Jumat, 14 April 2017

KISAH KEHIDUPAN MASTER HUI NENG (BAGIAN 2)


KISAH KEHIDUPAN MASTER HUI NENG (BAGIAN 2)
8. HUI NENG MEMBUAT GATHA
Shen Xiu meskipun setelah berhari-hari berdiam diri d ikamar berusaha untuk membuat gatha yang baru namun tidak juga terpikirkan gatha yang baru. Suatu hari seorang samanera berjalan melewati dapur tempat Hui Neng bekarja dengan melafalkan gatha yang dibuat oleh Shen Xiu: ”身是菩提樹,心如明鏡臺。。。” Ketika Hui Neng mendengarnya dia sudah mampu mengetahui bahwa gatha tersebut belum tercerahkan dan belum mampu mencapai dasar kebuddhaan, namun dia tidak tau siapa yang membuatnya. Hui Neng bertanya kepada samanera tersebut:
”Yang Mulia, siapakah yang membuat gatha tersebut?”
“Kamu seorang barbar apakah mengerti gatha? Yang membuat adalah seorang yang sangat terkenal di vihara ini dia adalah senior Shen Xiu. Gatha tersebut ditulisnya di dinding jalan aula bagian selatan, master ke-5 meminta semua murid agar melafalkan dan menghormati gatha tersebut. Karena jika berlatih diri berdasarkan gatha tersebut maka akan mampu terbebas dari alam menderita, dan mendapat manfaat yang besar! Mungkin master Hong Ren akan mewariskan jubah kepadanya.”
Mendengar hal tersebut Hui Neng berkata: “Yang Mulia, saya baru 8 bulan disini dan selama ini belum pernah berjalan sampai kedepan vihara. Mohon yang mulia mengantar saya untuk melihat gatha tersebut.”
Samanera tersebut kemudian mengantarkannya menghormat gatha, karena Hui Neng adalah seorang yang buta huruf maka memohon kepada samanera untuk membacakan untuknya. Pada saat itu pula di dekat mereka ada seorang pejabat dari daerah Jiang Zhou (江州今江西九江等縣) bernama Zhang Ri Yong (張日用) maka Hui Neng segera memintanya: ”Saya juga mempunyai sebuah gatha mohon pejabat untuk membantu menulisnya.” Pejabat ini saat mendengarnya merasa kaget dan tidak percaya: ”Kamu? Kamu juga ada gatha?” Hui Neng mengetahui pejabat tersebut sedang merendahkannya, kemudian berkata: “Semua orang sebenarnya memiliki benih kebodhian, jika ingin belajar dharma yang tiada batas maka tidak semestinya merendahkan seorang pemula. Karena sifat kebodhian tidak lahir karena adanya karma baik, juga melampaui kata-kata dan tulisan, maka seorang rendahan juga mungkin mempunyai kebijaksanaan tinggi. Namun orang-orang berkedudukan tinggi kadang justru tidak mempunyai kebijaksanaan yang dalam.”
Pejabat tersebut kemudian bersedia menuliskan gatha tanpa ada rasa merendahkan Hui Neng lagi, dia juga memohon jika kelak Hui Neng sukses dalam melatih diri maka dia harus menolongnya terlebih dahulu. Maka Hui Neng berkata dan Zhang Ri Yong menulisnya:
菩提本無樹。明鏡亦非臺。Pú tí běn wú shù míng jìng yì fēi tái
本來無一物。何處惹塵埃。Běn lái wú yī wù hé chù rě chén āi
Nb : gatha tersebut berbunyi: bodhi pada awalnya tidak berpohon, cermin yang terang juga tidak berbingkai, sesungguhnya tidak ada apapun , maka darimana bisa terkotori oleh debu.
Sebuah hal yang mengejutkan
Saat itu semua murid Hong Ren terkaget melihat gatha tersebut, sungguh benar-benar Bodhisattva yang hidup didunia, benar-benar tidak boleh melihat orang hanya dari penampilan, ibarat laut juga tidak bisa diukur hanya dari gelombangnya saja. Berita tersebut terdengar sampai telinga master Hong Ren, maka sang guru segera keluar melihat gatha tersebut, kemudian dengan menggunakan sepatunya beliau segera menghapus tulisan gatha yang masih basah tersebut.
“Tidak tercerahkan, cepat hapus!!!”
9. MENDAPATKAN PENCERAHAN
Hari berikutnya, master Hong Ren diam-diam berjalan ke penggilingan beras tempat Hui Neng bekerja yang dengan mengikat sebongkah batu ditubuhnya, agar dapat menggiling beras dengan berat yang agar dengan mudah menghancurkannya menjadi tepung , guru melihat dan tertawa:
“Seorang yang belajar dharma juga harus demikian…” Kemudian berkata: ”Apakah berasmu sudah matang ??”
Hui Neng menjawab: ”Sudah lama matang , hanya saja belum pernah disaring.” Master Hong Ren mendengar jawabannya yang benar, kemudian mengetuk tanah dengan tongkat Xi Zhang nya sebanyak 3 kali, dan pergi meninggalkan Hui Neng.
Hui Neng akhirnya mendapat bimbingan dari sang guru, pada saat malam hari pukul 3 pagi, diam-diam berjalan menuju aula gurunya. Master Hong Ren khawatir orang lain melihat maka segera menutupi lubang jendela dengan jubahnya. Kemudian master Hong Ren membabarkan Sutra Intan (Cin Kang Cing) kepada Hui Neng seorang diri, dan sampai pada kata “應無所住而生其心 yìng wú suǒ zhù ér shēng qí xīn” Kemudian mencapai pencerahan dan menyadari bahwa segala sesuatu kondisi dharma tidak terlepas dari sifat kebuddhaan yang dimiliki oleh dirinya sendiri.
10. MENERIMA JUBAH ZEN
Hui Neng setelah mencapai pencerahan kemudian berkata kepada master Hong Ren: ”Tidak pernah terpikirkan sifat kebuddhaan yang semua orang miliki, sebenarnya bersih murni, sebenarnya tidak tumbuh dan hancur, sesungguhnya dimiliki oleh semua orang masing-masing, sebenarnya tidak tergoyahkan; dan mampu menghasilkan berjuta kondisi dharma kebenaran.”
Master Hong Ren setelah mendengar kata – kata Hui Neng kemudian menyadari bahwa Hui Neng telah tercerahkan oleh sifat diri / kebuddhaannya, kemudian berkata: ”Orang yang tidak mengetahui sifat kebuddhaan dalam dirinya, meskipun belajar dharma tetap tidak ada manfaatnya, jika mampu mengenalinya maka dia adalah seorang manusia agung, guru para dewa dan manusia! Dengan Buddha tidak ada bedanya…” Maka pada malam itu juga pukul 3 pagi saat semua orang tidak sadar dan tidak mengetahui, master Hong Ren mewariskan ajaran pencerahan sesaat (頓悟的教法) kemudian memberikan jubah zen kepadanya,: ”Kamu telah menjadi guru besar ke-6 zen, jagalah dengan baik semua ini; selamatkan semua makhluk diseluruh penjuru, sebarkan ajaran ini dan jangan sampai berhenti dan hancur.”
Setelah berkata dan menyerahkan jubah dan patra , kemudian berkata :
有情來下種 因地果還生
無情亦無種 無性亦無生
Nb : makhluk hidup datang untuk menanam benih (karma), karena adanya tanah (kesadaran) maka akan menumbuhkan buah, sesungguhnya tidak ada kehidupan juga tidak ada benih, juga tidak ada sifat kebuddhaan dan kehidupan.
11. MENOLONG DIRI SENDIRI
Master Hong Ren berkata: ”Dahulu leluhur bodhidharma saat pertama kali datang ketanah ini (Tiong Kok) tidak seorangpun percaya dengan apa yang dia katakan, maka hanya dengan jubah inilah yang menjadi barang bukti untuk kemudian diwariskan turun temurun. Makna sesungguhnya adalah dharma yang diwariskan dari hati ke hati, semuanya harus dicapai oleh diri sendiri kemudian mengembangkannya. Sejak zaman para Buddha yang lampau, para guru mewariskan ajaran dharma melalui hati. Jubah hanya akan menimbulkan perselisihan saja, sampai pada giliranmu jangan lagi diwariskan karena akan menimbulkan perselisihan dan perebutan dharma, dharma dan ajaranku juga tidak pasti dapat dipertahankan. Sekarang cepatlah kamu pergi! Terlalu lama disini bisa membuatmu celaka!”
Hui Neng mendengar nasehat guru masih saja diliputi keraguan kemana dia harus pergi, master Hong Ren memberitahunya: ”Berhentilah dimana kamu dibutuhkan, karena dengan adanya pertemuan itu sebenarnya adalah sebuah jodoh yang masih terpendam.” Pukul 3 pagi master Hong Ren mengantar Hui Neng sampai di pinggir sungai Jiu Jiang Yi (九江驛) master Hong Ren hendak mengantar Hui Neng: ”Seharusnya saya yang harus menyebrangkanmu..” Hui Neng berkata: ”Saat tersesat guru yang menyeberangkan ku, saat ini sudah tercerahkan saya akan menyeberang sendiri!” Meskipun Hui Neng adalah seorang yang lahir didaerah pinggiran namun setelah mendapatkan bimbingan dari sang guru kini mampu mencapai pencerahan dharma, maka setiap kali guru bertanya dia selalu menjawab dengan jawaban yang tepat dan tegas. Master Hong Ren mendengar jawaban Hui Neng kemudian berkata sebagai bentuk pengakuan pencerahannya: ”Sadhu.. Sadhu.. Sadhu! Kelak Buddha dharma akan menjadi besar dibawah ajaranmu! Sekarang pergilah keselatan jika waktunya belum sampai, jangan pernah memberikan dharma ini kepada siapapun, kalau tidak Buddha dharma akan sukar tumbuh.” Maka Hui Neng menaiki kapal dan mendayung kearah selatan, dua bulan kemudian baru mencapai daerah Yǔ Lǐng (庾嶺)
12. PARA MURID YANG TERKEJUT
Setelah mengantarkan Hui Neng , master Hong Ren kembali ke vihara, namun selama beberapa hari tidak pernah keluar memberika wejangan dharma. Semua murid merasa kuatir dan curiga kemudian bertanya:
”Guru apakah sehat – sehat saja?”
“tTdak ada penyakit apapun , dharmaku telah berjalan keselatan.”
“Siapakah yang mendapatkan jubah dharma?”
“Dia yang mampu yang mendapatkannya.”
Demikian tanya jawab singkat antara guru dan murid. Kemudian hal yang aneh sang barbar (Hui Neng) yang mengurusi padi juga tidak ada ditempatnya lagi. Maka gosip pun mulai menyebar, semua beranggapan master ke-5 telah tua dan pikun sehingga menyerahkan jubah dan patra zen kepada Hui Neng, seorang barbar yang tidak jelas asal-usulnya.
13. PEREBUTAN JUBAH
Banyak murid Hong Ren yang berperasaan sama yaitu ingin merebut kembali jubah dan patra zen, diantaranya adalah seorang yang bernama asli Chen Hui Ming (陳惠明) yang pada kehidupan awamnya adalah seorang prajurit, karena masih belum lama hidup sebagai seorang viharawan maka sifatnya yang ceroboh dan tidak sopan masih tetap besar, dialah orang yang menemukan Hui Neng. Melihat ada seorang pertapa viharawan yang membuntuti maka dia segera meletakkan jubah dan patra tersebut diatas batu yang berada dipinggir jalan, kemudian dia sendiri lalu bersembunyi dibawah semak belukar.
Hui Ming merasa sangat bahagia karena berhasil menemukan jubah dan patra itu, maka dengan dua tangannya segera mengambil jubah dan patra tersebut, namun terjadi sesuatu yang aneh jubah dan patra yang sangat ringan tadi kemudian berubah menjadi sangat berat, jangankan untuk dibawa pergi mengangkatnya saja tidak bisa bergerak sedikitpun. Pada saat itu Hui Ming merasa takut dan bertobat atas kelakuannya, kemudian berteriak:
“Pengembara! Pengembara! Saya hanya datang untuk belajar dharma, sama sekali bukan untuk merebut jubah dan patra ini…. Kemarilah!”
Kemudian Hui Neng segera keluar dari dalam semak dan menampakkan dirinya, dia kemudian duduk bersila diatas sebongkah batu, Hui Ming segera memberi hormat, Hui Neng berkata :
“Karena kamu datang hanya untuk memohon bimbingan dharma maka aku akan memberikannya untukmu, diam dan tenangkan dirimu jangan pikirkan sesuatu yang ada diluar!” Setelah Hui Ming menenangkan dirinya, kemudian Hui Neng baru berkata:
“Tidak berpikir baik! Tidak berpikir jahat! Pada saat itulah keadaan asli yang paling sempurna.” Saat selesai berkata Hui Ming kemudian mendapatkan pencerahan, kemudian memohon bimbingan dan bertanya:
“Selain diatas rahasia ucapan dan pikiran apakah masih ada yang lebih susah diungkap?”
“Seperti yang kamu katakan sesungguhnya tidak ada sesuatu yang rahasia karena jika kamu kembali melihat kondisi dalam diri sesungguhnya semua hanya ada didalam dirimu.”
Hui Ming setelah mendengar kata-kata dari Hui Neng kemudian berkata :
“Meskipun aku telah belajar dibawah bimbingan master Hong Ren untuk sekian lamanya namun belum juga mendapatkan pencerahan dan pengetahuan yang sesungguhnya, saat ini mendengar penjelasan darimu seperti baru saja meminum air yang sejuk, pengembara (Hui Neng) andalah guruku sekarang ini!”
“Jika demikian, aku denganmu adalah satu perguruan yaitu master Hong Ren, maka sudah selayaknya kita sendiri yang menjaga pelatihan diri kita yang benar, jangan membiarkannya mundur!”
“Kemanakah saya harus pergi?” Hui Ming memohon petunjuk dari Hui Neng.
“Berjalanlah sampai daerah Jiang Xi Yuan Zhou (江西袁州府), dan menetaplah di Meng Mountain (蒙山)” Maka Hui Ming segera berpamitan dengan Hui Neng. Sampai diatas gunung saat bertemu dengan teman – temannya dia berkata:
“Aku telah mencari sampai ditengah hutan, namun juga tidak dapat menemukannya!” Semua orang juga demikian, untuk menghindari kesamaan nama dengan Hui Neng maka Hui Ming kemudian mengubah namanya menjadi Dao Ming (道明)
Unknown Web Developer

Morbi aliquam fringilla nisl. Pellentesque eleifend condimentum tellus, vel vulputate tortor malesuada sit amet. Aliquam vel vestibulum metus. Aenean ut mi aucto.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar