Selasa, 11 April 2017

MANFAAT & FUNGSI THANGKA DALAM SADHANA


MANFAAT & FUNGSI THANGKA DALAM SADHANA
Dari sekian banyak karya seni, lukisan Thangka menempati tempat khusus. Tidak hanya dari segi desain, dekorasi, dan dibuat dari bahan yang memiliki nilai yang tinggi (berharga), melainkan juga Thangka adalah suatu bentuk apresiasi atas pencapaian pelatihan diri dan bentuk penting dalam mengekspresikan aspek religius dalam kehidupan beragama seorang penekun Buddhis. Untuk lebih mengerti arti Thangka, kita harus melihat pola masyarakat dan kehidupan beragama masyarakat Tibet, yang melahirkan salah satu karya terbaik dibidang seni & religius tersebut.
Melukis Thangka adalah sangat penting dalam kehidupan agama di Tibet karena merupakan “media penyampaian ” dimana minat terhadap ajaran luhur Buddhisme dapat dibangkitkan dan terasa lebih hidup ketika seseorang melihat karya lukisan Thangka yang indah dan bersifat sakral. Lukisan suci (Thanka), untuk orang Tibet merupakan “bantuan fisik” – dengan kata lain membantu secara fisik – penekun untuk mencapai pencerahan / kesempurnaan dalam melatih diri. Fungsi dan makna Thangka juga dapat dikaitkan dengan beberapa peristiwa penting dalam pernjalanan hidup seseorang yang tidak dapat dihindari, seperti kelahiran, penderitaan, sakit dan kematian. Seorang artis Thangka di Tibet, kadang-kadang diminta untuk melukis Thangka, karena beberapa hal, seperti:
1. Penyakit atau masalah-masalah / kesulitan yang menimpa seseorang.
2. Kematian dari anggota keluarga, atau orang yang dicintai.
3. Kebutuhan akan objek visualisasi yang dihubungkan dengan suatu pelatihan (sadhana) khusus bagi si penekunnya.
Alasan utama orang awam meminta seorang ahli Thangka membuat Thangka, adalah untuk membuat kebajikan (berdana), dan memohon keberuntungan, karena Thangka dipercaya akan membuat pahala (bsod names), yang dapat mendatangkan karma baik dimasa akan datang, dan keberuntungan. Kekuatan karma ini dipercaya dapat melenyapkan semua masalah-masalah yang menggangu dan menolong si pemercaya untuk mendapatkan apa yang dicita-citakan. Sehingga banyak sekali orang awam di Tibet yang diberikan advis oleh para guru spiritual mereka untuk membuat / berdana Thangka untuk “melenyapkan” halangan fisik maupun mental atau malapetaka (bar chad sel ba), dan juga dapat menjadi prasyarat untuk “umur panjang, dan hidup sehat (zhabs brtan). Yang terpenting, Thangka juga dipercaya dapat menjadi penghubung dengan Dewa / Makhluk suci yang menjadi objek visualisasi atau apa yang diinginkan dalam gambar tersebut.
Tara, sebagai contoh, sangat efektif untuk menolong semua makhluk untuk melenyapkan halangan / karma buruk, dan memberikan perlindungan, sedangkan Buddha Amitayus, dipercaya dapat memberikan panjang umur. Setelah proses pembuatan gambar sakral selesai, biasanya diikuti dengan puja bakti, pelafalan nama, dan doa-doa untuk Buddha / Bodhisattva / Dewata yang ada didalam Thangka tersebut.
Alasan kedua, untuk orang awam untuk memesan Thangka karena ditinggal meninggal oleh orang yang dicintai. Gambar Thangka dipercaya untuk mengundang Daka / Dakini “Skyes rtgas” atau disebut pula Pelindung Dharma untuk sebagai tanda “baik” kelahiran setelah kematian (tumimbal lahir). Mereka membeli atas nama almarhum /ah, karena dipercaya untuk menciptakan kondisi karma baik agar arwah almarhum /ah dapat dijemput oleh Daka / Dakini, dan dibimbing untuk dapat terlahir dialam yang lebih baik. Gambar Thangka tersebut harus segera dibuat pada saat seseorang tersebut meninggal, sebelum periode 49 hari (7 minggu), dimana ia dipercaya belum menuju proses kelahiran kembali (rebirth). Para Lama diminta bantuannya untuk menentukan Budha / Bodhisattva mana yang harus dibuat untuk digambar sesuai dengan ilmu astrologi Buddhis Tibet, dan berdasarkan penglihatan ‘ilham’, yang disesuaikan dengan karakter dari almarhum/ah semasa hidupnya.
Ketiga, Thangka berfungsi sebagai lukisan sakral yang digunakan untuk menghubungkan dengan pelatihan yang dijalan oleh si pemeluk Buddhist tersebut. Thangka dapat memberikan bantuan penting dalam pelatihan dan pemahaman sadhana Buddha / Bodhisattva / Yidam (Pelindung Penekun), atau dewata yang sedang diinginkan, agar terjadi kontak batin dengan yidam tersebut sesuai dengan pelatihan / prosedur Tantra yang sedang dijalaninya. Pembuatan Thangka tidak hanya menguntungkan satu orang pribadi saja, akan tetapi dapat menciptakan suatu karma baik untuk dimasa yang akan datang agar dapat berjodoh kembali dengan Dharma. Sebuah ‘ikon’ Buddha dapat menjadi suatu objek konsentrasi, dan bantuan untuk membangkitkan kepercayaan terhadap Buddha (dran ren), dan juga sebagai pengingat (dran rten) akan janji para Buddha untuk menjalani kehidupan sesuai dengan Dharma yang telah diajarkan Nya. Thangka juga dapat dijadikan suatu obyek fokus (dmigs rten) didalam konsentrasi meditasi (zhi gnas).
Selanjutnya Thangka juga kadang-kadang membantu dan menajamkan visualisasi yang dihasilkan dalam suatu meditasi. Contoh, dalam Vajrayana, terdapat Thangka “Guru Tree” yang merupakan lukisan silsilah dari Guru Asal / Mula, Para Guru Bijak, Orang Suci, dan para Arahat, dari satu generasi ke generasi berikutnya dalam satu aliran tantra, yang membentuk suatu “Pohon Silsilah Perlindungan”, yang dapat menambah ketajaman visual dan objek konsentrasi yang terbentuk dalam imajinasi si penekun, diikuti oleh pelatihan, sembah sujud / namaskara, dan persembahan mandala ke obyek tersebut. Seperti pula seseorang yang melafalkan “Sutra Pertobatan” dihadapan Thangka 35 Buddha, dimana divisualisasikan kehadiran 35 Buddha dari tri masa (lamapu, kini, dan akan datang) akan muncul dihadapan si penekun tersebut untuk menjadi saksi pertobatan dan penyesalan, dan dianggap sekaligus menciptakan karma / pahala yang sangat baik. Sehingga sering didalam tradisi Vajrayana, Thangka tidak hanya untuk objek pemujaan, akan tetapi sebagai panduan yang dapat mempertajam dan memperjelas visualisasi si penekun tersebut.
Juga dalam upacara besar di Tibet, seperti proses kematian seorang Buddhis di Nepal dan Sikkim selalu diawali dengan seorang staff yang membawa Thangka didepan iringan para pelayat. Thangka juga sering dipakai dalam upacara pentahbisan seorang Lama / Bhikku, dan proses perkawinan sebagai tanda kesakralan, sekaligus keberuntungan. Bahkan banyak vihara-vihara yang memakai Thangka sebagai simbol penunjuk jenis aliran / silisilah tantra vihara tersebut berasal.
Akan tetapi semua manfaat Thangka yang dibabarkan ini bukan berarti mengagungkan kehebatan obyek fisik semata, maka diri kita akan menncapai siddhi - ksempurnaan. Untuk seorang Buddhis sejati, menggali kebuddhaan tidak terletak hanya di suatu objek seperti Thangka saja, akan tetapi sebenarnya terletak dan ada di setiap makhluk hidup / insan. Tanggung jawab untuk mencapai pencerahan terletak pada diri kita masing-masing, bukan terletak pada obyek diluar kita. Buddha bersabda –beliau tidak menjadi senang atau sedih apabila kita memuja atau melupakan Nya, karena Buddha sudah terlepas dari semua kemelekatan dan penderitaan. Akan tetapi, jika seseorang dapat menimbulkan minat dan dharma suka ketika melihat Thangka tersebut, dengan semakin rajin dalam kegiatan pemujaan, lebih mendekatkan diri terhadap agama, meningkatkan sradha (keyakinan), memperdalam pengertian, dan pengetahuan ke-Budha-an, maka suatu obyek pelatihan seperti Thangka dapat berguna untuk semua makhluk / penekun Buddhis tentunya.
Disadur dari “TIBETAN THANKA PAINTING – METHOD & MATERIAL David & Janice Jackson”, 1984.
Unknown Web Developer

Morbi aliquam fringilla nisl. Pellentesque eleifend condimentum tellus, vel vulputate tortor malesuada sit amet. Aliquam vel vestibulum metus. Aenean ut mi aucto.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar