Jumat, 14 April 2017

KISAH KEHIDUPAN MASTER HUI NENG (BAGIAN 3 - AKHIR)


KISAH KEHIDUPAN MASTER HUI NENG (BAGIAN 3 - AKHIR)
14. MENGAGETKAN ORANG
Hui Neng melanjutkan perjalanannya kearah selatan, sampai didaerah Shao Zhou Kabupaten Qu Jiang (韶州曲江縣), namun para pemerintah dan penduduk saat itu masih belum mengenalnya.
Suatu ketika seorang pelajar confusianis bernama Liú Zhì Luè (劉志略), ketika bertemu dengan Hui Neng terlihat sangat sopan dan hormat, pelajar ini mempunyai seorang bibi yang menjadi seorang samana bernama dharma Wú Jìn Cáng (無盡藏) dan bertemu dengan Hui Neng beliau sering membaca sutra Mahaparinirvana, saat mendengar kata –kata sutra tersebut Hui Neng segera memahami makna agung yang ada didalamnya. Kamudian sang bhikkuni tersebut memohon Hui Neng untuk menjelaskan maknanya, namun sang bhikkuni tersebut sangat melekat dengan kata – kata tulisan didalamnya, sedangkan Hui Neng tidak mengerti tulisan sama sekali, maka sang bhikkuni tersebut pun merasa merendahkan Hui Neng, kemudian Hui Neng berkata:
“Dharma agung mulia dari para Buddha, sedikitpun tidak terpengaruh oleh tulisan ataupun bahasa.”
Sang bhikkuni mendengar penjelasan tersebut merasakan bahwa Hui Neng bukanlah orang bisa, maka beliau segera memberitahukan kepada penduduk agar membangun sebuah vihara untuknya.
15. PELEPASAN MAKHLUK HIDUP
Bao Lin Monastery di daerah Cao Xi didirikan dari sebuah vihara kuno, namun sejak zaman dynasty Sui akhir kemudian dihancurkan oleh tentara. Karena atas permintaan dari bhiksuni Wu Jin Zang (無盡藏) kemudian seorang bernama Cao Shu Liang (曹叔良) dan para penduduk membangun sebuah vihara untuk master Hui Neng. Kemudian master Hui Neng tinggal dan menetap di Bao Ling Monastery selama lebih dari 9 bulan, namun karena adanya serangan dari kelompok partai jahat maka master Hui Neng kemudian bersembunyi digunung. Karena kejanmnya sekelompok orang tersebut maka gunung tersebut pun dibakar, akhirnya master Hui Neng bersembunyi didalam goa batu untuk menghindari adanya bahaya.
Menurut cerita bekas tempat duduk master Hui Neng diatas batu dalam goa tersebut masih membekas sampai saat ini. Sehingga disebut sebagai Batu Persembunyian (dari master Hui Neng). Dalam ketidak berdayaannya, master Hui Neng kemudian tinggal bersama para pemburu, master Hui Neng juga sering memberikan nasehat kepada para pemburu tersebut, namun mereka justru memerintahkan beliau untuk menjaga jarring tempat buruan. Karena cinta kasih yang begitu dalam setiap kali beliau melihat ada hewan yang tertangkap oleh jarring maka beliau segera membebaskannya kembali. Para pemburu tersebut menggantungkan hidup dari hasil buruannya, dan juga menggunakan hasil buruan sebagai bahan makanannnya; namun master Hui Neng setiap hari hanya memakan sayur seorang dir , yang beliau masukkan pada saat memasak daging para pemburu, beliau memakan sayur setelah memisahkan dagingnya.
16. HATI YANG SEDANG BERGERAK
Master Hui Neng merasa waktu untuk membabarkan dharmanya sudah sampai, dan tidak mungkin beliau hanya bersembunyi saja selamanya. Maka beliau segera berjalan menuju daerah Guang Zhou dan sampai di Fa Xing Monastery (广州法性寺) , sungguh sangat tidak terduga pada saat itu sedang ada pesamuan dharma besar membahas tentang Parinirvana Suta (涅槃经) yang dipimpin oleh master Yin Zong (印宗法師) .
Pada saat sampai divihara, di depan ruangan Dharmasala beliau bertemu dengan dua orang bhiksu yang sedang berdebat tentang masalah Angin dan Bendera. Salah satu dari mereka berkata: ”Angin yang sedang bergerak!” Dan yang lain berkata: ”Bendera yang bergerak!” Mereka berdua berdebat tidak ada habisnya, kemudian master Hui Neng dari samping berkata: “Bukan angin, bukan juga bendera yang bergerak, namun hati yang mulialah yang sedang bergerak!”
Kata kata tersebut membuat dua orang tersebut terkaget, tiba – tiba master Yin Zong menghormat master Hui Neng dan memohonnya agar bersedia memberikan ceramah dharma yang demikian dalam dan menarik. Saat mendengar kata-kata master Hui Neng yang demikian singkat dan tidak terpaku pada tata bahasa namun sangatlah masuk akal maka master Yin Zong segera bertanya:
”Anda adalah seorang yang luar biasa, berbeda dari orang pada umumnya. Hamba telah lama mendengar bahwa generasi penerus zen ke-6 dari Huang Mei Shan sedang menuju kearah selatan, apa beliau adalah Anda?”
Hui Neng dengan rendah hati kemudian mengakuinya, master Yin Zong segera memberi hormat kepada sang guru zen.
17. MASTER HUI NENG MENINGGALKAN KEHIDUPAN DUNIAWI
Setelah memberi hormat kepada master Hui Neng, master Yin Zong memohon kepadanya agar bersedia memperlihatkan jubah dan patra zen, setelah melihatnya semua orang satu demi satu bersujud menghormat master Hui Neng. Master Yin Zong bertanya:
“Master kelima (ven.Hong Ren) setelah memberikan jubah dan patra, apakah nasehat yang beliau berikan pada anda?”
Master Hui Neng menjawab:
"Beliau sedikitpun tidak memberikan nasihat, hanya saja harus belajar melihat sifat asli (kebuddhaan), dan tidak berbicara tentang medhitasi untuk mencapai pencerahan.”
Master Yin Zong kembali bertanya:
“Mengapa tidak menekankan pada meditasi dan pencerahan ?”
“「佛法是不二之法,若論禪定解脫,這是二法,不是佛法。何謂不二法?
「法師講涅槃經,闡明佛性,即是不二之法;
例如:高貴德王菩薩白佛言:犯四重禁,作五逆罪,及一闡提等,當斷善根佛性否?
佛言:善根有二:一者常;一者無常。佛性非常、非無常,是故不斷。
名為不二。一者善,二 者不善,佛性非善、非不善,是名不二。
蘊之與界,凡夫見二,智者了達,其性無二。無二之性,即是佛性。」”
Suatu ketika seorang Bodhisattva bertanya pada Buddha: "Jika melanggar 4 larangan besar, melakukan 5 karma buruk besar dan keburukan lain apakah dapat memutuskan benih kebodhian kita?" Buddha menjelaskan bahwa benih kebodhian dibagi menjadi 2 yaitu selalu tetap / abadi dan dapat berubah. Namun benih kebuddhaan manusia adalah tidak tetap juga tidak berubah, maka tidak akan dapat terputuskan karena karma buruk. Maka dengan penjelasan singkat semua makhluk jahat dan baik pun tetap lah mempunyai hati pencerahan Buddha, mungkin memang tidak terlihat oleh orang biasa karena manusia biasa hanya melihat baik dan buruk sedangkan orang bijak melihatnya dengan jelas dan sama rata.
Mendengar penjelasan dari master Hui Neng dia sangat bergembira dan beranjali memberi hormat dan berkata: “Dharma yang saya babarkan hanya seperti batu bata, namun penjelasan anda sangatlah dalam murni seperti emas asli.” Maka kemudian master Yin Zong menetapkan hari untuk pemberian sila penuh (Uppasampada) kepada master Hui Neng.
18. KEMBALI KE CAO XI
Pada bulan pertama (imlek) hari ke-15, master Yin Zong melakukan pendiksaan dengan mencukur rambut Hui Neng sebagai samanera; kemudian pada bulan 2 hari ke-8 mengundang para sesepuh dan memberikan uppasampada kepada Hui Neng.
Dengan guru vinaya Zhi Kuang dari Chang An sebagai guru sila acarya,
Guru vinaya Hui Cing dari Suzhou sebagai karma acarya,
Guru vinaya Tong Ying dari Xing Zhou sebagai dharma acarya,
Guru vinaya Qituolo dari india tengah sebagai pengantar sila dan
Guru tripitaka Mituo dari india barat sebagai saksi.
Mengenai penerimaan uppasampada dari Hui Neng sejak jaman dinasti Song telah ada seorang bhiksu dari india yang bernama Gunabhadra yang menuliskan ramalan di altar uppasampada:
“Kelak di altar ini akan ada seorang Bodhisattva bertubuh manusia yang menerima sila bhiksu.”
Begitu juga pada masa dinasti Liang, seorang bhiksu dari India barat yang berlabuh pernah membawa pohon bodhi kemudian menanamnya disamping tempat uppasampada tersebut dan juga meramalkan:
”170 tahun kemudian akan ada seorang manusia Bodhisattva yang mengajarkan dharma dan menolong banyak makhluk dibawah pohon bodhi ini, benar - benar seorang penerus dharma yang sejati.”
Dua ramalan yang berbeda masa tersebut ternyata memang terbukti karena ditempat itulah Hui Neng menerima sila uppasampada dan kemudian meneruskan generasi dari leluhur ke-4 dan ke-5, kemudian mengembangkan dharma di arah timur. Kemudian akhirnya leluhur ke-6 kembali ke Cao Xi di Baolin Monastery. Pada saat itu pula master Yin Zong mempersembahkan sebuah jubah kepada leluhur ke-6. Pada saat itu terdapat ribuan orang yang mengantar leluhur ke-6 kembali ke Cao Xi.
19. MENAKLUKKAN NAGA SILUMAN
Di depan altar dharmasala Baolin di daerah Cao Xi, terdapat sebuah kolam yang dalam. Seringkali muncul ular naga siluman raksasa dari dalam kolam tersebut kemudian datang angin besar dan ombak yang dahsyat. Hal tersebut membuat para murid vihara ketakutan sehingga tidak berani mendekatinya.
Suatu hari saat naga tersebut menampakkan diri, master Hui Neng kemudian menemuinya dan berkata:
“Kenapa kamu membuat angin dan ombak besar disini? Karena kamu dapat berubah menjadi besar, seharusnya juga bisa menjadi kecil, jika kamu dewa maka tunjukkan wujud kecil menjadi besar dan dari besar menjadi kecil!”
Kemudian naga pun berubah menjadi kecil dan keluar dari dalam kolam, master Hui Neng mengujinya :
“Apakah kamu berani masuk ke dalam patra tua ini?”
Naga yang berubah bentuk menjadi kecil kemudian terbang sampai didepan master Hui Neng, karena sudah masuk ke dalam patra maka nagapun tidak dapat melarikan diri lagi. Kemudian master Hui Neng membawanya kedalam dharmasala dan memberikan bimbingan dharma kepadanya, karena itulah akhirnya sang naga dapat terbebas dari tubuh naga tersebut . Panjang tulangnya kira-kira 7 inchi (kira - kira 25 cm) lengkap dengan ekor dan kepalanya kemudian disimpan di vihara. Setelah itu master ke-6 kemudian memerintahkan menutup kolam dengan batu dan tanah, saat ini di samping kiri dharmasala terdapat sebuah stupa dari besi itulah sebenarnya tempat tadi.
20. SUARA DHARMA DI BAO LIN MONASTERY
Setelah kembalinya master Hui Neng ke BaoLin Monastery, dengan sendirinya namanya semakin membesar, sehingga membuat vihara zen tersebut semakin ramai dengan para penganut dan kegiatan keagamaan. Pada saat itu zaman dinasti Tang, Cao Xi adalah sebuah daerah administrasi dibawah pimpinan propinsi Shaozhou Qujiang, yang sekarang lebih dikenal sebagai Guang Dong.
Pada saat itu gubernur Wei adalah pemimpin daerah prefektur Shao Zhou, beliau adalah seorang penganut Buddhis yang taat. Ketika mengetahui bahwa jubah dan patra zen telah diwariskan di daerah selatan, dia merasa sangat senang dan berkunjung kedaerah Cao Xi Nan Hua Mountain Bao Lin Monastery untuk menjumpai sang master zen ke-6 memohon bimbingan Dharma dari beliau.
Unknown Web Developer

Morbi aliquam fringilla nisl. Pellentesque eleifend condimentum tellus, vel vulputate tortor malesuada sit amet. Aliquam vel vestibulum metus. Aenean ut mi aucto.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar