Dalam rangka menyambut HUT dari Mahasthamaprapta Bodhisattva yang jatuh pada hari Senin tanggal 15 Agustus 2016 (Lunar tanggal 13 bulan 7), Cetya Tathagata Jakarta akan memberikan artikel mengenai Mahasthamaprapta Bodhisattva yang merupakan salah satu dari Tiga Suciwan Surga Sukhavati yang akan terbagi menjadi 4 artikel
Nama Mahasthamaprapta muncul dalam berbagai Sutra. Sutra Saddharmapundarika menyebutkan Mahasthamaprapta termasuk dalam kumpulan besar yang mendengarkan Dharma Buddha di Puncak Grdhakuta, Rajagriha. Sedangkan dalam Sutra Amitayur Dhyana, Buddha menjelaskan tentang Mahasthamaprapta sebagai berikut:
Buddha bersabda lagi: “Selanjutnya kita melaksanakan Vipasyana Bodhisattva Mahasthamaprapta! Ketahuilah, tinggi dan besar Bodhisattva ini sama dengan Bodhisattva Avalokitesvara. Lingkaran sinar empat penjuru masing-masing mencapai 125 yojana dan memancar sejauh 250 yojana. Seluruh tubuh memancarkan cahaya ungu keemasan yang juga menerangi 10 oenjuru alam, para makhluk yang berjodoh akan dapat melihatnya. O, Arya Ananda! Ketahuilah, asal dapat melihat cahaya yang terpancar dari satu pori saja, identik dengan melihat cahaya murni dan menakjubkan dari para Buddha di 10 penjuru! Karena itu, Bodhisattva Mahasthamaprapta juga disebut Bodhisattva Anantavamprabha (Cahaya Tanpa batas). Sebab cahaya dari satu pori itu sama seperti cahaya para Buddha yang tak terhitung banyaknya yang menyinari secara luas tiada batas. Seperti halnya Bodhisattva Avalokitesvara menyinari semua makhluk dengan cahaya kasih sayang dan welas asih, Bodhisattva ini menyinari segala tempat dengan cahaya kebijaksanaan, agar para makhluk dapat memiliki cahaya kekuatan tak terhingga yang dapat membebaskan diri dari penderitaan tiga alam rendah. Karena itu arti nama Bodhisattva Mahasthamaprapta adalah kekuatan dahsyat dari kebijaksanaan memenuhi sepuluh penjuru."
"Di atas mahkota Bodhisattva Mahasthamaprapta terdapat 500 teratai mustika. Di setiap teratai mustika terdapat 500 takhta mustika, setiap takhta menampakkan panjang dan lebar wilayah sepuluh puluhan penjuru Tanah Suci Mengagumkan dari para Buddha. Usnisa di dahi Bodhisattva Mahasthamaprapta seperti bunga teratai merah dan di atas usnisa itu terdapat sebuah kundika (botol mustika) yang berisikan cahaya kebijaksanaan, yang digunakan untuk menyelamatkan semua makhluk. Tanda-tanda agung lainnya tidak berbeda dengan Bodhisattva Avalokitesvara."
"Ketika Bodhisattva Mahasthamaprapta mengayunkan langkah, sepuluh penjuru alam akan bergetar, dan pada setiap tempat yang bergetar di masing-masing alam itu muncullah 500 koti bunga teratai mustika. Setiap teratai mustika itu tampak anggun dan agung. Keagungannya mirip alam Sukhavati! Saat Bodhisattva Mahasthamaprapta duduk, tanah tujuh permata di Alam Sukhavati akan terlebih dulu bergoyang, lalu menyebar hingga Tanah Buddha di bagian bawah yaitu Negeri Buddha Suvarnaprabha. Di antara dua alam Buddha tersebut tertampak Nirmanakaya (Badan penjelmaan) dari Buddha Amitayus (Buddha Amitabha), Bodhisattva Avalokitesvara dan Bodhisattva Mahasthamaprapta yang tak terhitung jumlahnya. Kesemuanya berkumpul di Alam Sukhavati, memenuhi seluruh langit, dan duduk bersila di atas takhta teratai, membabarkan Dharma yang menakjubkan dan dalam maknanya demi menyelamatkan para makhluk yang menderita. Metode tersebut disebut Vipasyana Bodhisattva Mahasthamaprapta”, juga dinamakan Vipasyana ke sebelas.”
Dikisahkan dalam Sutra Shurangama, Mahasthamaprapta mencapai pencerahan melalui pengendalian landasan indera dan pelafalan nama Buddha secara tiada henti sehingga mencapai kondisi Samadhi. Sesepuh ke-13 tradisi Tanah Suci (Sukhavati), Master Yin-guang (1861-1941), menetapkan Dashizhi Pusa Nianfo Yuantong Zhang (Bab Bodhisattva Mahasthamaprapta Melafalkan Nama Buddha secara Sempurna dan Tiada Halangan – bagian dari Sutra Shurangama) sebagai salah satu dari Sutra acuan tradisi Sukhavati.
Kalangan Mahayana Tiongkok meyakini Master Yin-guang sebagai badan penjelmaan Bodhisattva Mahasthamaprapta. Sedang tempat pembabaran Dharma di Tiongkok dari Mahasthamaprapta yang kelahirannya diperingati setiap tanggal 13 bulan 7 Imlek ini ditetapkan di Vihara Guangjiaosi di Gunung Langshan, Nantong, Propinsi Jiangsu.
Mahasthamaprapta juga diyakini beberapa kali mewujudkan dirinya di negara Jepang. Di sana, Mahasthamaprapta berwujud sebagai seorang perempuan yaitu istri dari pangeran Shotoku, juga sebagai seorang pria, yaitu Honen Shonin (1133-1212), pendiri aliran Jodo (Sukhavati) di negara matahari terbit. Uniknya, nama asli Honen (Chinese: Faran) adalah Seishi-maru. “Seishi” adalah terjemahan bahasa Jepang untuk Mahasthamaprapta.
Bahkan tidak hanya beremanasi sebagai seorang manusia saja, Mahasthamaprapta juga muncul sebagai seorang dewa bernama Dewa Candra (bulan), yang menerangi kegelapan “malam” samsara dan memberikan kebijaksanaan pada semua makhluk.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar