Jumat, 14 April 2017

KISAH KEHIDUPAN MASTER HUI NENG (BAGIAN 1)


Cetya Tathagata akan memberikan kisah riwayat dari Master Zen Hui Neng yang akan terbagi menjadi 3 bagian artikel.
Dajian Hui Neng (Hanzi tradisional : 大 鉴 惠 能; Hanyu Pinyin: Dàjiàn Huì Néng; Bahasa Jepang: Eno Daikan; Bahasa Korea: Hyeneung, 638-713) adalah seorang Cina monastic Zen (Chan) yang merupakan salah satu tokoh paling penting dalam seluruh tradisi. Huineng adalah Patriark Ke-6 dan Terakhir dalam tradisi Buddhisme Zen.
Dia dikatakan telah menyarankan pendekatan langsung kepada praktik Buddhis dan pencerahan, dan dalam hal ini, dianggap sebagai pendiri "Pencerahan Seketika” (Sudden Enlightenment ; (顿 教) ) Sekolah Buddhisme Zen Selatan. Siswa-siswa utamanya adalah Nanyue Huairang, Qingyuan Xingsi, Nanyang Huizhong, Yongia Xuanjue dan Heze Shenhui.
KISAH KEHIDUPAN MASTER HUI NENG (BAGIAN 1)
1. KELAHIRAN MASTER HUI NENG
Kisah tersebut terjadi pada masa dinasti Tang (唐朝), ayahnya bermarga Lu (盧) bernama xing tao (行瑫), ibunya bermarga Li (李). Kedua orang tuanya adalah keturunan pejabat didaerah Fan Yang (范陽) yang sekarang lebih dikenal sebagai kabupaten Xin Xing didaerah He Bei (今河北省宛平縣), namun karena sang ayah diturunkan jabatannya pada masa itu maka mereka kemudian pindah kedaerah Ling Nan (嶺南) yang saat ini dikenal sebagai kabupaten XIn Xing daerah Guang Dong (今廣東省新興縣).
Suatu hari sang istri bermimpi melihat bunga yang tumbuh dihalaman depan rumahnya tiba-tiba mekar, dua ekor burung merpati putih terbang bersama, aroma wangi terasa meyelimuti seluruh isi rumahnya kemudian dia merasakan bahwa dia telah mengandung. Kemudian setelah hari tersebut dia tekun menjalankan sila, dan setelah mengandung sang anak selama 6 tahun, akhirnya pada tahun 638 bulan 2 hari ke 8 lahirlah seorang anak laki-laki.
Pada waktu itu datanglah dua orang bhiksu yang misterius mengunjungi sang bayi :”Selamat tuan Lu istri anda telah melahirkan seorang anak laki-laki. Kami datang hanya untuk memberikan ucapan selamat, dan hendak memberikan nama kepada sang bayi”. Pemilik rumah bertanya siapa nama anaknya: ”Huì Néng (惠能)”. Kemudian Lu Xing Tao bertanya apa arti dari nama itu, bhiksu menjelaskan: ”Hui berarti suatu saat dengan dharma yang agung akan menolong semua makhluk; Neng berarti mampu mengajarkan Dharma kepada siapapun”. Setelah selesai berkata kedua bhiksu tersebut tiba-tiba menghilang. Hal ini tentu membuat Tuan Lu dan istrinya kaget dan merasakan hal yang aneh.
Maka dari itu bayi tersebut kemudian diberinama Hui Neng (惠能) yang kemudian selanjutnya beliau adalah generasi ke-5 zen dari Tanah Timur (東土) atau Tiong Kok .
2. MENDENGAR SUTRA INTAN
Setelah kelahirannya, master Hui Neng tidak pernah meminum susu ibunya karena setiap malam hari ada dewa yang datang memberinya air suci amerta (甘露水), sehingga selama masa kecil dia tetap sehat seperti anak – anak pada umumnya. Namun, sangat menyedihkan saat berusia 3 tahun sang ayah meninggal, akhirnya bersama sang ibu dia pindah tempat tinggal kedaerah Nan Hai (今廣東省南海縣).
Hui Neng saat mulai beranjak dewasa bekerja sendiri dengan menjual kayu bakar dari hutan untuk menghidupi kehidupannya bersama sang ibu. Setiap hari mencari kayu bakar kemudian mengantarkannya kepada para pembeli dirumahnya masing-masing.
Suatu hari sesudah selesai menjual kayu bakar dan hendak pulang tiba-tiba dia mendengar seorang pelanggan lain dengan suara keras membacakan sutra Intan (金剛經) meskipun tidak mengerti dengan jelas sutra apa yang dibacakan oleh orang tersebut karena sejak kecil dia tidak pernah menerima pelajaran sekolah namun beliau merasakan seperti ada sesuatu yang tercerahkan dalam dirinya. Maka dengan sangat hormat bertanya kepada orang tersebut :
“Tuan, sutra apakah yang tadi anda bacakan?” pelanggan tersebut memberitahunya :
”Vajracideka prajna paramitha sutra (金剛般若波羅蜜經)! ” Hui Neng kembali bertanya:
”Darimanakah anda mendapatkan sutra tersebut?”
Sang pelanggan menjelaskan :
“Saya mengetahui sutra ini atas bimbingan dari master zen ke-5 ven. Hong Ren (禪宗五祖弘忍大師), beliau tinggal diDong Chan Monastery, daerah Qi Zhou (蘄州黃梅縣東禪寺). Disana master hong ren mempunyai ribuah murid , beliau selalu mengajarkan kepada para murid agar selalu membaca dan merenungkan sutra ini , karena manfaat nya sangat besar yaitu mampu menghancurkan kebodohan batin kemudian mampu memperlihatkan sifat asli (kebuddhaan) Kita, sehingga mampu menjadi Buddha!”
3. MENINGGALKAN IBU MENCARI KEBENARAN
Mendengar penjelasan dari sang pelanggan, Hui Neng merasa sangat bahagia dan berkeinginan untuk menjadi seorang bhiksu dibawah bimbingan master Hong Ren. Namun, ibu yang sudah tua menjadi masalah besar yang harus dia selesaikan terlebih dahulu, bagaimana dengan kehidupan sang ibu dikemudian hari?
Mungkin inilah yang disebut karma baik yang berbuah, pada waktu itu pelanggan lain mengetahui Hui Neng berkeinginan untuk meninggalkan kehidupan berumah tangga dan menjadi bhiksu maka timbul rasa simpati terhadap Hui Neng. Dan atas bantuan beberapa uang perak dari pelanggan ini akhirnya Hui Neng dapat menyelesaikan masalah yang melilitnya akan kondisi sang ibu dimasa mendatang. Pelanggan tersebut juga bersedia membantu menjaga ibu Hui Neng.
Ternyata sang ibu juga sedikitpun tidak menolak maksud hati dari Hui Neng karena dia mengetahui bahwa anaknya memang berjodoh dengan Buddha . setelah berpamitan dengan sang ibu, Hui Neng kemudian berjalan kearah Huang Mei. Dia berjalan selama lebih dari 30 hari, akhirnya sampai ditempat tujuan, Dong Chan Monastery.
4. MENGHADAP MASTER KE - 5
Sesampainya di Huang Mei, Hui neng dapat dengan mudah menemukan Dong Chan monastery, dan segera menghadap master ke-5. Selesai menghormat master ke-5 bertanya: ”Darimana asalmu? Dan apa yang kamu inginkan disini?”
“Saya adalah seorang penduduk dari daerah Ling Nan, datang menghadap guru hanya untuk menjadi Buddha, tidak untuk yang lain”. Hui neng menjawab.
“Oh, kamu adalah seorang penduduk dari daerah Ling Nan, berarti adalah seorang dari suku barbar selatan, bagaimana bisa menjadi Buddha?”. Master ke-5 dengan sengaja menguji Hui Neng (pada masa itu suku barbar adalah suku minoritas yang direndahkan maka master hong ren berniat menguji Hui Neng).
“Meskipun manusia dibedakan antara utara dan selatan, namun benih kebuddhaan apakah mungkin juga dibedakan? Meskipun tubuh suku barbar ini berbeda dengan guru, namun benih kebuddhaan apakah juga dibedakan?”. Jawaban Hui neng sangat deras dan tajam. Saat Master ke-5 mendengarnya beliau mengetahui kebijaksanaan Hui Neng memang sangat dalam dan dia adalah orang yang memiliki bakat. Sebenarnya ingin mengujinya lagi dengan beberapa pertanyaan namun beliau khawatir hal itu akan terlalu menunjukkan kelebihan Hui Neng sehingga membuat murid yang lain menjadi iri padanya. Maka beliau memerintahkan Hui Neng untuk bekerja bersama dengan murid yang lain.
“Murid mohon bimbingan dari guru! Hati saya kadang tumbuh kebijaksaan, jika saja tidak meninggalkan sifat asli / kebuddhaan, maka itulah ladang kebajikan, murid tidak mengerti guru memerintahkan apa yang harus saya lakukan?”. Tingkat pencerahan Hui Neng sangatlah tinggi, kata kata tersebut mempunyai makna yang sangat dalam, yang berarti sifat asli / kebuddhaan setiap orang sebenarnya bersih murni dan bercahaya, jika saja tidak meninggalkan sifat kebuddhaan, maka itulah ladang kebajikan yang tiada taranya.
Didalam hati master ke-5 sangat memuji Hui Neng setelah mendengar kata-kata tersebut, karena takut Hui Neng menemui masalah karena ada orang yang iri padanya maka dia berbisik: ”Kamu jangan terlalu banyak bicara! Cepatlah pergi bekerja kebelakang Vihara”. Hui Neng kemudian bekerja dibelakang vihara sebagai pemotong kayu dan penggiling padi.
5. MEMBELAH KAYU DAN MENGGILING PADI
Hui Neng bekerja tanpa lelah di belakang vihara selama lebih dari 8 bulan. Setiap hari hanya membelah kayu dan menumbuk padi. Namun semua itu dilakukan dengan hati tulus tanpa perasaan lelah dan benci.
Suatu hari master Hong Ren mengunjungi Hui Neng di kebun belakang vihara, kemudian berkata kepadanya: ”Saat pertama kali melihatmu, saya sudah tau sampai dimana tingkat pencerahan dan pengertian yang kamu miliki, sungguh berbeda dengan orang lain. Karena takut akan ada orang yang iri dan mencelakaimu maka saya tidak terlalu banyak berbicara denganmu. Saya tidak tau apakah kamu menyadarinya?”
Hui Neng menjawab: ”Mengerti guru, saya juga memahami maksud baik dari guru maka sampai hari ini belum pernah berjalan sampai kedepan vihara. Setiap hari hanya bersembunyi setelah menyelesaikan tugas tanpa pernah memperlihatkan diri agar tidak ada omongan jelek.”
Pada hari berikutnya master ke-5 mengumpulkan semua muridnya dialtar leluhur.
6. BERLKUMPULNYA PARA MURID
Master Hong Ren mengumumkan: ”Kehidupan samsara, hanya kematianlah yang menjadi masalah terbesar! Kalian semua jika dalam kehidupan ini hanya melatih karma baik untuk mendapatkan berkah tanpa pernah berlatih untuk menjadi yang sempurna maka selamanya tidak akan terselamatkan! Diri sendiri tidak pernah berlatih agar dapat terlepas dari samsara. Harus menyadari jika diri sendiri masih tersesat didunia, bagaimana bisa mendapatkan ladang karma baik yang tak terhingga? Sekarang saya perintahkan kalian semua setiap orang untuk kembali kekamar masing-masing, renungkanlah sampai dimana kebijaksanaan yang telah kalian miliki. Kemudian setelah itu buatlah sebuah gatha pencerahan yang menjadi bukti hasil pelatihan diri kalian semua. Jangan berpikir panjang karena tidak ada waktu lagi. Jika pencerahan sudah dimiliki maka dari gatha yang dibuat akan telihat, dan jika memang telah menunjukkan pencerahan maka aku akan mewariskan jubah dan patra zen kepadanya yang kemudian sebagai penerus zen ke-6!”
Setelah mendengar kata-kata dari sang guru semua orang menjadi ragu: “Orang seperti kita ini bagaimana bisa membuat gatha pencerahan seperti itu, meskipun diperbolehkan untuk berpikir panjangpun tetap saja tidak mampu membuat gatha yang sedemikian. Hanya membuang waktu saja apa untungnya? Senior Shen Xiu (神秀) adalah seorang guru yang mengajar divihara ini, selain beliau masih ada siapa lagi yang mungkin mewarisi jubah?”. Saat mendengar kata-kata yang demikian pesimis semua orang menjadi terbius karena nya dan satupun tidak ada yang membuat gatha.
Sedangkan senior Sen Xiu saat melihat semua orang yang demikian pesimis diapun berpikir: "Mereka semua menganggapku sebagai senior dan contoh mereka, sehingga tidak seorangpun yang berniat membuat gatha. Namun aku harus tetap menulis gatha agar guru dapat menilai sampai dimana tingkat pencerahanku. Semua ini bukan karena serakah akan gelar master zen ke-6 namun sebagai bentuk hasil pelarihan diriku agar guru bisa meniai dan mengakui pencerahan yang telah aku miliki. Jika hanya berpikir untuk jubah dan patra saja maka aku tidak berbeda dengan orang biasa.
7. SHEN XIU MENULIS GATHA
Didepan aula leluhur ke-5 terdapat tiga buah jalan masuk, yang masing-masing akan dibuat sebuah silsilah penurunan zen dan gambar-gambar penjelasan tentang sutra lankavatara (楞伽經).
Shen Xiu telah selesai membuat gatha pencerahan namun karena tidak yakin akan pelatihan yang telah dia lakukan, maka hatinya selalu bimbang. Shen Xiu sebenarnya ingin menyerahkan gatha tersebut agar sang guru dapat melihat namun niatnya terus gagal karena tidak adanya kepercayaan diri bahkan sudah sampai 13 kali keluar masuk aula sang guru tetap saja belum mampu menyerahkannya.
Shen Xiu berfikir: ”Lebih baik aku tulis saja ditembok aula guru, saat guru keluar aula maka dia akan melihatnya, dan pasti akan memuji jika gatha tersebut sudah tercerahkan. Namun jika memang belum tercerahkan biarkanlah hilang dengan sendirinya, dan aku hanya bisa merendahkan diri sendiri yang belajar tidak sungguh-sungguh, bertahun-tahun dipuja banyak orang namun juga tidak tercerahkan, apa gunanya melatih diri?”.
Maka pada malam tersebut pukul 3 pagi Shen Xiu dengan tangan kiri membawa lampion, tangan kanan membawa kuas, dan akhirnya menulis gatha tersebut di dinding:
身是菩提樹。心如明鏡臺。 Shēn shì pú tí shù xīn rú míng jìng tái
時時勤拂拭。勿使惹塵埃。 shí shí qín fú shì wù shǐ rě chén āi
Nb :
Gatha berbunyi: Tubuh adalah pohon bodhi, hati bagaikan bingkai cermin yang jernih. Jika rajin membersihkannya maka tidak akan ada debu yang melekat.
Belum dapat melihat sifat asli kebuddhaan
Setelah menulis gatha di dinding Shen Xiu kemudian kembali kekamar tidurnya, siapapun tidak mengetahui apa yang telah dilakukannya. Shen Xiu berpikir: ”Besok saat guru melihat gatha ku beliau pasti akan memujinya, yang berarti aku berjodoh dengan Buddha. Namun jika tidak maka aku hanya bisa menyesali dan menerima karma buruk yang begitu berat sehingga tidak mampu memperoleh pencerahan. Bagaimanapun juga dharma sejati memang susah diperkirakan!”
Shen Xiu tetap saja bimbang dan gelisah, berpikir kesana kemari, tidur dan duduk tidak tenang. Sampai pukul 5 pagi master Hong Ren sudah mengetahui Shen Xiu belum mencapai pencerahan dan melihat dasar sifat alami Buddha. Pagi hari, saat bhiksu pelayan mengantarkan seorang umat yang hendak membuat tulisan di dinding tersebut mereka secara tidak sengaja melihat tulisan tersebut. Maka gambar tulisan Sutra Intan yang berbunyi: “凡所有相,皆是虛妄!” dibatalkan penulisannya oleh sang guru.
Master Hong Ren juga menasehati para murid agar selalu melafalkan gatha tersebut: ”Jika berlatih seperti gatha ini maka akan terhindar dari alam sengsara. Jika berlatih seperti gatha tersebut maka akan mendapatkan karma baik yang besar.” Beliau juga memerintahkan para murid untuk menghormat dan membakar dupa dibawah gatha tersebut jika dengan keyakinan diikuti dengan pelatihan diri yang benar berdasarkan gatha tersebut maka akan dapat melihat sifat kebuddhaan didalam diri.
Semua orang melafal dan memuji gatha tersebut. Sesepuh ke-5 saat pagi hari pukul 5 memanggil Shen Xiu keaulanya dan bertanya apakah dia yang menulis gatha tersebut. Shen Xiu akhirnya mengakui dirinyalah yang membuat dan menulis gatha tersebut, namun dia tidak bermaksud membuatnya hanya untuk mendapatkan gelar master Zen, hanya berharap sang guru bersedia melihat apakah dia mempunyai kebijaksanaan yang kecil sekalipun. Master memberitahunya: "Gatha tersebut belum mampu mencapai dasar kebuddhaan, dan hanya mencapai pintu gerbang saja, jika ingin melatih jalan kebodhian yang tiada taranya masih belum dapat sampai pada tujuan." Maka guru memerintahkannya untuk membuat ulang sebuah gatha lagi jika mempu memasuki pintu pelatihan diri yang tanpa batas maka guru akan mewariskan jubah kepadanya.
*Bersambung ke bagian ke 2*
Unknown Web Developer

Morbi aliquam fringilla nisl. Pellentesque eleifend condimentum tellus, vel vulputate tortor malesuada sit amet. Aliquam vel vestibulum metus. Aenean ut mi aucto.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar