Sabtu, 08 Oktober 2016

KISAH DAN ASAL USUL TITD KONGCO LOCIS


Nezha (Hokkien=Lô-chhia; hanzi=哪吒; pinyin=Né​zha) merupakan salah satu dewa pelindung dalam kepercayaan tradisional Tionghoa. Gelar resminya dalam Taoisme adalah "Marsekal Altar Pusat" (Hanzi=中壇元帥; pinyin=Zhōng Tán Yuán​shuài). Setelah menjadi dewa, ia diberi gelar "Putera Mahkota Bunga Teratai Ketiga" (Hanzi=蓮花三太子; pinyin=lián​huā sān tài​zǐ). Kisahnya muncul dalam dua karya sastra Dinasti Ming, yaitu Fengshen Yanyi dan Perjalanan ke Barat.[2]
Nezha seringkali ditampilkan sebagai seorang remaja. Ia sering digambarkan sedang terbang di angkasa sambil mengendarai Roda Angin Api (hanzi=風火輪; pinyin=fēnghuǒ​lún), membawa Gelang Semesta (hanzi=乾坤圈; pinyin=qián​kūn quān) di tubuhnya (terkadang di tangan kiri), Selempang Sutera Melebur Langit (hanzi=浑天绫; pinyin=húntiānlíng) di pundaknya, dan Tombak Berujung Api (hanzi=火尖槍; pinyin=huǒjiānqiāng) di tangan kanan. Terkadang ia juga ditampilkan dalam wujud tiga kepala dan enam lengan (Hanzi=三頭六臂; pinyin=sān​tóu​liù​bì; idiom=memiliki kemampuan luar biasa/ kekuatan hebat) serta dalam beberapa legenda dikisahkan dapat menyemburkan pelangi. Kisahnya dalam menaklukkan lautan adalah kisah yang paling dikenal oleh masyarakat China.
Mitologi dan literatur
Fengshen Yanyi Sunting
Fengshen Yanyi mengisahkan Nezha lahir pada masa Dinasti Shang pada sebuah benteng militer di Jalur Chentang. Ayahnya adalah komandan militer bernama Li Jing (李靖), yang selanjutnya bergelar "Raja Langit Pembawa Pagoda". Ibunya yang bernama Nyonya Yin (殷氏) melahirkan sebongkah daging setelah melalui masa kehamilan selama tiga tahun enam bulan. Li Jing berpikir bahwa istrinya melahirkan siluman sehingga menetak bola daging tersebut dengan pedangnya sehingga terbelah. Selanjutnya, Nezha melompat keluar dari belahan daging dalam wujud seorang bocah yang langsung dapat berbicara dan berjalan. Sebelum melahirkan Nezha, Nyonya Yin telah memiliki dua putra bernama Jinzha (金咤), murid Wenshu Guangfa Tianzun, dan Muzha (木咤).[2]
Pada suatu hari, penduduk Jalur Chentang memohon hujan kepada Raja Naga Laut Timur, Ao Guang, dengan mempersembahkan banyak makanan. Namun, Raja Naga tersebut menolak persembahan mereka dan meminta sepasang bocah pria dan wanita untuk dimakan. Ia mengutus Ye Sha untuk menangkap seorang bocah pria dan wanita. Saat Nezha dan dua anak yang lain bermain di laut, Ye Sha muncul dan menangkap salah satu temannya. Nezha melawan Ye Sha dan membuatnya terluka parah sehingga ia kabur dan kembali ke rajanya. Raja Naga mengutus putera ketiganya, Ao Bing, untuk melawan Nezha, tetapi ia justru terbunuh. Hal tersebut membuat Ao Guang memanggil saudara-saudaranya untuk menghadapi Nezha beserta keluarganya dengan mengancam akan membuat banjir di Jalur Chentang serta melaporkan perbuatan Nezha kepada Kaisar Giok. Demi keluarganya dan penduduk Chentang, Nezha memutuskan untuk bunuh diri dengan mengupas dagingnya dan melepaskan tulang-tulangnya untuk "dikembalikan" kepada orang tuanya sebagai pembayaran jasa karena telah melahirkannya. Para Raja Naga merayakan peristiwa tersebut secara besar-besaran.
Versi lain menyebutkan bahwa penyebab kemarahan Raja Naga Laut Timur adalah pada saat Nezha berenang di laut, gerakannya membuat aliran air laut yang kuat sehingga mengganggu istana kediaman Raja Naga. Itulah sebabnya Raja Naga mengutus putranya yang akhirnya tewas dibunuh oleh Nezha dan selanjutnya menuntut balas kepada Li Jing.[2]
Setelah kematiannya, Nezha muncul dalam mimpi ibunya dan memohon untuk membangun sebuah kuil agar jiwanya memiliki tempat untuk beristirahat. Hal ini berhubungan dengan peristiwa kelahiran Nezha karena pada malam sebelum melahirkan, Nyonya Yin bermimpi seorang Taois menaruh sesuatu di dadanya sambil berkata kepadanya untuk mengambil anak tersebut. Pada kedua kejadian tersebut, mimpi digunakan sebagai alat penyampai pesan. Nyonya Yin kemudian membangun sebuah kuil untuk Nezha secara diam-diam. Kuil tersebut menjadi maju dan terkenal karena Nezha memberikan penyembuhan penyakit dan cacat. Li Jing akhirnya mengerti mengenai kuil tersebut kemudian membakarnya karena ia masih marah kepada Nezha dan menganggapnya terlalu banyak menimbulkan masalah bagi keluarga mereka. Perbuatan Li Jing menyebabkan Nezha marah dan menginginkan kematian ayahnya.
Taiyi Zhenren kemudian mengangkat Nezha sebagai murid dan memberinya tubuh yang terbuat dari akar teratai. Ia juga memberi Nezha dua buah senjata, yaitu sepasang Roda Angin Api dan Tombak Berujung Api. Dengan kedua senjata itu, Nezha selanjutnya mengalahkan para Raja Naga.[3] Dengan tubuh baru itu pula, Nezha berkali-kali bertempur melawan ayahnya. Li Jing yang menyadari bahwa tubuh manusianya tidak dapat menghadapi Nezha akhirnya melarikan diri untuk menyelamatkan nyawanya. Saat melarikan diri, Li Jing bertemu Muzha, putra keduanya. Muzha bertempur melawan Nezha tetapi berhasil dikalahkan. Hal itu membuat Li Jing bermaksud untuk bunuh diri, tetapi berhasil dicegah oleh Wenshu Guangfa Tianzun. Pada akhirnya, Nezha dipaksa untuk tunduk kepada ayahnya oleh dewa yang lain yaitu Randeng Daoren.
Pada saat pemerintahan Dinasti Shang menjadi sangat korup, Nezha bersama ayah dan saudara-saudaranya membantu Raja Wu untuk membangun Dinasti Zhou.[2]
Perjalanan ke Barat Sunting
Dalam Perjalanan ke Barat, Nezha memiliki kedudukan sebagai jenderal dibawah ayahnya, "Raja Langit Pembawa Pagoda" Li Jing. Ia melawan Sun Go Kong saat si raja kera memberontak terhadap Kaisar Giok tetapi mengalami kegagalan.[2][4]
Asal-usul
Patung bayi Krishna yang ditampilkan saat perayaan Janmashtami.
Meir Shahar mengungkapkan teori bahwa Nezha berasal dari dua tokoh dalam Mitologi Hindu. Tokoh pertama adalah seorang yaksha dalam Ramayana yang bernama Nalakuwara, putera Raja Yaksha Kubera dan keponakan Rawana. Hubungan tersebut berasal dari variasi nama mandarinnya yang muncul dalam sutra-sutra Buddhis. Variasi mula-mula Naluojiupoluo (那羅鳩婆羅) berubah menjadi Naluojubaluo (捺羅俱跋羅), Nazhajuwaluo (那吒矩韈囉), dan akhirnya menjadi Nazha (那吒). Penambahan "radikal mulut" (口) pada aksara Na (那) mengubah nama tersebut menjadi bentuknya yang sekarang yaitu Nezha (哪吒).
Tokoh kedua adalah dewa anak Krishna. Baik Krishna dan Nezha diceritakan berhasil mengalahkan naga perkasa Kaliya dan Ao Bing. Bhagawatapurana mengisahkan Nalakuwara diselamatkan oleh bayi Krishna dari dalam penjaranya, yaitu sebuah sebuah pohon. Sebuah sutra Buddha Tantra pada abad ke-10 menyebutkan seorang dewa kanak-kanak bernama Nana (那拏) yang sepertinya merupakan amalgam antara Krishna dan Nalakuwara. Selain itu, Kubera (ayah Nalakuwara) dimasukkan ke dalam pantheon Buddhis sebagai Raja Langit Waisrawana. Shahar menyebutkan bahwa Waisrawana memiliki koneksi dengan Jenderal Li Jing dari Dinasti Tang. Hal ini menjelaskan nama dan kedudukan ayah Nezha, yaitu Raj.

Unknown Web Developer

Morbi aliquam fringilla nisl. Pellentesque eleifend condimentum tellus, vel vulputate tortor malesuada sit amet. Aliquam vel vestibulum metus. Aenean ut mi aucto.

Kamis, 06 Oktober 2016

Transformasi Sejati


Ryokan mengabdikan hidupnya untuk mempelajari Zen. Suatu hari, ia mendengar bahwa keponakannya (meskipun sudah sering ditegur oleh kerabat lainnya), menghamburkan uangnya untuk bersenang-senang. Keponakan Ryokan ini memegang peranan penting dalam mengelola keuangan dan harta keluarga. Melihat kondisi saat ini, kerabatnya mengkhawatirkan harta keluarga mereka akan habis karena kelakuan keponakan Ryokan ini. Karena itu, mereka meminta Ryokan untuk melakukan sesuatu.
Ryokan menempuh perjalanan jauh untuk mengunjungi keponakannya, yang sudah lama tidak pernah ia temui. Keponakannya tampak senang bertemu pamannya lagi dan mengundangnya untuk bermalam di rumahnya.
Sepanjang malam, Ryokan duduk bermeditasi. Keesokan pagi, saat ia berpamitan, ia berkata kepada keponakannya: "Pastilah saya sudah semakin tua... Sekarang tanganku terus gemetar. Bisakah kamu membantu mengikatkan tali sandal jerami-ku?"
Keponakannya membantu dengan senang hati.
"Terima kasih," kata Ryokan, "Cobalah kau lihat, dari hari ke hari, Manusia menjadi semakin tua dan semakin lemah... Jagalah dirimu baik-baik."
Kemudian Ryokan pun pergi tanpa menegur kebiasaan tidak baik keponakannya. Ryokan juga tidak menyampaikan keluhan dari kerabat si keponakannya itu. Namun, sejak hari itu, keponakannya tidak pernah lagi menghambur-hamburkan uang.
Unknown Web Developer

Morbi aliquam fringilla nisl. Pellentesque eleifend condimentum tellus, vel vulputate tortor malesuada sit amet. Aliquam vel vestibulum metus. Aenean ut mi aucto.

Kisah Inspirasi Ajaran Budha


 Dari kemelekatan akan timbul kekhawatiran,
dari kekhawatiran akan timbul ketakutan.
Hilangkanlah kemelekatan,
maka tiada kekhawatiran, tiada ketakutan.

Unknown Web Developer

Morbi aliquam fringilla nisl. Pellentesque eleifend condimentum tellus, vel vulputate tortor malesuada sit amet. Aliquam vel vestibulum metus. Aenean ut mi aucto.

Rabu, 05 Oktober 2016

Uraian Singkat Sigalovada Sutta


Suatu pagi, ketika sedang dalam perjalanan pindapatta dari Hutan bambu menuju ke Rajagaha, Buddha berjumpa seorang pemuda yang seluruh tubuhnya basah kuyup oleh keringat. Pemuda itu berdiri di tengah jalan dan menghormat ke arah Timur, Selatan, Barat, dan Utara, kemudian mendonggakkan kepalanya menghormat ke langit dan akhirnya berlutut menghormat ke arah bumi. Setelah itu dia menaburkan beras ke setiap arah yang disembahnya tadi.
Setelah pemuda itu selesai melakukan penghormatan yang tidak lazim itu, Buddha bertanya padanya mengapa melakukan hal tersebut. Pemuda itu mengatakan bahwa ia melaksanakan pesan terakhir dari ayahnya agar setiap pagi hari menghormat pada enam arah. Hal ini bertujuan untuk menghindarkan diri dari bencana yang datang dari enam arah.
Mendengar jawaban ini, Buddha berkata, “ Adalah hal yang sangat baik dapat melaksanakan pesan terakhir ayahmu, tetapi bukan itu maksud ayahmu yang sebenarnya.”
“Ayahmu berpesan untuk menghormat dan menaburkan beras kea rah Timur adalah supaya engkau menghormat dan merawat orang yang berjasa terhadapmu, yakni orang tuamu. Menghormat arah Selatan adalah hormat dan berlaku baik pada guru. Menghormat arah Barat adalah mencintai dan merawat anak istri. Menghormat arah Utara adalah menghormati sanak saudara dan teman.
Menghormat arah Atas adalah menghormati Pertapa, Brahmana dan para orang suci.”
“Menghormat arah Bawah adalah memperlakukan setiap orang dan semua makhluk dengan penuh welas asih, bahkan kehidupan yang paling rendah pun harus dilindungi. Demikianlah maksud ayahmu agar engkau menghormat dan terhindar dari bencana yang datang dari berbagai penjuru.”
Selain itu, Buddha juga menjelaskan pada pemuda yang bernama Sigala itu tentang hal-hal : berani bertanggung jawab serta melakukan hal yang patut dikerjakan, agar supaya setiap orang bahagia baik pada saat kini ataupun akan datang.
Buddha juga mengajarkan Lima Sila : menghindari pembunuhan, pencurian, hubungan seksual yang tidak benar, dusta dan penggunaan minuman dan obat-obatan yang memabukkan.
Selanjutnya Buddha juga menasehatinya untuk bekerja keras mencari nafkah dan menjaga hartanya dengan baik. Jangan terlalu kikir dan juga jangan terlalu berfoya-foya. Buddha mengajarkan untuk membagi harta menjadi empat bagian : satu bagian untuk kehidupan keluarga, satu bagian untuk pengembangan usaha, satu bagian untuk membantu mereka yang dalam kesulitan, dan bagian terakhir sebagai tabungan.
Sigala dengan penuh hormat mendengarkan ajaran Buddha dan pada akhirnya dia memohon untuk dapat menjadi siswa Buddha. Sepanjang hidupnya dia menghormat ke enam arah sesuai petunjuk Buddha.

Unknown Web Developer

Morbi aliquam fringilla nisl. Pellentesque eleifend condimentum tellus, vel vulputate tortor malesuada sit amet. Aliquam vel vestibulum metus. Aenean ut mi aucto.

Selasa, 04 Oktober 2016

Karma yang Harus Tetap Dibayar


Dewa yang bertanggung jawab untuk reinkarnasi berkata kepada seorang yang akan dilahirkan kembali: “Anda akan terlahir kembali sebagai babi, dan sekarang Anda memiliki keinginan apa?”
Orang yang akan dilahirkan mendengar akan reinkarnasi menjadi babi, sangat kecewa dengan cemas berkata dan memohon kepada dewa reinkarnasi: “Saya tidak ingin dilahirkan kembali sebagai babi jelek dan kotor, dapatkah Anda membiarkan saya dilahirkan kembali menjadi manusia?.”
Dewa dengan tegas berkata: “Tidak mungkin, semuanya bukan Anda dan saya yang dapat memutuskan, semuanya diatur sesuai dengan semua dosa dan karma masa lalu yang Anda lakukan dimasa lalu, saya juga tidak bisa mengubahnya.”
Orang yang akan reinkarnasi tersebut melihat semua situasi tidak mungkin berubah lagi akhirnya berkata: “Jika memang demikian, saya berharap saya dapat dilahirkan menjadi babi jantan besar yang periang yang tidak usah bekerja.”
Di sebuah desa ada perternakan babi yang besar, ada seekor babi betina sedang melahirkan sekelompok babi kecil, para anak babi ini berebutan meminum asi induknya ,diantaranya ada seekor babi jantan kecil yang kelihatannya sangat kekar, dia yang paling kuat meminum asi, sehingga dia yang tumbuh paling cepat serta kuat dan energik dibandingkan semua saudaranya.
Beberapa bulan kemudian, tubuh babi jantan kecil dua kali lebih besar dibandingkan dengan saudara-saudaranya, pemilik peternakan babi sangat senang melihat babi jantan kecilnya berkata: “Anda tumbuh dengan cepat dan kuat, benar-benar baik menjadi babi pejantan. ” Jadi tuannya ini menyiapkan kandang besar dan bersih yang terpisah untuk babi jantan kecil, dan menyediakan lebih banyak makanan untuk babi jantan kecil menikmatinya.
Babi jantan kecil mendapat perlakuan istimewa, jauh berbeda dibandingkan dengan saudara-saudaranya. Tinggal di lingkungan yang nyaman dan bersih dan mendapat pasokan makanan tak terbatas, babi jantan kecil ini sekarang tidak hanya berbadan sehat, tetapi juga kulitnya halus, menjadi pejantan tampan di antara para babi, benar-benar membuat iri para saudara-saudaranya yang tinggal di kandang sebelah yang penuh lumpur kotor kotoran dan bau.
Namun, keadaan tersebut tidak berlangsung lama, sesuai dengan pertumbuhan berat badannya juga melesat dengan cepat, babi jantan kecil sekarang secara bertahap gerakannya menjadi lamban. Setelah tumbuh menjadi 400-500 kilogram, suatu hari babi jantan ini tiba-tiba merasa kakinya yang kecil tidak dapat lagi menanggung berat badan yang besar, seluruh tubuh lemas seperti runtuhnya bangunan terjatuh di tanah. Sejak itu, babi jantan kecil tidak pernah bisa bangun lagi, jangan katakan kebebasan bergerak, makan juga harus bergantung peternak babi untuk menyuapnya makan setiap hari dan memmandikannya, pada musim panas harus di kipas dengan kipas angin listrik untuk menjaga tubuh kering supaya terhindar dari penyakit, sekarang babi jantan kecil perlahan-lahan berubah menjadi babi jantan besar yang sangat gemuk.
Hal tersebut berlangsung dua tahun lagi, semua saudara-saudara babi jantan telah dikirim ke rumah jagal, babi betina juga telah melahirkan anak-anak babi lagi. Babi jantan telah tumbuh menjadi lebih dari seribu kilogram hanya dapat tergeletak di lantai, dengan nafas terengah-engah dia mendengarkan suara riang para babi kecil, adik-adiknya yang baru di sebelah kandangnya bermain di tumpukan lumpur yang bau tetapi mereka terlihat sangat bersukacita. Suara berisik ini mengingatkan masa kecil yang bahagia ketika dia dengan saudara-saudaranya bermain bersama dengan gembira, tetapi sekarang seluruh kulit dan badannya yang berat penuh lemak membawa tekanan besar baginya.
Ketika babi jantan ini pikirannya menerawang antara masa kecil yang bahagia dan kehidupan sekarang yang menderita, peternak babi tiba-tiba dengan tersenyum berdiri di depan babi jantan, berguman mengatakan: “Beberapa hari lagi akan ada Festival musim gugur, aku akan menjamu seluruh saudara-saudara dengan babi panggang yang paling besar.” Setelah mendengarkan perkataan peternak babi, babi jantan besar menarik napas panjang seolah-olah apa yang di tunggu selama ini akan segera berakhir. Akhirnya dia menarik nafas panjang dan mengeluarkan air mata.
Menjelang ajalnya, babi jantan besar yang akan terlahir kembali dengan air mata berkata :! “Dewa, Saya tidak akan pernah mau terlahir kembali sebagai babi jantan besar, saya pikir menjadi babi jantan besar dapat hidup nyaman dan bahagia, tapi tidak disangka juga kehilangan semua kebebasan bergerak dan kehidupan menyenangkan menjadi babi. pada saat yang sama, setelah mati juga tidak ada perdamaian, di festival musim gugur, tubuh dihidangkan sebagai persembahan terhidang di meja, dan mulut juga dipaksa dibengkokkan seperti wajah tersenyum, menjadi tontonan orang yang datang dan pergi, sama sekali tidak ada sedikit martabat lagi. “
Dewa dengan serius tetapi welas asih mengatakan: “Tidak ada hal yang absolut, memperoleh keuntungan juga akan kehilangan, ini adalah hukum alam semesta , jika Anda ingin mendapatkan keabadian nyaman yang besar, maka akan harus lebih banyak berbuat amal sehingga ketika reinkarnasi kembali dapat menjadi manusia, dan berkultivasi dengan baik untuk mencapainya keabadian! “

Unknown Web Developer

Morbi aliquam fringilla nisl. Pellentesque eleifend condimentum tellus, vel vulputate tortor malesuada sit amet. Aliquam vel vestibulum metus. Aenean ut mi aucto.

Ehipassiko Way....


Jangan Anda percaya pada apapun, hanya karena Anda pernah mendengarnya.....
Silahkan simak dan share ke teman-teman Anda. Semoga semua makhluk berbahagia. Sadhu 3x.....

Unknown Web Developer

Morbi aliquam fringilla nisl. Pellentesque eleifend condimentum tellus, vel vulputate tortor malesuada sit amet. Aliquam vel vestibulum metus. Aenean ut mi aucto.

Senin, 03 Oktober 2016

Dhammapada Ayat 3


Mereka yang memendam kebencian di dalam dirinya dan berpikir : "Ia telah menyiksa diriku, ia telah memukul tubuhku, ia telah mengalahkan aku dan telah merampas barang-barangku",maka kebencian tidak akan lenyap dari batinnya.

Unknown Web Developer

Morbi aliquam fringilla nisl. Pellentesque eleifend condimentum tellus, vel vulputate tortor malesuada sit amet. Aliquam vel vestibulum metus. Aenean ut mi aucto.

Minggu, 02 Oktober 2016

Dhammapada Ayat 64


Kisah Udayi Thera

Udayi Thera sering mengunjungi, dan duduk di atas tempat duduk, di mana para thera terpelajar duduk pada waktu menyampaikan khotbah. Pada suatu kesempatan, beberapa bhikkhu tamu menyangka bahwa ia adalah seorang thera yang terpelajar, dan mereka mengajukan beberapa pertanyaan tentang lima kelompok unsur khandha.
Udayi Thera tidak dapat menjawab pertanyaan-pertanyaan tersebut, sebab beliau tidak mengerti sama sekali tentang Dhamma. Para bhikkhu tamu sangat terkejut menemukan seseorang yang tinggal dalam satu vihara dengan Sang Buddha hanya mengetahui sedikit saja tentang khandha dan ayatana (dasar indria dan obyek indria).
Kepada para bhikkhu tamu itu Sang Buddha menerangkan keadaan Udayi Thera dalam syair 64 berikut ini: Orang bodoh, walaupun selama hidupnya bergaul dengan orang bijaksana, tetap tidak akan mengerti Dhamma, bagaikan sendok yang tidak dapat merasakan rasa sayur.

Unknown Web Developer

Morbi aliquam fringilla nisl. Pellentesque eleifend condimentum tellus, vel vulputate tortor malesuada sit amet. Aliquam vel vestibulum metus. Aenean ut mi aucto.