Jumat, 01 Juli 2016

SEJARAH MANJUSHRI BODHISATTVA (PART 4-AKHIR)





Manjushri Bodhisattva selalu mempergunakan kata-kata yang negatif, yang berisi penantangan, dan diucapkan secara tiba-tiba, untuk memperingatkan manusia-manusia yang berbuat salah. Di dalam Agama Buddha Sekte Mahayana, beliau menggaris-bawahi, pertama-tama, melalui metode-metode, atau cara-cara, yang sifatnya untuk dipakai sementara waktu saja, (bersifat provisional method). Di dalam sebuah Sutra, yang bernama Avatamsaka Sutra, beliau telah mendorong, memacu, seorang yang bernama Sudhade, untuk mencari Dharma, hingga 53 (lima puluh tiga) kali. Doktrin, atau Ajaran dari Agama Budha Mahayana, Sekte Dhyana, adalah sama dengan Ajaran dari Sang Bodhisattva, mengenai "pintu-Dharma".

Menurut versi Tionghoa, Manjushri Bodhisattva telah memperoleh petunjuk dari Sakyamuni Buddha bahwa tanggung jawab dan tugas utamanya adalah untuk mengajarkan dan menunjukkan jalan keselamatan bagi penduduk Tiongkok. Sebab itu ia memilih gunung Wu Tai San di propinsi Shan Shi, menjadi salah satu dari empat gunung suci Buddhisme di Tiongkok. Orang Tionghoa menganggap Manjushri Bodhisattva sebagai seseorang arsitek surgawi yang memberikan penerangan dan kecerdasan bagi siapa saja yang giat menjalankan Dharma. Sebab itu ia juga disebut “Wen Shu Se Li Phu Sa" atau disingkat “Wen Shu Phu Sa”. Dengan pedangnya yang disebut pedang kebijaksanaan ia menyibak kegelapan menyelimuti manusia. Lambangnya yang lain adalah buku kebijaksanaan, sering digambarkan sebagai gulungan kertas tipis yang diikat dengan tali sutra.

Wen Shu Phu Sa dianggap sebagai guru kebijaksanaan dan pengetahuan secara umum ditampilkan dalam keadaan samadi diatas seekor singa yang berbulu hijau. Singa ini melambangkan nafsu liar yang hanya dapat ditundukkan dengan meditasi. Sebab itu, melaksanakan meditasi adalah suatu keharusan bagi mereka yang ingin mencapai bathin yang tenang dan terkendali. Dan Wen Shu Phu Sa adalah Bodhisattva yang dapat membantu mereka dalam mengatasi hambatan-hambatan rohani dalam menjalankan Dharma. Sebab itu gunung Wu Tai Shan yang menjadi tempat tinggalnya, menjadi tempat berkumpul para penganutnya, karena mereka percaya ditempat inilah para Bodhisattva berkumpul, walaupun untukmencapai puncak Wu Tai Shan harus melalui perjalanan yang sulit dan berliku-liku, namun mereka melakukannya karena ingin merasakan suatu ketentraman batin “sempurna” dengan mencapai kuil Wen Shu yang berada di puncak gunung tersebut.

Berbagai kisah keajaiban tentang jelmaan Beliau tidak henti-hentinya bertebaran di seantero Wutai Shan. Baik sebagai wujud orang tua maupun anak kecil, Manjusri menggunakan berbagai upaya kausalya untuk menjalin ikatan jodoh karma dengan para makhluk hidup. Bahkan tokoh kharismatik Master Xuyun pun dalam perjalanan san bu yi bai (tiga langkah satu sujud) ke Wutai Shan sempat
mendapat pertolongan dari Bodhisattva Manjusri dalam wujud seorang pengemis. Patriak ke 4 dari mazhab Sukhavati, Master Fazhao, juga pernah bertemu dengan Bodhisattva Manjusri beserta kemegahan viharanya di sebuah hutan yang tidak dapat dilihat secara kasat mata saat berkunjung ke Wutai Shan.

Manjushri Bodhisattva Mantra:
OM。AH-LA-BA-ZA-LA-DI。

OM adalah pintu menuju kedalam dimana semua dharma belum dimulai dari awal (ādya-anutpannatvād).

LA adalah pintu menuju kedalam dimana semua dharma tanpa kekotoran (rajas).

BA adalah pintu menuju kedalam dimana semua dharma telah diterangkan sampai akhir (paramārtha).

ZA adalah pintu menuju kedalam yang mengurangi (cyavana) atau melahirkan kembali semua dharma yang telah dimengerti, karena semua dharma tidak berkurang dan tidak dilahirkan.

LA adalah pintu menuju kedalam dimana semua nama [i.e. nāma] dari semua dharma telah hilang, arti yang sesungguhnya dibalik nama tidak dapat diambil atau hilang.

Manfaat :
- Memohon berkah Kebijaksanaan Sejati.
- Memohon perlindungan agar dijauhkan dari segala kebodohan, ketidak-tahuan, kemalasan, ketidak perdulian, masa bodoh, dsb.

Unknown Web Developer

Morbi aliquam fringilla nisl. Pellentesque eleifend condimentum tellus, vel vulputate tortor malesuada sit amet. Aliquam vel vestibulum metus. Aenean ut mi aucto.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar