ASAL USUL AVALOKITESVARA BODHISATTVA DISEBUT "GUAN YIN" PHUSA
Guan Yin (Avalokitesvara Bodhisattva) masuk ke Tiongkok pada akhir abad 1 M, pada zaman Dinasti Han. Guan Yin sudah ada di Tiongkok sejak diterjemahkannya Maha Sukhavativyuha oleh Lokaksema dan Kang Sengkai pada abad 2 M serta Sanghavarman pada tahun 252 M. Pada tahun 266 M dan 270 M, Dharmaraksa menerjemahkan Saddharmapundarika Sutra dan Karandavyuha Sutra yang merupakan dua sutra penting
Avalokitesvara. Oleh karena itu, dapat dipastikan Guanyin Pusa adalah Bodhisattva Buddhis dan pemujaannya di Buddhis memang mengawali dan mempelopori segala bentuk pemujaan-Nya di berbagai agama dan kepercayaan di Tiongkok.
Avalokitesvara. Oleh karena itu, dapat dipastikan Guanyin Pusa adalah Bodhisattva Buddhis dan pemujaannya di Buddhis memang mengawali dan mempelopori segala bentuk pemujaan-Nya di berbagai agama dan kepercayaan di Tiongkok.
Kata-kata “Guan Yin” sendiri juga merupakan sebuah sebutan yang bersifat Buddhistik. Sering orang salah kaprah mengatakan bahwa Avalokitesvara di India berubah menjadi seorang dewi bernama Guanyin. Ini merupakan suatu hal yang amat konyol, mengingat kata-kata “Guanyin” didapat dari terjemahan Sansekerta “Avalokitesvara”. Nama terjemahan Avalokitesvara yaitu “Guanyin” muncul seawal-awalnya pada tahun 185 M
yaitu pada terjemahan Sutra Cahaya Kesempurnaan Samadhi (成具光明定義經) oleh Zhiyao (支曜). Terjemahan “Guanshiyin” muncul paling awal pada terjemahan liturgi kebaktian yang diterjemahkan pada masa Dinasti Han Akhir (25-220 M).
yaitu pada terjemahan Sutra Cahaya Kesempurnaan Samadhi (成具光明定義經) oleh Zhiyao (支曜). Terjemahan “Guanshiyin” muncul paling awal pada terjemahan liturgi kebaktian yang diterjemahkan pada masa Dinasti Han Akhir (25-220 M).
‘Guan Shi Yin (觀世音)’, berarti “Ia yang mendengar suara dunia”. Cheng Kuan (738-839) menulis dalam komentarnya, ia menunjukkan bahwa dalam naskah original Sansekertanya
sendiri terdapat dua nama yang berbeda, yang dilihat dari manuskrip tua (ditemukan tahun 1927 di Sinkiang, Xinjiang, Tiongkok) yang berasal dari abad ke-5 M. Di manuskrip tua
tersebut nama Avalokitasvara (Guanyin) muncul sebanyak 5 kali, sehingga akhirnya Mironov menyimpulkan bahwa kata “Avalokitasvara” adalah bentuk aslinya namun akhirnya diganti dengan Avalokitesvara. Profesor Murray B Emeneau pun juga mengatakan bahwa “Avalokitasvara” berarti “Ia Yang Mendengar Suara”. Bahkan murid Xuanzang yang terkenal yaitu Guizhi ( 窺 基 632-82 M), menggunakan lagi kata “Guanyin” dalam
menerjemahkan Prajnaparamita Hrdaya Sutra. Kumarajiva (344-413 M), yang dikritik oleh Xuanzang karena menggunakan kata “Guanyin” dalam menerjemahkan Saddharmapundarika Sutra dan Prajnaparamitahrdaya Sutra, ternyata Beliau juga telah
mengatakan bahwa “Guanshiyin” (觀世音) bisa juga disebut Guanzizai (觀自在)..
sendiri terdapat dua nama yang berbeda, yang dilihat dari manuskrip tua (ditemukan tahun 1927 di Sinkiang, Xinjiang, Tiongkok) yang berasal dari abad ke-5 M. Di manuskrip tua
tersebut nama Avalokitasvara (Guanyin) muncul sebanyak 5 kali, sehingga akhirnya Mironov menyimpulkan bahwa kata “Avalokitasvara” adalah bentuk aslinya namun akhirnya diganti dengan Avalokitesvara. Profesor Murray B Emeneau pun juga mengatakan bahwa “Avalokitasvara” berarti “Ia Yang Mendengar Suara”. Bahkan murid Xuanzang yang terkenal yaitu Guizhi ( 窺 基 632-82 M), menggunakan lagi kata “Guanyin” dalam
menerjemahkan Prajnaparamita Hrdaya Sutra. Kumarajiva (344-413 M), yang dikritik oleh Xuanzang karena menggunakan kata “Guanyin” dalam menerjemahkan Saddharmapundarika Sutra dan Prajnaparamitahrdaya Sutra, ternyata Beliau juga telah
mengatakan bahwa “Guanshiyin” (觀世音) bisa juga disebut Guanzizai (觀自在)..
Dirangkum oleh:
Upasaka Vimala Dhammo / Yeshe Lhagud [Hendrick]
[The Siddha Wanderer]
Upasaka Vimala Dhammo / Yeshe Lhagud [Hendrick]
[The Siddha Wanderer]
Tidak ada komentar:
Posting Komentar