Rabu, 12 April 2017

8 simbol keberuntungan atau dikenal dengan Ashtamangala


Apakah Dharma Brothers & Sisters pernah mendengar atau melihat 8 Simbol Keberuntungan?
Pada kesempatan ini, Cetya Tathagata Jakarta akan sedikit mengulas makna dari masing-masing simbol tersebut.
8 simbol keberuntungan atau dikenal dengan Ashtamangala dalam bahasa Sansekerta atau བཀྲ་ཤིས་རྟགས་བརྒྱད (baca: tashee-tag-gyay) dalam bahasa Tibet atau 吉祥八宝 (baca: Jíxiáng bā bǎo) dalam bahasa Mandarin terdiri dari: Payung Berharga, Sepasang Ikan Mas, Vas Berharga, Bunga Teratai, Kerang Putih, Smpul Tak Berujung, Panji Kemenangan, dan Roda Emas.
Dalam Buddhisme, 8 Simbol Keberuntungan ini merupakan representasi persembahan yang diberikan oleh para Dewa tepat setelah Buddha Sakyamuni mencapai pencerahan. Dewa pertama adalah Dewa Brahma yang mempersembahkan roda emas berjeruji seribu sebagai permohonan kepada Buddha untuk memutar roda Dharma. Dewa berikutnya adalah Dewa Indra yang mempersembahkan cangkang kerang putih yang berulir ke kanan sebagai simbol proklamasi Dharma. Kemudian disusul oleh Dewi Bumi Sthavara (Tib. Sayi Lhamo) yang mempersembahkan vas emas yang terisi penuh dengan nektar kehidupan abadi.
1. Payung Berharga (Skt. Chattra; Tib. Rin-chen-duke)
Payung menyimbolkan aktivitas bajik dari memberikan perlindungan kepada semua makhluk atas penderitaan, hawa nafsu, halangan, penyakit dan kekuatan lainnya yang merusak.
2. Sepasang Ikan Mas (Skt. Suvarnamatsya; Tib. Sair-nyah)
Simbol sepasang ikan mas berasal dari jaman sebelum Buddha yang melambangkan dua sungai suci utama di India yaitu sungai Gangga dan sungai Yamuna.
Dalam Buddhisme Tibet, ikan yang berenang bebas di air dijadikan simbol kesukacitaan akan kebebasan tanpa rasa takut. Air atau lautan di dalam Buddhisme Tibet diidentikkan dengan lautan samsara.
3. Vas berharga (Skt. Kalasha; Tib. Boom-pah)
Vas berharga melambangkan hujan umur panjang, kekayan, kemakmuran, dan keuntungan lainnya serta pembebasan yang tak pernah berhenti. Vas ini juga dikenal dengan wadah harta berharga yang tak pernah habis yang menyimbolkan tak pernah habisnya ajaran Buddha yang sangat berharga.
4. Bunga Teratai (Skt. Padma; Tib. Pay-mah)
Bunga teratai melambangkan pemurnian sempurna atas kekotoran batin yang timbul dari tubuh, ucapan maupun pikiran, dan bunga teratai yang mekar sempurna melambangkan kebahagiaan dari pembebasan sempurna
5. Kerang Putih Berulir ke Kanan (Skt. Sankha; Tib. Doong-khar-yay-kyeel)
Kerang putih yang berulir ke kanan melambangkan merdunya suara penyebaran Buddha Dharma. Suara dari terompet kerang putih ini sangat merdu, dalam dan tersebar luas serta membuat orang yang mendengarnya segera terjaga dari tidur nyenyaknya. Hal ini melambangkan bahwa Buddha Dharma akan segera menyadarkan kita dari kebodohan dan mendesak kita untuk segera mencapai kebahagiaan yang sejati dari pembebasan untuk diri sendiri dan semua makhluk.
Uliran ke kanan dari kerang ini sangat langka ditemukan dan dipercaya bahwa uliran ini menggemakan gerakan dari sistem tata surya.
6. Simpul yang tak berujung (Skt. Shrivatsa; Tib. Pell-bay-oo)
Simpul yang tak berujung ini melambangkan sifat alami dari segala sesuatu yang saling bergantung dan hanya muncul sebagai akibat dari hukum karma (hukum sebab akibat). Simpul yang tidak memiliki ujung dan pangkal ini juga melambangkan kebijaksanaan dan welas asih dari Buddha yang tak terbatas.
7. Panji Kemenangan (Skt. Dhvaja; Tib. Gyel-tsen)
Panji kemenangan melambangkan kemenangan ajaran Buddha atas kematian, kebodohan, ketidakharmonisan dan hal negatif lainnya yang muncul di dunia. Panji ini juga melambangkan kemenangan ajaran Buddha atas semua kekuatan berbahaya dan merusak.
8. Roda Emas (Skt. Chakra; Tib. Kore-low)
Roda emas Buddha Dharma melambangkan keberuntungan dari ajaran Buddha yang terus berputar (masih terus ada) baik dalam hal pengajaran maupun realisasi yang terjadi di semua alam dalam setiap waktu yang menyebabkan semua makhluk berkesempatan untuk mengalami kebahagiaan dari perbuatan bajik dan pembebasan.q
Unknown Web Developer

Morbi aliquam fringilla nisl. Pellentesque eleifend condimentum tellus, vel vulputate tortor malesuada sit amet. Aliquam vel vestibulum metus. Aenean ut mi aucto.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar