Senin, 29 Agustus 2016

KEMATIAN MENURUT AGAMA BUDDHA




Agama Buddha mengajarkan bahwa kematian bukanlah akhir dari segalanya. Kematian hanyalah satu fase peralihan antara hidup yang sekarang dengan kehidupan dalam tumimbal lahir yang baru.

Menurut agama Buddha pun, hidup tidak hanya sekali. Adanya silkus lahir dan kematian, bagaikan siang dan malam. Kematian bukanlah akhir, karena seketika itu pula berlanjut pada kelahiran kembali. Melalui lahir dan kematian dari alam yang satu ke alam yang lain, ataupun kembali ke alam yang sama, para mahluk menjalani lingkaran tumimbal lahir.


Buddha mengatakan, ”Sesuai dengan karmanya mereka akan ber-tumimbal lahir dan dalam tumimbal lahirnya itu mereka akan menerima akibat dari perbuatannya sendiri. Karena itu Aku menyatakan: semua makhluk adalah ahli waris dalam perbuatannya sendiri” (A.V, 291).

A. PROSES PENGHANCURAN BADAN JASMANI DAN ROHANI

Terurainya 4 elemen besar dimulai dari unsur tanah. Unsur tanah akan turun ke unsur air, yang menyebabkan badan terasa sesak, seakan-akan menanggung beban yang sangat berat, seluruh otot terasa kaku dan kram. Pada saat ini dianjurkan agar sanak keluarga tidak menyentuh atau memijatnya, karena akan menambah penderitaan jasmaninya.

Setelah itu unsur air akan turun ke unsur api, yang menyebabkan seluruh tubuh bagaikan diselimuti oleh hawa dingin yang amat sangat, beku dan sakit bukan kepalang. Dan dilanjutkan dengan turunnya unsur api ke unsur angin yang mengakibatkan rasa sakit bertambah hebat, seluruh badan terasa panas bagaikan terbakar. Elemen terakhir yang terulang adalah unsur angin, badan rasanya seperti terselimuti oleh angin kencang, tercerai berai dan hancur lebur. Saat ini 4 elemen besar telah berpisah, badan jasmani tak dapat dipertahankan lagi. Inilah yang disebut kematian dalam ilmu kedokteran. Tetapi menurut teori Buddhis, indera ke-8 (Alajnavijnana) dari orang tersebut belum pergi, "Kana" nya belum boleh disentuh, yang meninggal masih dapat merasakan sakit, bahkan ada yang bisa mengeluarkan air mata, walaupun secara medis sudah dinyatakan meninggal.

B. 49 HARI PERJALANAN (ALAJNAVIJNANA)

Setelah seluruh 4 elemen besar terurai, maka indera ke-8 pun (Alajnavijnana) mulai meninggalkan badan jasmani, masa ini disebut masa medio (peralihan). Alajnavijnana yang sudah telepas dari badan jasmani disebut juga dengan istilah "tubuh medio".

Jangka waktu sebelum tubuh medio tumimbal-lahir ke alam yang lain adalah selama 49 hari (7 X 7 hari ). Menurut aliran Sukhavati dihitung sejak saat dia meninggal hingga hari ke 49. Sedangkan menurut aliran Tantrayana, setelah terlepas dari badan jasmani, badan medio akan pingsan dan baru sadar 3,5 – 4 hari sesudah hari kematiannya.

Sumber: Dutavira, Bhiksu, 1993. Perjalanan Kematian. Jakarta: Pustaka Mahayana
 
Unknown Web Developer

Morbi aliquam fringilla nisl. Pellentesque eleifend condimentum tellus, vel vulputate tortor malesuada sit amet. Aliquam vel vestibulum metus. Aenean ut mi aucto.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar