Jumat, 14 April 2017

ASAL USUL DAN KISAH MAHA CUNDI BODHISATTVA (BAGIAN 3 - AKHIR)


ASAL USUL DAN KISAH MAHA CUNDI BODHISATTVA (BAGIAN 3 - AKHIR)
SUTRA MAHA CUNDI DHARANI
Suatu saat, Yang Terberkati, Sakyamuni Buddha sedang berdiam di dekat Shravasti, pada taman Anathapindada di hutan Jeta. Pada saat itu Sang Tathagata merenungkan dan mengamati para makhluk hidup di masa mendatang. Dengan perasaan yang penuh welas asih kepada mereka, Sang Tathagata memutuskan untuk menjelaskan secara terperinci Cundi Dharani, hati ibu dari tujuh koti para Buddha. Lalu Sakyamuni Buddha menyatakan mantra:
NAMO SAPTANAM SAMYAKSAMBUDDHA KOTINAM TADYATHA: OM, CALE, CULE, CUNDI SVAHA.
Bila ada bhiksu, bhiksuni, upasaka, atau upasika menjunjung tinggi dan menjapa dharani ini 800,000 kali, semua pelanggaran karma mematikan yang dibuat sejak masa tak berawal dapat dilenyapkan. Individu tersebut akan mendapatkan kesempatan untuk bertemu dengan semua Buddha dan Bodhisattva dimanapun ia lahir, dan akan terberkati dengan sekumpulan karma baik sesuai dengan yang diinginkannya. Dia juga akan mendapatkan kesempatan untuk meninggalkan lingkaran tumimbal lahir dalam setiap kehidupannya, menegakkan ajaran dan sumpah para Bodhisattva.
Individu tersebut akan selalu lahir pada alam manusia dan alam dewa, serta terhindar dari berjumpa dengan kelahiran di jalan kejahatan, dan selalu dilindungi oleh makhluk surgawi. Bila terdapat umat awam menjunjung tinggi dan menjapa dharani atau mantra ini , maka rumah tangganya akan selalu terhindar dari penderitaan dan malapetaka, serta penyakit. Semua yang dilakukan oleh orang tersebut akan selalu menguntungkan. Kata-katanya akan dipercaya dan diterima oleh orang lain.
Bila seseorang selesai menjapa mantra tersebut 200,000 kali, dia akan bermimpi bertemu dengan para Buddha, Bodhisattva, PratyekaBuddha, dan Sravaka, serta melihat zat berwarna hitam keluar dari mulutnya.
Sebaiknya seseorang dengan pelanggaran karma berat, ketika sedang membaca mantra tersebut 200,000 kali dia akan bermimpi bertemu dengan para Buddha dan Bodhisatva dan dalam mimpinya akan mengeluarkan zat berwarna hitam.
Bila seseorang telah melakukan salah satu dari lima pelanggaran sila yang mematikan (Panca Garukha Karma) , dan tidak mendapatkan mimpi yang luar biasa ini, disarankan untuk membaca mantra ini 700,000 kali. Setelah itu, orang tersebut akan mendapatkan mimpi yang luar biasa dan pertanda. Ketika seseorang bermimpi suatu pasta berwarna putih seperti lem kanji yang tebal, maka hal itu mengindikasikan bahwa dia telah mendapatkan pemurnian karma.
Sekarang saya akan membabarkan apa saja kegunaan maha - dharani ini. Seseorang sebaiknya berdiri didepan patung Buddha atau diatas tanah bersih didepan stupa. Tuangkan Gomaya (=kotoran sapi, di India dianggap sebagai bersih dan murni) diatas tanah dan buatlah altar mandala berbentuk kotak. Hiasi mandala tersebut dengan bunga, dupa, kanopi, makanan, lampu, dan lilin. Sesuaikan dengan ukuran mandala. Lakukan persembahan ini sesuai dengan kapasitas seseorang. Lalu japa mantra dan semprotkan parfum ke empat penjuru, serta atas dan bawah, untuk membuat proteksi spiritual. Letakkan sebotol parfum pada tiap-tiap sudut dan pada pusat altar mandala. Praktisi harus memasuki mandala dengan berlutut dan menghadap ke timur. Japa mantra 1080 kali dan botol parfum akan berputar dengan sendirinya. Peganglah berbagai macam bunga dengan kedua tangan, dengan posisi saling menyilang. Orang tersebut akan melihat penampakan para Buddha dan Bodhisattva. Japa lagi mantra tersebut 108 kali dalam bunga-bunga dan lemparkan ke udara sebagai sebuah persembahan (kepada para Buddha). Tanyakan semua jenis pertanyaan, dan pertanyaan tersebut akan terjawab.
Bila seseorang harus mengidap suatu penyakit karena berhadapan dengan makhluk gaib, japa mantra tersebut ke dalam rumput cogon dan sapukan rumput cogon tersebut ke pasien. Pasien tersebut seharusnya akan sembuh.
Bila seorang anak kecil kesurupan hantu, ambilah benang lima warna, dan suruhlah seorang gadis muda untuk memintal benang tersebut menjadi sebuah benang. Ambillah benang lima warna tersebut dan ikatkan simpul, sambil japakan mantra, sampai sebanyak 21 simpul. Ikatkan benang dengan 21 simpul tersebut ke leher anak kecil tersebut. Japakan mantra sebanyak 7 kali ke dalam segenggam biji mustard dan lemparkan biji mustard ke wajah anak kecil tersebut. Anak tersebut akan sembuh dari kesurupan.
Aplikasi lain dari mantra dan termasuk metodenya:
1.Untuk orang yang kesurupan hantu, pada saat orang tersebut hadir, gambarkan ciri-ciri tubuh dari orang tersebut pada selembar kertas. Japa mantra ini pada batang dahan willow dan pukulkan gambar tersebut pada orang sakit dengan batang dahan willow. Ini akan menyembuhkan pasien dari penyakitnya. Bila pasien berada pada tempat yang jauh, japa mantra ini ke batang dahan willow tujuh kali, dan kirimkan orang lain dengan batang tersebut. Suruh orang tersebut menggambar ilustrasi pasien dan pukulkan gambar tersebut kepada pasien dengan batang. Ini akan menyembuhkan pasien dari sakitnya.
2.Bila seseorang menjapa mantra ini ketika sedang dalam perjalanan, dia tidak akan perlu takut berjumpa dengan pencuri, perampok, dan binatang buas.
3.Bila seseorang secara konstan membaca mantra ini, dia akan memenangkan segala macam percekcokan. Bila seseorang menyeberangi lautan, japalah mantra ini dan dia tidak akan bertemu dengan gangguan yang disebabkan makhluk-makluk jahat yang ada di lautan.
4.Bila seseorang dikurung dan tangannya diikiat, japalah mantra ini, dan dia akan dibebaskan.
5.Bila terdapat sebuah negara yang menderita karena banjir, kelaparan, atau wabah penyakit menular.Siapkan krim susu, biji wijen, dan beras mengkilat yang tidak lengket. Gunakan tiga jari, ambil masing-masing seporsi dari bahan tersebut untuk menyiapkan adonan. Japa mantra tersebut ke dalam adonan, dan lemparkan ke dalam api. Lakukan hal ini terus-menerus selama 12 jam, selama 7 hari dan semua malapetaka akan dilenyapkan.
6.Buatlah sebuah mandala stupa diatas pasir dipinggiran sungai sambil japakan mantra. Lakukan ini sebanyak 600,000 kali. Seseorang akan melihat Bodhisatva Kuan Yin atau Tara. Atau mungkin dia akan melihat Vajrapani. Apa yang anda doakan pada saat ini akan terpenuhi. Seseorang akan mendapatkan pengobatan spiritual atau mendapatkan prediksi pencapaian keBuddhaan.
7.Bila anda mengitari gambar pohon bodhi searah jarum jam dan menjapa mantra ini sampai 10 juta kali, anda akan menyaksikan seorang Bodhisatva membabarkan dharma kepadamu dan diijinkan untuk mengikuti bodhisatva tersebut.
8.Bila anda melakukan persembahan makanan dan sering menjapa mantra ini, anda akan terbebaskan dari berbagai manusia jahat atau anjing liar. Bila anda pada awalnya menyelesaikan mantra ini di depan pagoda, atau patung Buddha, atau stupa dan sesudah itu melakukan persembahan yang sangat besar pada tanggal 15 suklapaksa (Yang Terang, tengah bulan pertama dalam satu bulan), japa mantra selama satu hari sambil berpuasa makanan, anda akan bertemu dengan Vajrapani dan mendapat undangan untuk pergi ke istananya.
9.Bila anda berdiri didepan sebuah stupa menegakkan tanda dimana roda dharma pertama diputar, atau stupa didirikan dimana Buddha lahir, atau stupa didirikan dimana penerus Buddha langkah berharga dari Surga Triyamsa, atau semua stupa yang berisikan relik, mengitari stupa tersebut searah jarum jam dan menjapa mantra ini. Anda akan melihat Bodhisattva Aparajita dan Bodhisattva Hariti. Keinginanmu akan terpenuhi. Bila anda memerlukan pengobatan secara spiritual, maka hal itu akan diberikan kepadamu, dan anda juga akan mendapatkan ceramah pada jalan Bodhisattva.
10. Bila ada seseorang yang menjapa mantra ini tidak berada pada tempat yang suci, maka ia akan menerima sebuah kunjungan dari semua bodhisatvva, tanpa menghiraukan dimana dia berada. Maha Cundi dharani ini adalah mantra yang penuh kilauan, dan dijelaskan secara terperinci oleh para Buddha di masa lampau, dan akan dijelaskan oleh para Buddha pada masa mendatang. Kenyataannya, para Buddha pada saat ini menjelaskan mantra ini, seperti yang kulakukan hari ini. Hal ini perlu dilakukan untuk menguntungkan setiap makhluk sehingga mereka mencapai penerangan sempurna. Bila ada suatu makhluk yang kurang pahala dan memiliki akar karma baik sedikit, dan tidak memiliki kapasitas natural dan faktor pedukung yang cukup untuk pencerahan akan sangat beruntung menerima dharani ini. Dia akan melaju dengan cepat mencapai penerangan sempurna (Anuttara-Samyak-Sambodhi). Bila seseorang secara konstan ingat untuk menjapa mantra ini, akar-akar karma baik tak terbatas akan matang menuju ke pencapaian.
Ketika Buddha membabarkan Cundi Dharani , makhluk hidup yang tak terbatas jumlahnya terangkat dari kekotoran batin, dan menerima karma baik dari Maha Cundi Dharani, Mantra Maha Terang dan menyaksikan kehadiran para Buddha, Bodhisattva dan makhluk-makhluk suci dari sepuluh penjuru, sebelum mereka bernamaskara dan meninggalkan pertemuan.
Unknown Web Developer

Morbi aliquam fringilla nisl. Pellentesque eleifend condimentum tellus, vel vulputate tortor malesuada sit amet. Aliquam vel vestibulum metus. Aenean ut mi aucto.

ASAL USUL DAN KISAH MAHA CUNDI BODHISATTVA (BAGIAN 2)


ASAL USUL DAN KISAH MAHA CUNDI BODHISATTVA (BAGIAN 2)
Bodhisattva Cundi adalah Bodhisattva dengan tingkatan spiritual yang sangat tinggi. Dia dikatakan sebagai manifestasi dari Tathagata ketika memasuki Samadhi Gaib Transformasi Kekosongan dan Lautan. Cundi disebut juga sebagai Cundi Kwan Im. Kata Cundi berarti kemurnian tertinggi. Menjadi ibu dari semua dewata tingkat Teratai, dia disebut juga sebagai Ibu Buddha, Ibu dari 7 koti Buddha dan Bodhisattva. Cundi memiliki delapan belas tangan dan tiga mata. Dia memiliki kekuatan yang sangat dashyat, dan julukan Tantra nya adalah Vajra Penuh Kemenangan atau Vajra Penundukan. Cundi didampingi oleh dua raja naga yang berdiri disamping singgasana teratainya. Dua raja naga tersebut adalah Nanda dan Upananda.
Simbol dan arti dari delapan belas lengan Cundi:
1.Dua tangan membentuk Mudra Akar Penguraian Dharma, melambangkan kelancaran pembabaran semua Dharma.
2.Tangan memegang bendera berharga yang menakjubkan, melambangkan kemampuan untuk mendirikan vihara yang bagus sekali.
3.Tangan membentuk Mudra Tanpa Gentar, melambangkan kemampuan untuk melepaskan makhluk hidup dari semua teror dan ketakutan.
4.Tangan memegang bunga teratai, melambangkan kemurnian dari enam organ yang tanpa noda, semurni bunga teratai.
5.Tangan memegang pedang kebijaksanaan, melambangkan pemutusan keterikatan penderitaan dan tiga racun serakah, kemarahan, dan kebodohan.
6.Tangan memegang vas kekuasaan, melambangkan aliran nektar untuk memelihara semua makhluk hidup sehingga mereka dapat menerima abhiseka para Buddha
7.Tangan memegang hiasan kepala bertahta permata yang sangat indah, melambangkan keinginan yang dihubungkan dengan seni dharma yang indah.
8.Tangan memegang vajra jerat (=lasso), melambangkan kemampuan untuk menarik semua kedalam tantra yoga
9.Tangan memegang buah surgawi, melambangkan buah pencapaian penerangan sempurna, dan pelatihan karma baik yang sangat luas
10.Tangan memegang dharma chakra, melambangkan pemutaran roda dharma yang konstan, memancarkan sinar terang benderang kepada tiga alam samsara.
11.Tangan memegang kampak perang, melambangkan kemampuan untuk melenyapkan semua latihan sesat dan keterikatan kuat kepada diri sendiri dan makhluk lain.
12.Tangan memegang kulit kerang besar, melambangkan penguraian dharma yang murni menggetarkan alam semesta.
13.Tangan memegang vajra kait, melambangkan kemampuan untuk menarik semua fenomena didalam penglihatan seseorang.
14.Tangan memegang vas pengabul keinginan melambangkan fungsi manifestasi semua harta dan kitab suci dalam sekehendak hati.
15.Tangan memegang vajra melambangkan pemusatan dukungan yang diberikan oleh delapan kelas makhluk surgawi dan naga. Hal ini juga merlambangkan penundukan makhluk yang keras kepala.
16.Tangan memegang sutra kebijaksanaan melambangkan kesadaran diri sendiri dan pengetahuan kebenaran yang sangat dalam dan menakjubkan tanpa bimbingan dari seorang guru.
17.Tangan memegang sebuah mani atau mutiara pengabul keinginan melambangkan getaran dan cahaya pikiran yang tanpa cacat, terang, dan sempurna
18.Dua tangan, bersama dari tangan pertama, telah dijelaskan pada Mudra Akar Penguraian Dharma (poin pertama) .
Beberapa gambar Bodhisattva Cundi melukiskan sikap yang berbeda, seperti membentuk mudra akar atau memegang japamala. Artinya tetap sama, tanpa menghiraukan sikapnya. Sikapnya melambangkan kedelapan belas pahala Bodhisattva Cundi. Anda sebaiknya memvisualisasikan kedelapan belas tangannya secara lengkap, dan membaca mantranya, sehingga anda mendapatkan segera kesadaran sejati dan membebaskan semua makhluk dari penderitaan.
Unknown Web Developer

Morbi aliquam fringilla nisl. Pellentesque eleifend condimentum tellus, vel vulputate tortor malesuada sit amet. Aliquam vel vestibulum metus. Aenean ut mi aucto.

ASAL USUL DAN KISAH MAHA CUNDI BODHISATTVA (BAGIAN 1)


ASAL USUL DAN KISAH MAHA CUNDI BODHISATTVA (BAGIAN 1)
Nama Bodhisattva Cundi Cundhi Saptakoti-Buddhaphagavati atau biasa disingkat Bodhisattva Cundi, diambil dari Bahasa Sansekerta. Terjemahannya bermacam versi. Maha Bodhisattva ini dikenal secara populer oleh umat Buddha Mahayana dari Sekte Exoteric (aliran yang menggarisbawahi hal-hal yang bersifat lahiriah) dan juga dikenal oleh Sekte Esoteric (aliran yang menggarisbawahi hal - hal yang bersifat bathiniah), dikarenakan mantraNya yang dinamai Mantra Cundi. Beliau juga dinamai Sang Kuan Yin Pelatih Kehidupan Spiritual agar dapat masuk ke alam surga oleh umat Buddha Sekte Dhyana.
Dalam kitab - kitab suci agama Buddha, tak terdapat deskripsi atau uraian hingga ke hal-hal yang sekecil-kecilnya mengenai cerita Makhluk Agung ini. Umat Buddha yang mempercayainya, yang berasal dari Sekte Esoteric mempunyai perbedaan pendapat, yaitu apakah tokoh agung ini termasuk golongan Maha Bodhisattva Avalokitesvara atau termasuk golongan Buddha? Namun Beliau lebih sering dimasukkan sebagai Makhluk Agung dari golongan Bodhisattva. Mantranya yang dinamai Mantra Cundi telah diajarkan secara luas dan sangat populer.
Terdapat 9 (sembilan) lukisan mengenai Maha Bodhisattva Cundi ini. Beberapa dari lukisan atau rupangnya, ada yang mempunyai dua tangan, empat tangan, bahkan ada yang mempunyai 84 tangan. Umumnya umat Buddha memuja lukisan atau rupangnya yang bertangan 18 dan bermata tiga. Dalam rupang atau lukisannya, tiap tangannya bersikap bermacam-macam. Ada yang sedang memberikan berkah, memegang pedang atau tasbih, atau memegang alat untuk menghaluskan dan mencampur obat-obatan yang berhiaskan intan berlian. Bila melihat rupang atau lukisan Bodhisattva ini, beberapa umat Buddha sering salah mengerti. Mereka menyangka itu lukisan Bodhisattva Avalokitesvara, yang dikenal dengan nama Sahasrabhujaryavalokitesvara.
Sebenarnya terdapat tangan yang jumlahnya 27 dan 40 tangan (jika ditambah dengan satu tangan yang sikapnya mencakup kedua telapak tangan menjadi satu, dan satu tangan lagi yang sikapnya sedang memberikan berkah), maka jumlah tangannya menjadi 42. Karena rupang atau lukisan Maha Bodhisattva Avalokitesvara tangannya berjumlah banyak untuk memegang aneka macam jenis benda, merupakan ciri khas Maha Bodhisattva Cundi. Jadi Ciri khas Bodhisattva Cundi dilekatkan pada rupang atau lukisan Maha Bodhisattva Avalokitesvara.
Seseorang dapat mengucapkan Mantra Cundi dengan kepercayaan sepenuhnya karena dikatakan Mantra Cundi merupakan doa yang sangat ampuh. Doa yang berkekuatan hebat, diucapkan dalam waktu singkat tetapi akibatnya dapat langsung dirasakan atau terlihat.
Pengucapan kata-kata suci dalam doa atau Mantra Cundi, telah sedikit mengalami perubahan dari rumusan aslinya. Versi terjemahannya ke dalam Bahasa Inggris. Naskah aslinya berbahasa Sansekerta.
Unknown Web Developer

Morbi aliquam fringilla nisl. Pellentesque eleifend condimentum tellus, vel vulputate tortor malesuada sit amet. Aliquam vel vestibulum metus. Aenean ut mi aucto.

SUTRA PANJANG USIA YANG DISABDAKAN BUDDHA (TENTANG PENGGUNAAN KERTAS MANTRA PANJANG USIA) Fú Shuō Shòu Shēng Jīng / 佛說壽生經


SUTRA PANJANG USIA YANG DISABDAKAN BUDDHA (TENTANG PENGGUNAAN KERTAS MANTRA PANJANG USIA)
Fú Shuō Shòu Shēng Jīng / 佛說壽生經
CATATAN:
Terjemahan Sutra ini masih jauh dari sempurna. Oleh karenanya, segenap kritik dan saran akan diterima dengan senang hati
Sutra ini boleh diperbanyak dan disebar luaskan, dengan TIDAK MENGUBAH apa pun (tanpa menambah dan mengurangi apa pun) sebagaimana yang tercantum di sini.
Sebagai tambahan, karena ada istilah-istilah khas China, seperti hun dan po, maka kemungkinan besar sutra ini dikarang di China; sehingga tidak mengherankan jika terdapat ajaran yang berbeda atau mungkin bertentangan dengan ajaran Agama Buddha lainnya.
Kendati demikian, karena merupakan bagian budaya dan agama China, maka saya tetap menerjemahkan sutra ini.
Diharapkan agar terjemahan sutra ini dapat membantu memahami perkembangan agama dan tradisi China.
Segenap pahala kebajikan yang didapatkan dari penerjemahan Sutra ini akan dilimpahkan bagi Guru, Buddha, Dharma, Sangha, Leluhur, bangsa dan negara, serta semua makhluk.
貞觀十三年有唐三藏法師 . 往西天求教
Zhēnguàn shísān nián yǒu táng sānzàng fǎshī, wǎng xītiān qiújiào
Pada tahun Zhenguan ketigabelas, Biksu Tripitaka pergi ke India mencari kebenaran ajaran Buddha.
因檢大藏經, 見壽生經一卷
Yīn jiǎn dàzàng jīng, Jiàn shòu shēng jīng yī juàn
Saat hendak memeriksa Tripitaka, ia berjumpa dengan segulung Sutra Panjang Usia.
有十二相屬南贍部洲生下為人,
Yǒu shí’èr xiāng zhǔ nán shàn bù zhōu shēng xià wéi rén
Terdapat dua belas jenis kelahiran umat manusia di Jambudvipa.
先於冥司下, 各借壽生錢
Xiān yú míng sī xià, gè jiè shòu shēng qián
Sebelumnya berada di bawah kendali kegelapan, masing-masing berhutang uang panjang usia.
有注命官秪揖人道, 見今庫藏空閒
Yǒu zhù mìngguān zhī yī réndào, jiàn jīn kùcáng kōngxián
Bagi masing-masing umat manusia terdapat pejabat pencatat hutang tersebut.
催南贍部洲眾生交納壽生錢,
Cuī nán shàn bù zhōu zhòngshēng jiāonà shòu shēng qián
Oleh karenanya, para penghuni Jambudvipa harus membayar hutang uang panjang usia.
阿難又問世尊. 南瞻部洲眾生多有大願不能納得。
Ānán yòu wèn shìzūn. Nán zhān bù zhōu zhòngshēng duō yǒu dàyuàn bùnéng nàdé.
Ananda lalu bertanya pada Buddha, “Para insan yang hidup di Jambudvipa mempunyai begitu banyak hawa nafsu keinginan yang mustahil dipuaskan.”
佛言道教看金剛經受生經。
Fú yán dàojiào kàn jīngāng jīngshòu shēng jīng.
Buddha membabarkan Sutra Panjang Usia.
能折本命錢為祗證經力甚大。
Néng shé běnmìng qián wèi zhī zhèng jīng lì shéndà.
Dapat melunasi hutang nasib, yakni berkat kekuatan Sutra tersebut.
三魂杳杳。七魄幽幽。微生空中。
Sān hún yǎo yǎo. Qī pò yōuyōu. Wéi shēng kōngzhōng.
Tiga Hun memasuki kegelapan. Tujuh Po menjadi terpisah satu sama lain. Tercerai berai di udara.
共亡人語話相逐攝人魂魄。減人精神。
Gòng wáng rén yǔ huà xiāng zhú shè rén húnpò.Jiǎn rén jīngshén.
Suara dan wujud orang yang meninggal akan terserap dalam anasir kehidupan (hun dan po) manusia. Sehingga merampas semangat seseorang [yang masih hidup].
若有善男子。善女人。破旁納得壽生錢。免得身邊一十八般橫災。
Ruò yǒu shàn nánzǐ. Shàn nǚrén. Pò páng nàdé shòu shēng qián. Miǎndé shēnbiān yīshíbā bān héng zāi.
Apabila terdapat putera dan puteri yang bajik, yang mempersembahkan Uang Panjang Usia, maka ia akan terbebas dari delapan belas bencana, yakni:
第一遠路波陌內被惡 人窺算之災。
Dì yī yuǎnlù bō mò nèi bèi èrén kuī suàn zhī zāi.
Pertama, bencana yang ditimbulkan orang-orang jahat.
第二遠路風雹雨打之災。
Dì èr yuǎnlù fēng báo yǔ dǎ zhī zāi.
Kedua, bencana yang diakibatkan oleh cuaca (angin, es dan hujan).
第三過江度河落水之災。
Dì sānguò jiāng dù hé luòshuǐ zhī zāi.
Ketiga, bencana sewaktu menyeberangi sungai dan perairan.
第四牆倒屋塌之災。
Dì sì qiáng dǎo wū tā zhī zāi.
Keempat, bencana berupa robohnya tempat kediaman.
第 五火光之災。
Dì wǔ huǒguāng zhī zāi.
Kelima, bencana karena kebakaran (api).
第六血光之災。
Dì liù xuèguāngzhīzāi.
Keenam, bencana berupa pertumpahan darah.
第七勞病之災。
Dì qī láo bìng zhī zāi.
Ketujuh, bencana berupa penyakit.
第八疥癩之災。
Dì bā jiè lài zhī zāi.
Kedelapan, bencana berupa penyakit kulit.
第九咽喉閉塞之災。
Dì jiǔ yānhóu bìsè zhī zāi.
Kesembilan, bencana karena tersedak atau tercekik.
第十落馬傷人之災。
Dì shí luòmǎ shāng rén zhī zāi.
Kesepuluh, bencana luka akibat terjatuh dari kuda.
第十一車碾之災。
ì shíyī chē niǎn zhī zāi.
Kesebelas, bencana karena terlindas kendaraan (kereta).
第十二破傷風死之災。
Dì shí’èr pòshāngfēng sǐ zhī zāi.
Kedua belas, kematian yang diakibatkan oleh demam.
第十三產難之災。
Dì shísān chǎn nàn zhī zāi.
Ketiga belas, bencana karena sulit melahirkan.
第十四橫死 之災。
Dì shísì hèngsǐ zhī zāi.
Keempat belas, kematian yang tidak wajar.
第十五卒中風病之災。
Dì shíwǔ cùzhòng fēng bìng zhī zāi.
Kelima belas, penyakit karena serangan angin jahat.
第十六天行時氣之災。
Dì shíliù tiān xíng shí qi zhī zāi.
Keenam belas, bencana karena bintang buruk.
第十七投井自繫之災。
Dì shíqī tóu jǐng zì xì zhī zāi.
Ketujuh belas, bencana karena terjerumus ke dalam sumur.
第十八官事 口舌之災。
Dì shíbā guān shì kǒushé zhī zāi.
Kedelapan belas, bencana karena perkataan.
若有善男子善女人。納得壽生錢。免了身邊一十八般橫災。若有
Ruò yǒu shàn nánzǐ shàn nǚrén. Nàdé shòu shēng qián. Miǎnle shēnbiān yīshíbā bān héng zāi.
Jikalau terdapat pria dan wanita bajik yang mempersembahkan Uang Panjang Usia, maka ia akan terbebas dari delapan belas bencana di atas.
人不納不折 壽生錢。後世為人多注貧賤。壽命不長。醜陋不堪。
Rén bùnà bù zhéshòu shēng qián. Hòushì wéi rén duō zhù pínjiàn. Shòumìng bù cháng. Chǒulòu bùkān.
Orang yang tidak mempersembahkan dan tidak menjalankan praktik Uang Panjang Usia, di kehidupan mendatang akan miskin, usia tidak panjang, serta berpenampilan buruk.
多饒殘疾。但看注壽生經。又名壽 生經。真經不虛除了身邊災。
Duō ráo cánjí. Dàn kàn zhù shòu shēng jīng. Yòu míng shòu shēng jīng. Zhēn jīng bù xū chúle shēnbiān zāi.
Ia akan mempunyai kelemahan atau kekurangan. Namun bila ia berjumpa dengan Sutra Panjang Usia, maka sutra sejati yang bukan palsu ini akan menyingkirkan bencana darinya.
免了身邊禍。又說十地菩薩。長壽王菩薩摩訶薩。延壽王 菩薩摩訶薩。增福壽菩薩摩訶薩。消災障菩薩摩訶薩。救苦難觀世音菩薩摩訶薩。長安樂菩薩摩訶薩。長歡喜菩薩摩訶薩。解冤結菩薩摩訶薩。福壽王菩薩摩訶薩。延壽長菩薩摩訶薩。
Miǎnle shēnbiān huò. Yòu shuō shí dì púsà. Chángshòu wáng púsà mó hē sà. Yánshòu wáng púsà mó hē sà. Zēng fú shòu púsà mó hē sà. Xiāo zāi zhàng púsà mó hē sà. Jiù kǔnàn guānshìyīn púsà mó hē sà.Cháng ānlè púsà mó hē sà. Zhǎng huānxǐ púsà mó hē sà. Jiě yuān jié púsà mó hē sà. Fú shòu wáng púsà mó hē sà. Yánshòu zhǎng púsà mó hē sà.
Terbebas dari segenap kemalangan dan mendapatkan perlindungan sepuluh Bodhisattva Bumi, yakni:
(1) Changshouwang Pusa Mohesa (Bodhisattva Mahasattva Raja Panjang Usia)
(2) Yanshouwang Pusa Mohesa (Bodhisattva Mahasattva Raja Pemanjang Usia)
(3) Zengfushou Pusa Mohesa (Bodhisattva Mahasattva Peningkat Keberuntungan dan Usia)
(4) Xiaozaizhang Pusa Mohesa (Bodhisattva Mahasattva Pelindung dari Bencana)
(5) Jiukunan Guanshiyin Pusa Mohesa (Bodhisattva Mahasattva Avalokitesvara Pelindung dari Segenap Kesusahan)
(6) Chang Anle Pusa Mohesa (Bodhisattva Mahasattva Kedamaian dan Kebahagiaan Abadi)
(7) Zhang Huanxi Pusa Mohesa (Bodhisattva Mahasattva Kegembiraan Abadi)
(8) Jieyuanjie Pusa Mohesa (Bodhisattva Mahasattva Pembebas Belenggu)
(9) Fushouwang Pusa Mohesa (Bodhisattva Mahasattva Raja Keberuntungan dan Usia)
(10) Yanshouzhang Pusa Mohesa (Bodhisattva Mahasattva Pemanjang Usia)
本宅龍宅土地罪消滅。滿宅家眷罪消滅。惡口浪舌罪消滅。殺生害命罪消滅 。前生冤業罪消滅。今生冤業罪消滅。前生父母罪消滅。今生父母罪消滅。又說災星。
Běnzhái lóng zhái tǔdì zuì xiāomiè. Mǎn zhái jiājuàn zuì xiāomiè. È kǒu làng shé zuì xiāomiè. Shāshēng hài mìng zuì xiāomiè. Qián shēng yuān yè zuì xiāomiè. Jīnshēng yuān yè zuì xiāomiè. Qián shēng fùmǔ zuì xiāomiè. Jīnshēng fùmǔ zuì xiāomiè. Yòu shuō zāi xīng.
Naga pengganggu yang berdiam di bumi akan sirna. Kejahatan yang mengganggu keluarga akan sirna sepenuhnya. Perkataan-perkataan jahat akan sirna. Hal-hal yang membahayakan kehidupan akan sirna. Kesalahan-kesalahan yang berasal dari kehidupan lampau akan disirnakan. Kesalahan yang dilakukan pada kehidupan sekarang akan disirnakan. Kesalahan orang tua di kehidupan lampau akan disirnakan. Kesalahan orang tua pada kehidupan sekarang akan disirnakan. Begitu pula halnya dengan pengaruh bintang-bintang pembawa kemalangan.
懺悔已後。願災星不照。福曜長臨。四時無疾。八節無災。
Chànhuǐ yǐ hòu. Yuàn zāi xīng bù zhào. Fú yào zhǎng lín. Sì shí wú jí. Bā jié wú zāi.
Dengan mengakui kesalahan yang telah dilakukan, bintang pembawa kemalangan akan menyingkir. Keberuntungan akan gemilang. Di keempat kurun waktu terbebas dari penyakit. Pada kedelapan penjuru bebas kemalangan.
若有善男子善女人。早納壽生錢。分明解脫。漏貫薄消納在庫中。
Ruò yǒu shàn nánzǐ shàn nǚrén. Zǎo nà shòu shēng qián. Fēnmíng jiětuō. Lòu guàn báo xiāo nà zàikù zhōng.
Apabila terdapat pria dan wanita berbudi, yang di saat pagi mempersembahkan Uang Panjang Usia pada pejabat pencatat hutangnya.
庫官收付。至百年命終之後。七七已前。
Kù guān shōu fù. Zhì bǎinián mìng zhōng zhīhòu. Qīqī yǐ qián.
Dengan demikian pejabat pencatat hutang menerima pembayarannya. Ia akan hidup hingga berusia seratus tahun. Tujuh kali tujuh kehidupan setelahnya.
早燒取壽生經。救度三世父母七代先亡。九族冤魂。皆得生天。儒流學士。僧尼道俗。或貴或賤。
Zǎo shāo qǔ shòu shēng jīng. Jiù dù sānshì fùmǔ qī dài xiān wáng. Jiǔzú yuānhún. Jiē dé shēng tiān. Rú liú xuéshì. Sēngní dào sú. Huò guì huò jiàn.
Di saat pagi membakar Uang Panjang Usia, maka dapat menyelamatkan orang tua selama tiga kurun kehidupan hingga tujuh generasi sebelumnya. Membebaskan sembilan arwah (hun) pendendam. Dapat memperoleh kelahiran di alam dewa. Dapat meraih kedudukan sebagai sarjana. Dapat menjadi pemuka agama, baik berkedudukan tinggi atau rendah.
若有善男子善女人。今生早燒壽生錢。三世富貴。今生不燒三世貧賤。後世難得人身。
Ruò yǒu shàn nánzǐ shàn nǚrén. Jīnshēng zǎo shāo shòu shēng qián. Sānshì fùguì. Jīnshēng bù shāo sānshì pínjiàn. Hòushì nándé rénshēn.
Apabila terdapat pria dan wanita berbudi, pada kehidupan sekarang di saat pagi membakar Uang Panjang Usia, maka pada tiga kurun waktu akan terlahir kaya serta mulia. Jika pada kehidupan sekarang tidak membakar Uang Panjang Usia, maka pada ketiga kurun waktu akan miskin. Kelahiran sebagia manusia akan sulit diperoleh.
縱得為人瘸手瘸足。無目跛腰。癡聾瘖啞。衣不蓋形。食不充口。被人輕賤。若 早燒壽生錢。注衣注食注命注祿。本命星官。本命判官。修羅王事。天龍八部。聞佛所 說。皆大歡喜。信受奉行壽生經。
Zòng dé wéi rén qué shǒu qué zú. Wú mù bǒ yāo. Chī lóng yīn yǎ. Yī bù gài xíng. Shí bù chōng kǒu. Bèi rén qīngjiàn. Ruò zǎo shāo shòu shēng qián. Zhù yī zhù shí zhù mìng zhù lù. Běnmìng xīng guān. Běnmìng pànguān. Xiūluó wáng shì. Tiānlóng bā bù. Wén fú suǒ shuō. Jiēdàhuānxǐ. Xìn shòu fèngxíng shòu shēng jīng.
Kalau pun terlahir sebagai manusia ia akan cacat kaki dan tangannya. Terlahir buta dan cacat pada pergelangan tangannya. Terlahir tuli dan bisu. Pakaiannya akan compang camping. Mulutnya akan berbau. Akan dipandang rendah oleh orang lain. Apabila tiap pagi membakar Uang Panjang Usia, maka sandang, pangan, dan keberuntungan akan gemilang. Pejabat Bintang Nasib, Pejabat Bintang Hakim Nasib, raja asura, dewa, naga, dan kedelapan kelompok makhluk, sangat bersuka cita setelah mendengarkan sutra ini serta membangkitkan keyakinan terhadapnya.
即說咒曰。天羅咒。地羅咒。日月黃羅咒。一切冤家離我身。摩訶般若波羅密。一解冤 經。二延壽真言。三滅五逆之罪。誦此經。免地獄之罪。便得生天不虛矣。
Jí shuō zhòu yuē. Tiān luó zhòu. De luó zhòu. Rì yuè huáng luó zhòu. Yīqiè yuānjiā lí wǒ shēn. Mó hē bōrě bō luó mì. Yī jiě yuān jīng. Èr yánshòu zhēnyán. Sān miè wǔ nì zhī zuì. Sòng cǐ jīng. Miǎn dìyù zhī zuì. Biàn dé shēng tiān bù xū yǐ.
Selanjutnya dilafalkan mantra sebagai berikut: “TIAN LUO ZHOU. DI LUO ZHOU, RI YUE HUANG LUO ZHOU, YI QIE YUAN JIA LI WO SHEN. MO HE BO RE BO LUO MI. YI JIE YUAN JING. ER YAN SHOU ZHEN YAN. SAN MIE WU NI ZHI ZUI. SONG CI JING. MIAN DI YU ZHI ZUI. BIAN DE SHENG TIAN BU XU YI.
願以此功德  普及於一切
Yuàn yǐ cǐ gōngdé pǔjí yú yīqiè.
誦經還庫藏  消災增福壽
Sòng jīng hái kùcáng xiāo zāi zēng fú shòu
Segenap pahala kebajikan yang diperoleh akan dilimpahkan pada semua insan. Melafalkan Sutra akan melimpahkan perbendaharaan. Menyirnakan bencana dan melimpahkan keberuntungan serta usia panjang.
Diterjemahkan dari bahasa Mandarin ke bahasa Indonesia oleh Ivan Taniputera
Unknown Web Developer

Morbi aliquam fringilla nisl. Pellentesque eleifend condimentum tellus, vel vulputate tortor malesuada sit amet. Aliquam vel vestibulum metus. Aenean ut mi aucto.

KISAH KEHIDUPAN MASTER HUI NENG (BAGIAN 3 - AKHIR)


KISAH KEHIDUPAN MASTER HUI NENG (BAGIAN 3 - AKHIR)
14. MENGAGETKAN ORANG
Hui Neng melanjutkan perjalanannya kearah selatan, sampai didaerah Shao Zhou Kabupaten Qu Jiang (韶州曲江縣), namun para pemerintah dan penduduk saat itu masih belum mengenalnya.
Suatu ketika seorang pelajar confusianis bernama Liú Zhì Luè (劉志略), ketika bertemu dengan Hui Neng terlihat sangat sopan dan hormat, pelajar ini mempunyai seorang bibi yang menjadi seorang samana bernama dharma Wú Jìn Cáng (無盡藏) dan bertemu dengan Hui Neng beliau sering membaca sutra Mahaparinirvana, saat mendengar kata –kata sutra tersebut Hui Neng segera memahami makna agung yang ada didalamnya. Kamudian sang bhikkuni tersebut memohon Hui Neng untuk menjelaskan maknanya, namun sang bhikkuni tersebut sangat melekat dengan kata – kata tulisan didalamnya, sedangkan Hui Neng tidak mengerti tulisan sama sekali, maka sang bhikkuni tersebut pun merasa merendahkan Hui Neng, kemudian Hui Neng berkata:
“Dharma agung mulia dari para Buddha, sedikitpun tidak terpengaruh oleh tulisan ataupun bahasa.”
Sang bhikkuni mendengar penjelasan tersebut merasakan bahwa Hui Neng bukanlah orang bisa, maka beliau segera memberitahukan kepada penduduk agar membangun sebuah vihara untuknya.
15. PELEPASAN MAKHLUK HIDUP
Bao Lin Monastery di daerah Cao Xi didirikan dari sebuah vihara kuno, namun sejak zaman dynasty Sui akhir kemudian dihancurkan oleh tentara. Karena atas permintaan dari bhiksuni Wu Jin Zang (無盡藏) kemudian seorang bernama Cao Shu Liang (曹叔良) dan para penduduk membangun sebuah vihara untuk master Hui Neng. Kemudian master Hui Neng tinggal dan menetap di Bao Ling Monastery selama lebih dari 9 bulan, namun karena adanya serangan dari kelompok partai jahat maka master Hui Neng kemudian bersembunyi digunung. Karena kejanmnya sekelompok orang tersebut maka gunung tersebut pun dibakar, akhirnya master Hui Neng bersembunyi didalam goa batu untuk menghindari adanya bahaya.
Menurut cerita bekas tempat duduk master Hui Neng diatas batu dalam goa tersebut masih membekas sampai saat ini. Sehingga disebut sebagai Batu Persembunyian (dari master Hui Neng). Dalam ketidak berdayaannya, master Hui Neng kemudian tinggal bersama para pemburu, master Hui Neng juga sering memberikan nasehat kepada para pemburu tersebut, namun mereka justru memerintahkan beliau untuk menjaga jarring tempat buruan. Karena cinta kasih yang begitu dalam setiap kali beliau melihat ada hewan yang tertangkap oleh jarring maka beliau segera membebaskannya kembali. Para pemburu tersebut menggantungkan hidup dari hasil buruannya, dan juga menggunakan hasil buruan sebagai bahan makanannnya; namun master Hui Neng setiap hari hanya memakan sayur seorang dir , yang beliau masukkan pada saat memasak daging para pemburu, beliau memakan sayur setelah memisahkan dagingnya.
16. HATI YANG SEDANG BERGERAK
Master Hui Neng merasa waktu untuk membabarkan dharmanya sudah sampai, dan tidak mungkin beliau hanya bersembunyi saja selamanya. Maka beliau segera berjalan menuju daerah Guang Zhou dan sampai di Fa Xing Monastery (广州法性寺) , sungguh sangat tidak terduga pada saat itu sedang ada pesamuan dharma besar membahas tentang Parinirvana Suta (涅槃经) yang dipimpin oleh master Yin Zong (印宗法師) .
Pada saat sampai divihara, di depan ruangan Dharmasala beliau bertemu dengan dua orang bhiksu yang sedang berdebat tentang masalah Angin dan Bendera. Salah satu dari mereka berkata: ”Angin yang sedang bergerak!” Dan yang lain berkata: ”Bendera yang bergerak!” Mereka berdua berdebat tidak ada habisnya, kemudian master Hui Neng dari samping berkata: “Bukan angin, bukan juga bendera yang bergerak, namun hati yang mulialah yang sedang bergerak!”
Kata kata tersebut membuat dua orang tersebut terkaget, tiba – tiba master Yin Zong menghormat master Hui Neng dan memohonnya agar bersedia memberikan ceramah dharma yang demikian dalam dan menarik. Saat mendengar kata-kata master Hui Neng yang demikian singkat dan tidak terpaku pada tata bahasa namun sangatlah masuk akal maka master Yin Zong segera bertanya:
”Anda adalah seorang yang luar biasa, berbeda dari orang pada umumnya. Hamba telah lama mendengar bahwa generasi penerus zen ke-6 dari Huang Mei Shan sedang menuju kearah selatan, apa beliau adalah Anda?”
Hui Neng dengan rendah hati kemudian mengakuinya, master Yin Zong segera memberi hormat kepada sang guru zen.
17. MASTER HUI NENG MENINGGALKAN KEHIDUPAN DUNIAWI
Setelah memberi hormat kepada master Hui Neng, master Yin Zong memohon kepadanya agar bersedia memperlihatkan jubah dan patra zen, setelah melihatnya semua orang satu demi satu bersujud menghormat master Hui Neng. Master Yin Zong bertanya:
“Master kelima (ven.Hong Ren) setelah memberikan jubah dan patra, apakah nasehat yang beliau berikan pada anda?”
Master Hui Neng menjawab:
"Beliau sedikitpun tidak memberikan nasihat, hanya saja harus belajar melihat sifat asli (kebuddhaan), dan tidak berbicara tentang medhitasi untuk mencapai pencerahan.”
Master Yin Zong kembali bertanya:
“Mengapa tidak menekankan pada meditasi dan pencerahan ?”
“「佛法是不二之法,若論禪定解脫,這是二法,不是佛法。何謂不二法?
「法師講涅槃經,闡明佛性,即是不二之法;
例如:高貴德王菩薩白佛言:犯四重禁,作五逆罪,及一闡提等,當斷善根佛性否?
佛言:善根有二:一者常;一者無常。佛性非常、非無常,是故不斷。
名為不二。一者善,二 者不善,佛性非善、非不善,是名不二。
蘊之與界,凡夫見二,智者了達,其性無二。無二之性,即是佛性。」”
Suatu ketika seorang Bodhisattva bertanya pada Buddha: "Jika melanggar 4 larangan besar, melakukan 5 karma buruk besar dan keburukan lain apakah dapat memutuskan benih kebodhian kita?" Buddha menjelaskan bahwa benih kebodhian dibagi menjadi 2 yaitu selalu tetap / abadi dan dapat berubah. Namun benih kebuddhaan manusia adalah tidak tetap juga tidak berubah, maka tidak akan dapat terputuskan karena karma buruk. Maka dengan penjelasan singkat semua makhluk jahat dan baik pun tetap lah mempunyai hati pencerahan Buddha, mungkin memang tidak terlihat oleh orang biasa karena manusia biasa hanya melihat baik dan buruk sedangkan orang bijak melihatnya dengan jelas dan sama rata.
Mendengar penjelasan dari master Hui Neng dia sangat bergembira dan beranjali memberi hormat dan berkata: “Dharma yang saya babarkan hanya seperti batu bata, namun penjelasan anda sangatlah dalam murni seperti emas asli.” Maka kemudian master Yin Zong menetapkan hari untuk pemberian sila penuh (Uppasampada) kepada master Hui Neng.
18. KEMBALI KE CAO XI
Pada bulan pertama (imlek) hari ke-15, master Yin Zong melakukan pendiksaan dengan mencukur rambut Hui Neng sebagai samanera; kemudian pada bulan 2 hari ke-8 mengundang para sesepuh dan memberikan uppasampada kepada Hui Neng.
Dengan guru vinaya Zhi Kuang dari Chang An sebagai guru sila acarya,
Guru vinaya Hui Cing dari Suzhou sebagai karma acarya,
Guru vinaya Tong Ying dari Xing Zhou sebagai dharma acarya,
Guru vinaya Qituolo dari india tengah sebagai pengantar sila dan
Guru tripitaka Mituo dari india barat sebagai saksi.
Mengenai penerimaan uppasampada dari Hui Neng sejak jaman dinasti Song telah ada seorang bhiksu dari india yang bernama Gunabhadra yang menuliskan ramalan di altar uppasampada:
“Kelak di altar ini akan ada seorang Bodhisattva bertubuh manusia yang menerima sila bhiksu.”
Begitu juga pada masa dinasti Liang, seorang bhiksu dari India barat yang berlabuh pernah membawa pohon bodhi kemudian menanamnya disamping tempat uppasampada tersebut dan juga meramalkan:
”170 tahun kemudian akan ada seorang manusia Bodhisattva yang mengajarkan dharma dan menolong banyak makhluk dibawah pohon bodhi ini, benar - benar seorang penerus dharma yang sejati.”
Dua ramalan yang berbeda masa tersebut ternyata memang terbukti karena ditempat itulah Hui Neng menerima sila uppasampada dan kemudian meneruskan generasi dari leluhur ke-4 dan ke-5, kemudian mengembangkan dharma di arah timur. Kemudian akhirnya leluhur ke-6 kembali ke Cao Xi di Baolin Monastery. Pada saat itu pula master Yin Zong mempersembahkan sebuah jubah kepada leluhur ke-6. Pada saat itu terdapat ribuan orang yang mengantar leluhur ke-6 kembali ke Cao Xi.
19. MENAKLUKKAN NAGA SILUMAN
Di depan altar dharmasala Baolin di daerah Cao Xi, terdapat sebuah kolam yang dalam. Seringkali muncul ular naga siluman raksasa dari dalam kolam tersebut kemudian datang angin besar dan ombak yang dahsyat. Hal tersebut membuat para murid vihara ketakutan sehingga tidak berani mendekatinya.
Suatu hari saat naga tersebut menampakkan diri, master Hui Neng kemudian menemuinya dan berkata:
“Kenapa kamu membuat angin dan ombak besar disini? Karena kamu dapat berubah menjadi besar, seharusnya juga bisa menjadi kecil, jika kamu dewa maka tunjukkan wujud kecil menjadi besar dan dari besar menjadi kecil!”
Kemudian naga pun berubah menjadi kecil dan keluar dari dalam kolam, master Hui Neng mengujinya :
“Apakah kamu berani masuk ke dalam patra tua ini?”
Naga yang berubah bentuk menjadi kecil kemudian terbang sampai didepan master Hui Neng, karena sudah masuk ke dalam patra maka nagapun tidak dapat melarikan diri lagi. Kemudian master Hui Neng membawanya kedalam dharmasala dan memberikan bimbingan dharma kepadanya, karena itulah akhirnya sang naga dapat terbebas dari tubuh naga tersebut . Panjang tulangnya kira-kira 7 inchi (kira - kira 25 cm) lengkap dengan ekor dan kepalanya kemudian disimpan di vihara. Setelah itu master ke-6 kemudian memerintahkan menutup kolam dengan batu dan tanah, saat ini di samping kiri dharmasala terdapat sebuah stupa dari besi itulah sebenarnya tempat tadi.
20. SUARA DHARMA DI BAO LIN MONASTERY
Setelah kembalinya master Hui Neng ke BaoLin Monastery, dengan sendirinya namanya semakin membesar, sehingga membuat vihara zen tersebut semakin ramai dengan para penganut dan kegiatan keagamaan. Pada saat itu zaman dinasti Tang, Cao Xi adalah sebuah daerah administrasi dibawah pimpinan propinsi Shaozhou Qujiang, yang sekarang lebih dikenal sebagai Guang Dong.
Pada saat itu gubernur Wei adalah pemimpin daerah prefektur Shao Zhou, beliau adalah seorang penganut Buddhis yang taat. Ketika mengetahui bahwa jubah dan patra zen telah diwariskan di daerah selatan, dia merasa sangat senang dan berkunjung kedaerah Cao Xi Nan Hua Mountain Bao Lin Monastery untuk menjumpai sang master zen ke-6 memohon bimbingan Dharma dari beliau.
Unknown Web Developer

Morbi aliquam fringilla nisl. Pellentesque eleifend condimentum tellus, vel vulputate tortor malesuada sit amet. Aliquam vel vestibulum metus. Aenean ut mi aucto.

KISAH KEHIDUPAN MASTER HUI NENG (BAGIAN 2)


KISAH KEHIDUPAN MASTER HUI NENG (BAGIAN 2)
8. HUI NENG MEMBUAT GATHA
Shen Xiu meskipun setelah berhari-hari berdiam diri d ikamar berusaha untuk membuat gatha yang baru namun tidak juga terpikirkan gatha yang baru. Suatu hari seorang samanera berjalan melewati dapur tempat Hui Neng bekarja dengan melafalkan gatha yang dibuat oleh Shen Xiu: ”身是菩提樹,心如明鏡臺。。。” Ketika Hui Neng mendengarnya dia sudah mampu mengetahui bahwa gatha tersebut belum tercerahkan dan belum mampu mencapai dasar kebuddhaan, namun dia tidak tau siapa yang membuatnya. Hui Neng bertanya kepada samanera tersebut:
”Yang Mulia, siapakah yang membuat gatha tersebut?”
“Kamu seorang barbar apakah mengerti gatha? Yang membuat adalah seorang yang sangat terkenal di vihara ini dia adalah senior Shen Xiu. Gatha tersebut ditulisnya di dinding jalan aula bagian selatan, master ke-5 meminta semua murid agar melafalkan dan menghormati gatha tersebut. Karena jika berlatih diri berdasarkan gatha tersebut maka akan mampu terbebas dari alam menderita, dan mendapat manfaat yang besar! Mungkin master Hong Ren akan mewariskan jubah kepadanya.”
Mendengar hal tersebut Hui Neng berkata: “Yang Mulia, saya baru 8 bulan disini dan selama ini belum pernah berjalan sampai kedepan vihara. Mohon yang mulia mengantar saya untuk melihat gatha tersebut.”
Samanera tersebut kemudian mengantarkannya menghormat gatha, karena Hui Neng adalah seorang yang buta huruf maka memohon kepada samanera untuk membacakan untuknya. Pada saat itu pula di dekat mereka ada seorang pejabat dari daerah Jiang Zhou (江州今江西九江等縣) bernama Zhang Ri Yong (張日用) maka Hui Neng segera memintanya: ”Saya juga mempunyai sebuah gatha mohon pejabat untuk membantu menulisnya.” Pejabat ini saat mendengarnya merasa kaget dan tidak percaya: ”Kamu? Kamu juga ada gatha?” Hui Neng mengetahui pejabat tersebut sedang merendahkannya, kemudian berkata: “Semua orang sebenarnya memiliki benih kebodhian, jika ingin belajar dharma yang tiada batas maka tidak semestinya merendahkan seorang pemula. Karena sifat kebodhian tidak lahir karena adanya karma baik, juga melampaui kata-kata dan tulisan, maka seorang rendahan juga mungkin mempunyai kebijaksanaan tinggi. Namun orang-orang berkedudukan tinggi kadang justru tidak mempunyai kebijaksanaan yang dalam.”
Pejabat tersebut kemudian bersedia menuliskan gatha tanpa ada rasa merendahkan Hui Neng lagi, dia juga memohon jika kelak Hui Neng sukses dalam melatih diri maka dia harus menolongnya terlebih dahulu. Maka Hui Neng berkata dan Zhang Ri Yong menulisnya:
菩提本無樹。明鏡亦非臺。Pú tí běn wú shù míng jìng yì fēi tái
本來無一物。何處惹塵埃。Běn lái wú yī wù hé chù rě chén āi
Nb : gatha tersebut berbunyi: bodhi pada awalnya tidak berpohon, cermin yang terang juga tidak berbingkai, sesungguhnya tidak ada apapun , maka darimana bisa terkotori oleh debu.
Sebuah hal yang mengejutkan
Saat itu semua murid Hong Ren terkaget melihat gatha tersebut, sungguh benar-benar Bodhisattva yang hidup didunia, benar-benar tidak boleh melihat orang hanya dari penampilan, ibarat laut juga tidak bisa diukur hanya dari gelombangnya saja. Berita tersebut terdengar sampai telinga master Hong Ren, maka sang guru segera keluar melihat gatha tersebut, kemudian dengan menggunakan sepatunya beliau segera menghapus tulisan gatha yang masih basah tersebut.
“Tidak tercerahkan, cepat hapus!!!”
9. MENDAPATKAN PENCERAHAN
Hari berikutnya, master Hong Ren diam-diam berjalan ke penggilingan beras tempat Hui Neng bekerja yang dengan mengikat sebongkah batu ditubuhnya, agar dapat menggiling beras dengan berat yang agar dengan mudah menghancurkannya menjadi tepung , guru melihat dan tertawa:
“Seorang yang belajar dharma juga harus demikian…” Kemudian berkata: ”Apakah berasmu sudah matang ??”
Hui Neng menjawab: ”Sudah lama matang , hanya saja belum pernah disaring.” Master Hong Ren mendengar jawabannya yang benar, kemudian mengetuk tanah dengan tongkat Xi Zhang nya sebanyak 3 kali, dan pergi meninggalkan Hui Neng.
Hui Neng akhirnya mendapat bimbingan dari sang guru, pada saat malam hari pukul 3 pagi, diam-diam berjalan menuju aula gurunya. Master Hong Ren khawatir orang lain melihat maka segera menutupi lubang jendela dengan jubahnya. Kemudian master Hong Ren membabarkan Sutra Intan (Cin Kang Cing) kepada Hui Neng seorang diri, dan sampai pada kata “應無所住而生其心 yìng wú suǒ zhù ér shēng qí xīn” Kemudian mencapai pencerahan dan menyadari bahwa segala sesuatu kondisi dharma tidak terlepas dari sifat kebuddhaan yang dimiliki oleh dirinya sendiri.
10. MENERIMA JUBAH ZEN
Hui Neng setelah mencapai pencerahan kemudian berkata kepada master Hong Ren: ”Tidak pernah terpikirkan sifat kebuddhaan yang semua orang miliki, sebenarnya bersih murni, sebenarnya tidak tumbuh dan hancur, sesungguhnya dimiliki oleh semua orang masing-masing, sebenarnya tidak tergoyahkan; dan mampu menghasilkan berjuta kondisi dharma kebenaran.”
Master Hong Ren setelah mendengar kata – kata Hui Neng kemudian menyadari bahwa Hui Neng telah tercerahkan oleh sifat diri / kebuddhaannya, kemudian berkata: ”Orang yang tidak mengetahui sifat kebuddhaan dalam dirinya, meskipun belajar dharma tetap tidak ada manfaatnya, jika mampu mengenalinya maka dia adalah seorang manusia agung, guru para dewa dan manusia! Dengan Buddha tidak ada bedanya…” Maka pada malam itu juga pukul 3 pagi saat semua orang tidak sadar dan tidak mengetahui, master Hong Ren mewariskan ajaran pencerahan sesaat (頓悟的教法) kemudian memberikan jubah zen kepadanya,: ”Kamu telah menjadi guru besar ke-6 zen, jagalah dengan baik semua ini; selamatkan semua makhluk diseluruh penjuru, sebarkan ajaran ini dan jangan sampai berhenti dan hancur.”
Setelah berkata dan menyerahkan jubah dan patra , kemudian berkata :
有情來下種 因地果還生
無情亦無種 無性亦無生
Nb : makhluk hidup datang untuk menanam benih (karma), karena adanya tanah (kesadaran) maka akan menumbuhkan buah, sesungguhnya tidak ada kehidupan juga tidak ada benih, juga tidak ada sifat kebuddhaan dan kehidupan.
11. MENOLONG DIRI SENDIRI
Master Hong Ren berkata: ”Dahulu leluhur bodhidharma saat pertama kali datang ketanah ini (Tiong Kok) tidak seorangpun percaya dengan apa yang dia katakan, maka hanya dengan jubah inilah yang menjadi barang bukti untuk kemudian diwariskan turun temurun. Makna sesungguhnya adalah dharma yang diwariskan dari hati ke hati, semuanya harus dicapai oleh diri sendiri kemudian mengembangkannya. Sejak zaman para Buddha yang lampau, para guru mewariskan ajaran dharma melalui hati. Jubah hanya akan menimbulkan perselisihan saja, sampai pada giliranmu jangan lagi diwariskan karena akan menimbulkan perselisihan dan perebutan dharma, dharma dan ajaranku juga tidak pasti dapat dipertahankan. Sekarang cepatlah kamu pergi! Terlalu lama disini bisa membuatmu celaka!”
Hui Neng mendengar nasehat guru masih saja diliputi keraguan kemana dia harus pergi, master Hong Ren memberitahunya: ”Berhentilah dimana kamu dibutuhkan, karena dengan adanya pertemuan itu sebenarnya adalah sebuah jodoh yang masih terpendam.” Pukul 3 pagi master Hong Ren mengantar Hui Neng sampai di pinggir sungai Jiu Jiang Yi (九江驛) master Hong Ren hendak mengantar Hui Neng: ”Seharusnya saya yang harus menyebrangkanmu..” Hui Neng berkata: ”Saat tersesat guru yang menyeberangkan ku, saat ini sudah tercerahkan saya akan menyeberang sendiri!” Meskipun Hui Neng adalah seorang yang lahir didaerah pinggiran namun setelah mendapatkan bimbingan dari sang guru kini mampu mencapai pencerahan dharma, maka setiap kali guru bertanya dia selalu menjawab dengan jawaban yang tepat dan tegas. Master Hong Ren mendengar jawaban Hui Neng kemudian berkata sebagai bentuk pengakuan pencerahannya: ”Sadhu.. Sadhu.. Sadhu! Kelak Buddha dharma akan menjadi besar dibawah ajaranmu! Sekarang pergilah keselatan jika waktunya belum sampai, jangan pernah memberikan dharma ini kepada siapapun, kalau tidak Buddha dharma akan sukar tumbuh.” Maka Hui Neng menaiki kapal dan mendayung kearah selatan, dua bulan kemudian baru mencapai daerah Yǔ Lǐng (庾嶺)
12. PARA MURID YANG TERKEJUT
Setelah mengantarkan Hui Neng , master Hong Ren kembali ke vihara, namun selama beberapa hari tidak pernah keluar memberika wejangan dharma. Semua murid merasa kuatir dan curiga kemudian bertanya:
”Guru apakah sehat – sehat saja?”
“tTdak ada penyakit apapun , dharmaku telah berjalan keselatan.”
“Siapakah yang mendapatkan jubah dharma?”
“Dia yang mampu yang mendapatkannya.”
Demikian tanya jawab singkat antara guru dan murid. Kemudian hal yang aneh sang barbar (Hui Neng) yang mengurusi padi juga tidak ada ditempatnya lagi. Maka gosip pun mulai menyebar, semua beranggapan master ke-5 telah tua dan pikun sehingga menyerahkan jubah dan patra zen kepada Hui Neng, seorang barbar yang tidak jelas asal-usulnya.
13. PEREBUTAN JUBAH
Banyak murid Hong Ren yang berperasaan sama yaitu ingin merebut kembali jubah dan patra zen, diantaranya adalah seorang yang bernama asli Chen Hui Ming (陳惠明) yang pada kehidupan awamnya adalah seorang prajurit, karena masih belum lama hidup sebagai seorang viharawan maka sifatnya yang ceroboh dan tidak sopan masih tetap besar, dialah orang yang menemukan Hui Neng. Melihat ada seorang pertapa viharawan yang membuntuti maka dia segera meletakkan jubah dan patra tersebut diatas batu yang berada dipinggir jalan, kemudian dia sendiri lalu bersembunyi dibawah semak belukar.
Hui Ming merasa sangat bahagia karena berhasil menemukan jubah dan patra itu, maka dengan dua tangannya segera mengambil jubah dan patra tersebut, namun terjadi sesuatu yang aneh jubah dan patra yang sangat ringan tadi kemudian berubah menjadi sangat berat, jangankan untuk dibawa pergi mengangkatnya saja tidak bisa bergerak sedikitpun. Pada saat itu Hui Ming merasa takut dan bertobat atas kelakuannya, kemudian berteriak:
“Pengembara! Pengembara! Saya hanya datang untuk belajar dharma, sama sekali bukan untuk merebut jubah dan patra ini…. Kemarilah!”
Kemudian Hui Neng segera keluar dari dalam semak dan menampakkan dirinya, dia kemudian duduk bersila diatas sebongkah batu, Hui Ming segera memberi hormat, Hui Neng berkata :
“Karena kamu datang hanya untuk memohon bimbingan dharma maka aku akan memberikannya untukmu, diam dan tenangkan dirimu jangan pikirkan sesuatu yang ada diluar!” Setelah Hui Ming menenangkan dirinya, kemudian Hui Neng baru berkata:
“Tidak berpikir baik! Tidak berpikir jahat! Pada saat itulah keadaan asli yang paling sempurna.” Saat selesai berkata Hui Ming kemudian mendapatkan pencerahan, kemudian memohon bimbingan dan bertanya:
“Selain diatas rahasia ucapan dan pikiran apakah masih ada yang lebih susah diungkap?”
“Seperti yang kamu katakan sesungguhnya tidak ada sesuatu yang rahasia karena jika kamu kembali melihat kondisi dalam diri sesungguhnya semua hanya ada didalam dirimu.”
Hui Ming setelah mendengar kata-kata dari Hui Neng kemudian berkata :
“Meskipun aku telah belajar dibawah bimbingan master Hong Ren untuk sekian lamanya namun belum juga mendapatkan pencerahan dan pengetahuan yang sesungguhnya, saat ini mendengar penjelasan darimu seperti baru saja meminum air yang sejuk, pengembara (Hui Neng) andalah guruku sekarang ini!”
“Jika demikian, aku denganmu adalah satu perguruan yaitu master Hong Ren, maka sudah selayaknya kita sendiri yang menjaga pelatihan diri kita yang benar, jangan membiarkannya mundur!”
“Kemanakah saya harus pergi?” Hui Ming memohon petunjuk dari Hui Neng.
“Berjalanlah sampai daerah Jiang Xi Yuan Zhou (江西袁州府), dan menetaplah di Meng Mountain (蒙山)” Maka Hui Ming segera berpamitan dengan Hui Neng. Sampai diatas gunung saat bertemu dengan teman – temannya dia berkata:
“Aku telah mencari sampai ditengah hutan, namun juga tidak dapat menemukannya!” Semua orang juga demikian, untuk menghindari kesamaan nama dengan Hui Neng maka Hui Ming kemudian mengubah namanya menjadi Dao Ming (道明)
Unknown Web Developer

Morbi aliquam fringilla nisl. Pellentesque eleifend condimentum tellus, vel vulputate tortor malesuada sit amet. Aliquam vel vestibulum metus. Aenean ut mi aucto.

KISAH KEHIDUPAN MASTER HUI NENG (BAGIAN 1)


Cetya Tathagata akan memberikan kisah riwayat dari Master Zen Hui Neng yang akan terbagi menjadi 3 bagian artikel.
Dajian Hui Neng (Hanzi tradisional : 大 鉴 惠 能; Hanyu Pinyin: Dàjiàn Huì Néng; Bahasa Jepang: Eno Daikan; Bahasa Korea: Hyeneung, 638-713) adalah seorang Cina monastic Zen (Chan) yang merupakan salah satu tokoh paling penting dalam seluruh tradisi. Huineng adalah Patriark Ke-6 dan Terakhir dalam tradisi Buddhisme Zen.
Dia dikatakan telah menyarankan pendekatan langsung kepada praktik Buddhis dan pencerahan, dan dalam hal ini, dianggap sebagai pendiri "Pencerahan Seketika” (Sudden Enlightenment ; (顿 教) ) Sekolah Buddhisme Zen Selatan. Siswa-siswa utamanya adalah Nanyue Huairang, Qingyuan Xingsi, Nanyang Huizhong, Yongia Xuanjue dan Heze Shenhui.
KISAH KEHIDUPAN MASTER HUI NENG (BAGIAN 1)
1. KELAHIRAN MASTER HUI NENG
Kisah tersebut terjadi pada masa dinasti Tang (唐朝), ayahnya bermarga Lu (盧) bernama xing tao (行瑫), ibunya bermarga Li (李). Kedua orang tuanya adalah keturunan pejabat didaerah Fan Yang (范陽) yang sekarang lebih dikenal sebagai kabupaten Xin Xing didaerah He Bei (今河北省宛平縣), namun karena sang ayah diturunkan jabatannya pada masa itu maka mereka kemudian pindah kedaerah Ling Nan (嶺南) yang saat ini dikenal sebagai kabupaten XIn Xing daerah Guang Dong (今廣東省新興縣).
Suatu hari sang istri bermimpi melihat bunga yang tumbuh dihalaman depan rumahnya tiba-tiba mekar, dua ekor burung merpati putih terbang bersama, aroma wangi terasa meyelimuti seluruh isi rumahnya kemudian dia merasakan bahwa dia telah mengandung. Kemudian setelah hari tersebut dia tekun menjalankan sila, dan setelah mengandung sang anak selama 6 tahun, akhirnya pada tahun 638 bulan 2 hari ke 8 lahirlah seorang anak laki-laki.
Pada waktu itu datanglah dua orang bhiksu yang misterius mengunjungi sang bayi :”Selamat tuan Lu istri anda telah melahirkan seorang anak laki-laki. Kami datang hanya untuk memberikan ucapan selamat, dan hendak memberikan nama kepada sang bayi”. Pemilik rumah bertanya siapa nama anaknya: ”Huì Néng (惠能)”. Kemudian Lu Xing Tao bertanya apa arti dari nama itu, bhiksu menjelaskan: ”Hui berarti suatu saat dengan dharma yang agung akan menolong semua makhluk; Neng berarti mampu mengajarkan Dharma kepada siapapun”. Setelah selesai berkata kedua bhiksu tersebut tiba-tiba menghilang. Hal ini tentu membuat Tuan Lu dan istrinya kaget dan merasakan hal yang aneh.
Maka dari itu bayi tersebut kemudian diberinama Hui Neng (惠能) yang kemudian selanjutnya beliau adalah generasi ke-5 zen dari Tanah Timur (東土) atau Tiong Kok .
2. MENDENGAR SUTRA INTAN
Setelah kelahirannya, master Hui Neng tidak pernah meminum susu ibunya karena setiap malam hari ada dewa yang datang memberinya air suci amerta (甘露水), sehingga selama masa kecil dia tetap sehat seperti anak – anak pada umumnya. Namun, sangat menyedihkan saat berusia 3 tahun sang ayah meninggal, akhirnya bersama sang ibu dia pindah tempat tinggal kedaerah Nan Hai (今廣東省南海縣).
Hui Neng saat mulai beranjak dewasa bekerja sendiri dengan menjual kayu bakar dari hutan untuk menghidupi kehidupannya bersama sang ibu. Setiap hari mencari kayu bakar kemudian mengantarkannya kepada para pembeli dirumahnya masing-masing.
Suatu hari sesudah selesai menjual kayu bakar dan hendak pulang tiba-tiba dia mendengar seorang pelanggan lain dengan suara keras membacakan sutra Intan (金剛經) meskipun tidak mengerti dengan jelas sutra apa yang dibacakan oleh orang tersebut karena sejak kecil dia tidak pernah menerima pelajaran sekolah namun beliau merasakan seperti ada sesuatu yang tercerahkan dalam dirinya. Maka dengan sangat hormat bertanya kepada orang tersebut :
“Tuan, sutra apakah yang tadi anda bacakan?” pelanggan tersebut memberitahunya :
”Vajracideka prajna paramitha sutra (金剛般若波羅蜜經)! ” Hui Neng kembali bertanya:
”Darimanakah anda mendapatkan sutra tersebut?”
Sang pelanggan menjelaskan :
“Saya mengetahui sutra ini atas bimbingan dari master zen ke-5 ven. Hong Ren (禪宗五祖弘忍大師), beliau tinggal diDong Chan Monastery, daerah Qi Zhou (蘄州黃梅縣東禪寺). Disana master hong ren mempunyai ribuah murid , beliau selalu mengajarkan kepada para murid agar selalu membaca dan merenungkan sutra ini , karena manfaat nya sangat besar yaitu mampu menghancurkan kebodohan batin kemudian mampu memperlihatkan sifat asli (kebuddhaan) Kita, sehingga mampu menjadi Buddha!”
3. MENINGGALKAN IBU MENCARI KEBENARAN
Mendengar penjelasan dari sang pelanggan, Hui Neng merasa sangat bahagia dan berkeinginan untuk menjadi seorang bhiksu dibawah bimbingan master Hong Ren. Namun, ibu yang sudah tua menjadi masalah besar yang harus dia selesaikan terlebih dahulu, bagaimana dengan kehidupan sang ibu dikemudian hari?
Mungkin inilah yang disebut karma baik yang berbuah, pada waktu itu pelanggan lain mengetahui Hui Neng berkeinginan untuk meninggalkan kehidupan berumah tangga dan menjadi bhiksu maka timbul rasa simpati terhadap Hui Neng. Dan atas bantuan beberapa uang perak dari pelanggan ini akhirnya Hui Neng dapat menyelesaikan masalah yang melilitnya akan kondisi sang ibu dimasa mendatang. Pelanggan tersebut juga bersedia membantu menjaga ibu Hui Neng.
Ternyata sang ibu juga sedikitpun tidak menolak maksud hati dari Hui Neng karena dia mengetahui bahwa anaknya memang berjodoh dengan Buddha . setelah berpamitan dengan sang ibu, Hui Neng kemudian berjalan kearah Huang Mei. Dia berjalan selama lebih dari 30 hari, akhirnya sampai ditempat tujuan, Dong Chan Monastery.
4. MENGHADAP MASTER KE - 5
Sesampainya di Huang Mei, Hui neng dapat dengan mudah menemukan Dong Chan monastery, dan segera menghadap master ke-5. Selesai menghormat master ke-5 bertanya: ”Darimana asalmu? Dan apa yang kamu inginkan disini?”
“Saya adalah seorang penduduk dari daerah Ling Nan, datang menghadap guru hanya untuk menjadi Buddha, tidak untuk yang lain”. Hui neng menjawab.
“Oh, kamu adalah seorang penduduk dari daerah Ling Nan, berarti adalah seorang dari suku barbar selatan, bagaimana bisa menjadi Buddha?”. Master ke-5 dengan sengaja menguji Hui Neng (pada masa itu suku barbar adalah suku minoritas yang direndahkan maka master hong ren berniat menguji Hui Neng).
“Meskipun manusia dibedakan antara utara dan selatan, namun benih kebuddhaan apakah mungkin juga dibedakan? Meskipun tubuh suku barbar ini berbeda dengan guru, namun benih kebuddhaan apakah juga dibedakan?”. Jawaban Hui neng sangat deras dan tajam. Saat Master ke-5 mendengarnya beliau mengetahui kebijaksanaan Hui Neng memang sangat dalam dan dia adalah orang yang memiliki bakat. Sebenarnya ingin mengujinya lagi dengan beberapa pertanyaan namun beliau khawatir hal itu akan terlalu menunjukkan kelebihan Hui Neng sehingga membuat murid yang lain menjadi iri padanya. Maka beliau memerintahkan Hui Neng untuk bekerja bersama dengan murid yang lain.
“Murid mohon bimbingan dari guru! Hati saya kadang tumbuh kebijaksaan, jika saja tidak meninggalkan sifat asli / kebuddhaan, maka itulah ladang kebajikan, murid tidak mengerti guru memerintahkan apa yang harus saya lakukan?”. Tingkat pencerahan Hui Neng sangatlah tinggi, kata kata tersebut mempunyai makna yang sangat dalam, yang berarti sifat asli / kebuddhaan setiap orang sebenarnya bersih murni dan bercahaya, jika saja tidak meninggalkan sifat kebuddhaan, maka itulah ladang kebajikan yang tiada taranya.
Didalam hati master ke-5 sangat memuji Hui Neng setelah mendengar kata-kata tersebut, karena takut Hui Neng menemui masalah karena ada orang yang iri padanya maka dia berbisik: ”Kamu jangan terlalu banyak bicara! Cepatlah pergi bekerja kebelakang Vihara”. Hui Neng kemudian bekerja dibelakang vihara sebagai pemotong kayu dan penggiling padi.
5. MEMBELAH KAYU DAN MENGGILING PADI
Hui Neng bekerja tanpa lelah di belakang vihara selama lebih dari 8 bulan. Setiap hari hanya membelah kayu dan menumbuk padi. Namun semua itu dilakukan dengan hati tulus tanpa perasaan lelah dan benci.
Suatu hari master Hong Ren mengunjungi Hui Neng di kebun belakang vihara, kemudian berkata kepadanya: ”Saat pertama kali melihatmu, saya sudah tau sampai dimana tingkat pencerahan dan pengertian yang kamu miliki, sungguh berbeda dengan orang lain. Karena takut akan ada orang yang iri dan mencelakaimu maka saya tidak terlalu banyak berbicara denganmu. Saya tidak tau apakah kamu menyadarinya?”
Hui Neng menjawab: ”Mengerti guru, saya juga memahami maksud baik dari guru maka sampai hari ini belum pernah berjalan sampai kedepan vihara. Setiap hari hanya bersembunyi setelah menyelesaikan tugas tanpa pernah memperlihatkan diri agar tidak ada omongan jelek.”
Pada hari berikutnya master ke-5 mengumpulkan semua muridnya dialtar leluhur.
6. BERLKUMPULNYA PARA MURID
Master Hong Ren mengumumkan: ”Kehidupan samsara, hanya kematianlah yang menjadi masalah terbesar! Kalian semua jika dalam kehidupan ini hanya melatih karma baik untuk mendapatkan berkah tanpa pernah berlatih untuk menjadi yang sempurna maka selamanya tidak akan terselamatkan! Diri sendiri tidak pernah berlatih agar dapat terlepas dari samsara. Harus menyadari jika diri sendiri masih tersesat didunia, bagaimana bisa mendapatkan ladang karma baik yang tak terhingga? Sekarang saya perintahkan kalian semua setiap orang untuk kembali kekamar masing-masing, renungkanlah sampai dimana kebijaksanaan yang telah kalian miliki. Kemudian setelah itu buatlah sebuah gatha pencerahan yang menjadi bukti hasil pelatihan diri kalian semua. Jangan berpikir panjang karena tidak ada waktu lagi. Jika pencerahan sudah dimiliki maka dari gatha yang dibuat akan telihat, dan jika memang telah menunjukkan pencerahan maka aku akan mewariskan jubah dan patra zen kepadanya yang kemudian sebagai penerus zen ke-6!”
Setelah mendengar kata-kata dari sang guru semua orang menjadi ragu: “Orang seperti kita ini bagaimana bisa membuat gatha pencerahan seperti itu, meskipun diperbolehkan untuk berpikir panjangpun tetap saja tidak mampu membuat gatha yang sedemikian. Hanya membuang waktu saja apa untungnya? Senior Shen Xiu (神秀) adalah seorang guru yang mengajar divihara ini, selain beliau masih ada siapa lagi yang mungkin mewarisi jubah?”. Saat mendengar kata-kata yang demikian pesimis semua orang menjadi terbius karena nya dan satupun tidak ada yang membuat gatha.
Sedangkan senior Sen Xiu saat melihat semua orang yang demikian pesimis diapun berpikir: "Mereka semua menganggapku sebagai senior dan contoh mereka, sehingga tidak seorangpun yang berniat membuat gatha. Namun aku harus tetap menulis gatha agar guru dapat menilai sampai dimana tingkat pencerahanku. Semua ini bukan karena serakah akan gelar master zen ke-6 namun sebagai bentuk hasil pelarihan diriku agar guru bisa meniai dan mengakui pencerahan yang telah aku miliki. Jika hanya berpikir untuk jubah dan patra saja maka aku tidak berbeda dengan orang biasa.
7. SHEN XIU MENULIS GATHA
Didepan aula leluhur ke-5 terdapat tiga buah jalan masuk, yang masing-masing akan dibuat sebuah silsilah penurunan zen dan gambar-gambar penjelasan tentang sutra lankavatara (楞伽經).
Shen Xiu telah selesai membuat gatha pencerahan namun karena tidak yakin akan pelatihan yang telah dia lakukan, maka hatinya selalu bimbang. Shen Xiu sebenarnya ingin menyerahkan gatha tersebut agar sang guru dapat melihat namun niatnya terus gagal karena tidak adanya kepercayaan diri bahkan sudah sampai 13 kali keluar masuk aula sang guru tetap saja belum mampu menyerahkannya.
Shen Xiu berfikir: ”Lebih baik aku tulis saja ditembok aula guru, saat guru keluar aula maka dia akan melihatnya, dan pasti akan memuji jika gatha tersebut sudah tercerahkan. Namun jika memang belum tercerahkan biarkanlah hilang dengan sendirinya, dan aku hanya bisa merendahkan diri sendiri yang belajar tidak sungguh-sungguh, bertahun-tahun dipuja banyak orang namun juga tidak tercerahkan, apa gunanya melatih diri?”.
Maka pada malam tersebut pukul 3 pagi Shen Xiu dengan tangan kiri membawa lampion, tangan kanan membawa kuas, dan akhirnya menulis gatha tersebut di dinding:
身是菩提樹。心如明鏡臺。 Shēn shì pú tí shù xīn rú míng jìng tái
時時勤拂拭。勿使惹塵埃。 shí shí qín fú shì wù shǐ rě chén āi
Nb :
Gatha berbunyi: Tubuh adalah pohon bodhi, hati bagaikan bingkai cermin yang jernih. Jika rajin membersihkannya maka tidak akan ada debu yang melekat.
Belum dapat melihat sifat asli kebuddhaan
Setelah menulis gatha di dinding Shen Xiu kemudian kembali kekamar tidurnya, siapapun tidak mengetahui apa yang telah dilakukannya. Shen Xiu berpikir: ”Besok saat guru melihat gatha ku beliau pasti akan memujinya, yang berarti aku berjodoh dengan Buddha. Namun jika tidak maka aku hanya bisa menyesali dan menerima karma buruk yang begitu berat sehingga tidak mampu memperoleh pencerahan. Bagaimanapun juga dharma sejati memang susah diperkirakan!”
Shen Xiu tetap saja bimbang dan gelisah, berpikir kesana kemari, tidur dan duduk tidak tenang. Sampai pukul 5 pagi master Hong Ren sudah mengetahui Shen Xiu belum mencapai pencerahan dan melihat dasar sifat alami Buddha. Pagi hari, saat bhiksu pelayan mengantarkan seorang umat yang hendak membuat tulisan di dinding tersebut mereka secara tidak sengaja melihat tulisan tersebut. Maka gambar tulisan Sutra Intan yang berbunyi: “凡所有相,皆是虛妄!” dibatalkan penulisannya oleh sang guru.
Master Hong Ren juga menasehati para murid agar selalu melafalkan gatha tersebut: ”Jika berlatih seperti gatha ini maka akan terhindar dari alam sengsara. Jika berlatih seperti gatha tersebut maka akan mendapatkan karma baik yang besar.” Beliau juga memerintahkan para murid untuk menghormat dan membakar dupa dibawah gatha tersebut jika dengan keyakinan diikuti dengan pelatihan diri yang benar berdasarkan gatha tersebut maka akan dapat melihat sifat kebuddhaan didalam diri.
Semua orang melafal dan memuji gatha tersebut. Sesepuh ke-5 saat pagi hari pukul 5 memanggil Shen Xiu keaulanya dan bertanya apakah dia yang menulis gatha tersebut. Shen Xiu akhirnya mengakui dirinyalah yang membuat dan menulis gatha tersebut, namun dia tidak bermaksud membuatnya hanya untuk mendapatkan gelar master Zen, hanya berharap sang guru bersedia melihat apakah dia mempunyai kebijaksanaan yang kecil sekalipun. Master memberitahunya: "Gatha tersebut belum mampu mencapai dasar kebuddhaan, dan hanya mencapai pintu gerbang saja, jika ingin melatih jalan kebodhian yang tiada taranya masih belum dapat sampai pada tujuan." Maka guru memerintahkannya untuk membuat ulang sebuah gatha lagi jika mempu memasuki pintu pelatihan diri yang tanpa batas maka guru akan mewariskan jubah kepadanya.
*Bersambung ke bagian ke 2*
Unknown Web Developer

Morbi aliquam fringilla nisl. Pellentesque eleifend condimentum tellus, vel vulputate tortor malesuada sit amet. Aliquam vel vestibulum metus. Aenean ut mi aucto.