat sejenak. Karena sudah memasuki musim semi, burung-burung pun bernyanyi dengan riangnya dan bunga-bunga bermekaran dimana mana. Sebuah pohon sala yang tinggi dan besar dengan dedaunan yang berbentuk oval kemudian membentuk sebuah bayangan yang besar yang meneduhi mereka. Penuh dengan bunga yang memenuhi udara di sekitar mereka dengan keharuman. Sang Ratu menghampiri pohon yang sala yang tertinggi dan terbesar yang ada di taman itu dengan niatan untuk menjangkau rantingnya. Namun secara misterius, ranting pohon tersebut membengkok dengan sendirinya dan dapat dengan mudah digapai oleh Sang Ratu. Dan dengan sekejap, dalam posisi berdiri, Sang Ratu pun melalui proses kelahiran. 
Seorang bayi yang lahir di Taman Lumbini itu tidak lain adalah Pangeran Suddharta.

Sesaat setelah Sang Pangeran kecil lahir, dua arus kecil jatuh dari langit, yang satu dingin sedangkan yang lainnya hangat. Arus tersebut membasuh tubuh Sang Pangeran. Ia lahir dalam keadaan bersih tanpa noda, berdiri tegak dan langsung dapat melangkah ke arah utara, dan tempat yang dipijakinya ditumbuhi bunga teratai.

Di Nepal, terdapat sebuah Kuil Mayavihara yang terletak di Taman Lumbini. Disana terdapat sebuah lukisan dinding yang diukir di sebuah permukaan batu yang kemudia dilestarikan yang menggambarkan proses kelahiran agung tersebut.

Ratu Maya meninggal pada hari ketujuh setelah kelahiran Pangeran Siddharta, yang kemungkinan disebabkan oleh perjalanan jauh dan melelahkan yang dilaluinya pada saat kehamilannya. Dikatakam bahwa Ratu Maya naik ke Surga ke 33 atau Trayastrimsa.

Pada saat Shakyamuni Buddha mencapai Parinibbana, Ratu Maya turun dari Surga dan hadir ke lokasi kremasi Sang Buddha. Mengetahui kehadiran dari Ibunya, Shakyamuni Buddha pun memberikan khotbah Dharma kepada Ibunya guna mamenuhi bakti-Nya kepada Sang Ibu.
Unknown Web Developer

Morbi aliquam fringilla nisl. Pellentesque eleifend condimentum tellus, vel vulputate tortor malesuada sit amet. Aliquam vel vestibulum metus. Aenean ut mi aucto.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar