Selasa, 11 April 2017

Suara yang Tulus


Suara yang Tulus
Setelah Master Bankei meninggal, seorang Pria Buta yang tinggal dekat Biara Master Bankei berkata pada temannya:
“Karena saya buta, saya tidak dapat melihat wajah seseorang, sehingga saya hanya bisa menilai sifat orang itu melalui suaranya. Biasanya, ketika saya mendengar seseorang mengucapkan selamat atas kebahagiaan atau kesuksesan orang lain, saya bisa menangkap adanya nada iri yang tersembunyi. Dan ketika saya mendengar ungkapan duka karena kemalangan yang menimpa seseorang, saya juga bisa mendengar sebersit rasa senang dan puas, seolah-olah si pengucap ungkapan duka ini merasa senang karena ada tambahan satu hal yang dapat dilakukan/ diraihnya.”
“Sepanjang pengalaman saya, suara Master Bankei sangatlah tulus. Ketika Beliau mengutarakan kegembiraan, saya hanya mendengarkan kegembiraan tanpa ada ekspresi lain (yang terselubung). Ketika Beliau mengutarakan kesedihan, saya hanya merasakan kesedihan dalam suara Beliau.”
The Voice of Happiness
After Bankei had passed away, a blind man who lived near the master's temple told a friend:
"Since I am blind, I cannot watch a person's face, so I must judge his character by the sound of his voice. Ordinarily when I hear someone congratulate another upon his happiness or success, I also hear a secret tone of envy. When condolence is expressed for the misfortune of another, I hear pleasure and satisfaction, as if the one condoling was really glad there was something left to gain in his own world.
"In all my experience, however, Bankei's voice was always sincere. Whenever he expressed happiness, I heard nothing but happiness, and whenever he expressed sorrow, sorrow was all I heard."
Source: deoxy.org
Unknown Web Developer

Morbi aliquam fringilla nisl. Pellentesque eleifend condimentum tellus, vel vulputate tortor malesuada sit amet. Aliquam vel vestibulum metus. Aenean ut mi aucto.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar