Kamis, 13 April 2017

SEJARAH AVALOKITESVARA BODHISATTVA (BAGIAN 1)


alam rangka menyambut HUT Avalokitesvara Bodhisattva yang jatuh pada hari Kamis, 16 Maret 2017 (Lunar tanggal 19 bulan 02), Cetya Tathagata Jakarta akan memberikan artikel mengenai Avalokitesvara Bodhisattva yang akan terbagi menjadi 3 bagian.

SEJARAH AVALOKITESVARA BODHISATTVA (BAGIAN 1)
Avalokiteśvara (अवलोकितेश्वर) / Guan Shi Yin Pu Sa (觀世音菩薩) adalah Bodhisattva pemancar berkah Maitri (cinta kasih) dan Karuna (kasih sayang) yang memiliki kebesaran yang tiada tara. Ia memiliki kekuatan yang luar biasa untuk menolong para makhluk yang menderita di dunia ini. Dalam bahasa Jepang, Avalokitesvara disebut Kannon' (観音) atau secara resmi Kanzeon (観世音). Dalam bahasa Korea disebut Gwan-eum atau Gwanse-eum, dan dalam bahasa Vietnam Quán Âm atau Quan Thế Âm Bồ Tát.
Istilah Avalokitesvara diterjemahkan oleh Kumarajiva menjadi Guan Shi Yin. Pengertian Avalokitesvara Bodhisattva dalam bahasa Sanskerta adalah:
- Kata "Avalokita" (Kwan / Guan / Kwan Si / Guan Shi) yang bermakna "melihat ke bawah" atau "mendengarkan ke bawah". "Bawah" disini bermakna "dunia", yang merupakan suatu "alam" (Sanskerta: Lokita).
- Kata "Isvara" (Im / Yin), berarti suara (suara jeritan mahluk atas penderitaan yang mereka alami).
Avalokitesvara sendiri asalnya digambarkan berwujud laki-laki di India, begitu pula pada masa menjelang dan selama Dinasti Tang (tahun 618-907). Namun pada awal Dinasti Song (960-1279), berkisar pada abad ke 11, beberapa dari pengikut melihatnya sebagai sosok wanita yang kemudian digambarkan dalam para seniman. Perwujudan Guan Yin sebagai sosok wanita lebih jelas pada masa Dinasti Yuan (1206-1368). Sejak masa Dinasti Ming, atau berkisar pada abad ke 15, Guan Yin secara menyeluruh dikenal sebagai wanita.
Bila sudah mencapai taraf Buddha sudah tidak lagi terikat dengan bentuk apalagi gender, karena pada dasarnya roh itu tidak mempunyai bentuk fisik dan gender. Menurut cerita, Dewi Kwan Im adalah titisan Dewa Che Hang Yang ber-reinkarnasi ke bumi untuk menolong manusia keluar dari penderitaan, karena beliau melihat begitu kacaunya keadaan manusia saat itu dan sebagai akibatnya terjadi penderitaan di mana-mana.
Dewa Che Hang memilih wujud sebagai wanita, agar lebih leluasa untuk menolong kaum wanita yang membutuhkan pertolonganNya. Disamping itu agar lebih bisa meresapi penderitaan manusia, bila dalam bentuk wanita, karena di jaman itu, wanita lebih banyak menderita dan kurang leluasa dalam membuat keputusan.
Guan Yin pertama diperkenalkan ke China pada abad pertama SM, bersamaan dengan masuknya agama Buddha. Pada abad ke-7, Guan Yin mulai dikenal di Korea dan Jepang karena pengaruh Dinasti Tang. Pada masa yang sama, Tibet juga mulai mengenal Guan Yin dan menyebutnya dengan nama Chenrezig. Dalai Lama sering dianggap sebagai emanasi dari Avalokitesvara di dunia.
Jauh sebelum masuknya agama Buddha menjelang akhir Dinasti Han, Guan Shi Yin Pu Sa telah dikenal di Tiongkok purba dengan sebutan Pek Ie Tai Su atau Pek Ie Nio Nio dalam bahasa hokkien yaitu Dewi Berbaju Putih Yang Welas Asih ("Dewi Welas Asih"). Di kemudian hari, Dewi Guan Yin identik dengan perwujudan dari Buddha Avalokitesvara.
Unknown Web Developer

Morbi aliquam fringilla nisl. Pellentesque eleifend condimentum tellus, vel vulputate tortor malesuada sit amet. Aliquam vel vestibulum metus. Aenean ut mi aucto.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar